Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

GRADUATION

31 Maret 2012.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Lebaran 1434 H

sabisa-bisa kudu bisa pasti bisa

Kunjungan

Sahabat-sahabat dari Yogyakarta.

Kegiatan

Lomba Penegak Pramuka.

Senin, 06 Desember 2010

Iwan Fals - Kesaksian (Live)


Iwan Fals - Kesaksian

Aku mendengar suara
Jerit makhluk terluka
Luka luka hidupnya
Luka

Orang memanah rembulan
Burung sirna sarangnya
Sirna sirna hidup redup
Alam semesta luka

Banyak orang hilang nafkahnya
Aku bernyanyi menjadi saksi
Banyak orang dirampas haknya
Aku bernyanyi menjadi saksi

Mereka dihinakan
Tanpa daya
Ya tanpa daya
Terbiasa hidup sangsi

Orang orang harus dibangunkan
Aku bernyanyi menjadi saksi
Kenyataan harus dikabarkan
Aku bernyanyi menjadi saksi

Lagu ini jeritan jiwa
Hidup bersama harus dijaga
Lagu ini harapan sukma
Hidup yang layak harus dibela

Selasa, 30 November 2010

PENSIL

seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat. "Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?" Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya, "sebenarnya nenek sedang menulis kamu, tapi ada yang lebih pentingdari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai. nenek berharap kamu akan seperti pensil ini ketika kamu besar nanti." ujar si nenek.

Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.

"tapi nek sepertinya pensil itu sama aja dengan pensil lainnya." Ujar si cucu.

Si nenek kemudian menjawab:

"Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini. Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup. kalau kamu memegang perinsip-perinsip itu dalam hidup"

si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil itu.

.....

"Kualitas pertama, pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup. layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimibng langkahmu. kita menyebutnya tangan Tuhan. Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya"

"Kualitas kedua, dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. rautan ini pasti akan membuat pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selelsai, si pensil akan mendapatkan ketajaman kembali. begitupun dengan mu cucuku. Dalam hidup kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang baik."

"kualitas ketiga, pensil selalu memberikan kesempatan mempergunakan penghapus untuk memperbaiki kata-kata ang salah. oleh karena itu, memperbaiki kesalahan dalam hidup, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membuatmu tetap pada jalan yang benar."

"Kulaitas keempat, bagian yang penting dari sebuah pensil bkanlah bagian luarnya, melainkan arang dalam sebuah pensil. oleh sebab itu selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu."

"Kualitas kelima, adalah sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan. Seperti juga kamu., kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu, kamu harus sadar dan berhati-hati dengan semua tindakanmu."

(Dikutip dari : Majalah plus, Volume IV No 8, Februari 2010)

Mari kita menuliskan hidup kita dengan hal-hal yang baik yang luar biasa. ambillah setiap kejadian sebagai ilmu. renungi apa yang ada di sekeliling kita hakikat yang sebenarnya itu apa. Niscaya kita aka menjadi orang-orang yang luar biasa. Orang yang mengubah sejarah dengan pensil-pensil kita, menorehkan banyak kemanfaatn di alam ini. Tentulah kita ingin menjadi orang yang baik, orang yang beruntung. orang-orang yang baik dan beruntung itu adalah mereka yang selalu ada bermanfaat untuk orang lain, dan selalu memperbaiki diri, sehingga setiap hari ia berubah manjadi baik, dan semakin lebih baik.

Katakanlah (hai orang-orang yang beriman): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Shibghah (celupan) Allah . Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.(QS. Al Baqoroh: 136-138)

Allahu'alam.

Hasbunallah wanikmal wakil

Minggu, 11 April 2010

Membentuk Anak Didik yang Berkarakter dengan 7 Kebisaaan


Dunia saat ini memasuki era perubahan besar dan menantang dalam sejarah manusia. Sebagian besar anak-anak tidak siap, dan tidak tahu itu. Padahal tantangan global yang ada mengharuskan orang tua dan anak-anak harus bisa menjadi lebih bertanggung jawab, kreatif dan menolerir perbedaan. Anak-anak harus mampu meningkatkan kemampuan berfikir untuk diri sendiri, bergaul denga orang lain, dan memecahkan masalah.

Para pemimpin bisnispun membutuhkan orang-orang yang memiliki keterampilan dan karakter yang sesuai dengan tuntutan ekoniomi global masa kini, antara lain komunikasi yang kuat, kerja sama tim, analitis, atau organisasi. Mereka membutuhkan orang-orang yang mempunyai motivasi diri, sifat kreatif, dan etos kerja yang kuat.

Sekolah sebagai satu bagian dari pendidikan formal saat ini, haruslah memberikan yang terbaik untuk anak didiknya. Dengan itu anak didiknya akan mampu mengerahkan seluruh potensi yang dimilikinya dan siap menghadapi tantangan-tantangan yang ada di depannya, sehingga sekolah itu bisa unggul dan mencetak anak didik yang baik.

Keunggulan sekolah terletak pada bagaimana cara sekolah merancang-bangun sekolah sebagai organisasi. Maksudnya adalah bagaimana struktur organisasi pada sekolah itu disusun, bagaimana warga sekolah berpartisipasi, bagaimana setiap orang memiliki peran dan tanggung jawab yang sesuai dan bagaimana terjadinya pelimpahan dan pendelegasian wewenang yang disertai tangung jawab. Semua itu bermuara kepada kunci utama sekolah unggul adalah keunggulan dalam pelayanan kepada siswa dengan memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensinya. Kelas-kelas unggulan diciptakan dengan cara mengelompokkan siswa menurut kemampuan akademisnya tanpa didasari filosofi yang benar. Pengelompokan siswa ke dalam kelas-kelas menurut kemampuan akademis tidak sesuai dengan hakikat kehidupan di masyarakat. Kehidupan di masyarakat tak ada yang memiliki karakteristik homogen (Kompas, 29-4-2002, h.4 dalam http://re-searchengines.com/nurkolis3.html).

Oleh karena itu penyelenggaraan sekolah unggulan harus segera direstrukturisasi agar benar-benar bisa melahirkan manusia unggul yang bermanfaat bagi negeri ini. Bibit-bibit manusia unggul di Indonesia cukup besar karena prefalensi anak berbakat sekitar 2 %, artinya setiap 1.000 orang terdapat 20 anak berbakat (Daniel P. Hallahan dan James M. Kauffman, Exceptional Children: Introduction To Special Education, New Jersey: Prentice-Hall international, Inc., 1991), hh. 6-7). Berdasarkan prakiraan Lembaga Demografi UI (1991) penduduk usia sekolah di Indonesia tahun 2000 diperkirakan sebesar 76.478.249, maka kita akan memiliki anak berbakat (baca: unggul) sebanyak 1.529.565 orang. Jumlah ini cukup untuk memenuhi kebutuhan pimpinan dari tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan. http://re-searchengines.com/nurkolis3.html.
Dalam makalah ini akan disajikan bagaimana konsep penyelenggaraan sekolah unggul dengan menggunakan pendekatan kepemimpinan di sekolah untuk mencapai sebuah hasil yang menggembirakan. Contoh sekolah yang menjadi bagian dari makalah ini adalah sekolah AB. Combs di Amerika.

Keseluruhan makalah ini merupakan grand tema yang ada dalam buku The Leader In Me, yang ditulis Stephen Covey, pencetus 7 kebiasaan efektif (The 7 Habbits for effectiveness). Mudah-mudahan memberikan gambaran untuk pola pendidikan di Indonesia yang disajikan masih dalam bentuk konvensional.

Sekolah yang Ideal.
Mungkin setiap orang tua yang menyekolahkan anaknya menginginkan yang terbaik dari sekolah yang dimasuki anaknya. Sekolah yang siswanya memilki nilai tinggi, siswa yang penuh rasa hormat, staf yang rajin dan kepala sekolah teladan. Tidak ada pelanggaran disiplin (ada itupun minim), perubahan siswa yang dulunya memiliki masalah berat disekolah lain berubah menjadi kemajuan-kemajuan yan lebih baik, budaya sekolah membaik, orang tua bergembira dan terlibat dalam proses pembelajaran, bahkan pemimpin bisnis yang memberi dukungan (mensponsori).

Sekolah yang demikian bukan sesuatu yang mustahil untuk bisa di wujudkan dikenyataan. Di Amerika ada sebuah sekolah yang bernama AB. Combs; Sekolah tersebut merupakan sekolah yang berbasiskan kepemimpinan anak.

Dalam menerapkan proses pendidikannya, para pendidik disana mengajarkan prinsip-prinsip dasar kepemimpinan kepada siswanya. Disana diajarkan keterampilan untuk membuat pilihan yang tepat, keterampilan bergaul, dan pengelolaan waktu. Para siswa disiapkan dan diberika kesempatan untuk memimpin di kelas, di sekolah, dan di masyarakat.

Belum lama ini, era hidup disebut sebagai era informasi. Jadinya setiap orang tua atau sekolah menginginkan dan menerapkan tentang informasi dan fakta-fakta kepada anak, dan kepada didikannya. Namun era seperti itu sudah berubah. Sekarang dunia telah memasuki perubahan ketika ekonomi global memasuki tahapan kecepatan kompleksitas yang lain. Sementara informasi faktual tetap merupakan faktor kunci untuk kelangsunga hidup di dunia masa kini, informasi faktual sudah lah tidak memadai. Dengan menyebarnya internet dan sumber daya digital lain, fakta-fakta dulu yang merupakan rahasia dagang yang sangat penting, sudah lah tidak lagi menjadi rahasia besar lagi. Pengetahuan faktual sudah bukan lagi menjadi pembeda besar antara mereka yang sukses da yang tidak.

Sebaliknya para individu yang muncul sebagai pemenang adalah mereka yang memiliki kreativitas di atas rata-rata, keterampilan analitis yang kuat, keterampilan melihat kedepan, dan bergaul.
Tantangan para siswa saat ini adalah persaingan siswa yang tidak hanya dari kota tetangga saja, tetapi lebih dari itu, dunia global saat ini memberikan tantangan untuk bersaing secara global, melibatkan banyak daerah, Negara bahkan benua. Yang dibutuhkan saat ini adalah keterampilan dan karakter yang berbeda.

Kehebatan Utama dan kehebatan Sekunder.
Banyak orang yang membuat stereotif tentang arti sukses dan kehebataan. Banyak orang yang mengira jabatan, titel, penghargaan, kekayaan, ketenaran, pangkat atau prestasi istimewa adalah suatu kehebatan utama. Sebenarnya kehebatan-kehebatan itu hanyalah kehebatan sekunder manusia, kehebatan yang hanya didapatkan oleh beberapa orang dengan jalan keambisiusan. Yang berfikir seperti itu kurang lah tepat. Kehebatan utama itu sebenarnya berhubungan dengan integritas seseorang, etos kerja, cara memperlakukan orang lain, motif, dan tingkat inisiatifnya.
Selain itu, kehebatan utama juga berhubungan dengan karakter, sumbangsih, bakat, kreativitas, dan displin. Inilah yang sebenarnya membedakan dengan kehebatan sekunder yang tadi. Kehebatan utama tidak diukur dengan cara membandingkan dengan orang lain,tetapi dengan mematuhi perinsip universal dan tanpa batas itu. Ini adalah kerendahan hati.

Mencari Tahu apa yang dibutuhkan
Mengetahui harapan (motif) orang tua sebagai orang yang dianggap bertanggung jawab untuk perkembangan anak, guru sebagai fasilitator untuk mengmbangkan potensi anak, komunits bisnis yang dijadikan sebagai lahan kerja, dan siswanya sendiri sebagai pelaku merupakan hal dasar yang harus terpenuhi segala kebutuhan, kewajiban, dan tanggung jawabnya. Karena itu akan dipaparkan terlebih dahulu sebenarnya bagaimana keinginan para orang tua, pemain bisnis, guru dan siswa tentang sistem, metode dan pendekatan yang dilakukan di dunia pendidikan.

1. Orang Tua
Keingainan orang tua dari sebuah sekolah sebenarnya adalah mendidik anak mereka dengankemampuan bergaul dengan orang lain dan tanggung jawab. Mereka ingin anaknya memilkitoleranasi tinggi, mampu memechkan maslah, dan kreatif; disamping materi umum yang menjadiketentuan di sekolah tersebut.Perubahan zaman pun memberikan serangkaian keinginan dan harapan yang yang berbeda dari orang tua terhadap guru dan anaknya. Pada dekade 1990an disebut sebagi suatu dekade “kembali ke hal dasar” dalam pendidikan. Pada tahun tersebut ada tiga hal pokok yang menjadi titik berat, yaitu membaca, menulis dan menghitung.

Trend tersebut berbeda jauh dengan tahun sebelumnya. Perubahan tersebut terlacak oleh sosiolog university of Michigan, Duane Alwin, pada tahun 1920an. Alwin mencatat bahwa pada tahun itu orang tua mengutamakna ketaatan, kepatuhan, rasa hormat pada rumah dan agama, serta perilaku sopan sebagai suau sifat yang mereka inginkan pada anak.
ALwin kemkemudian menyimpulkan bahwa perubahan ekonomi global menyebabkan perubahan itu terjadi. Dunia semakin rumit. Orang tua ingin anak-anak mereka sukses dalam kehidupan agar mampu bertahan. Para orang tua tahu bahwa pekerjaan yang bagus mengaharuskan kemampuan unuk berfikir sendiri
.
2. Komunitas Bisnis
Para pemimpin komunitas bisnis memberikan jawaban dari pertanyaan tentang apa yang membuat sekolah ini menarik bagi pemimpin bisnis. Para pemimpin bisnis memaprkan bahwa kualitas dan dan keterampilanlah yang dicari pemberi kerja. Mereka pun menyerahkan 10 daftar besar yang dicari pemberi kerja. Ke 10 daftar itu yaitu:

  • Keterampilan berkomunikasi
  • Kejujuran/Integritas
  • Keterampilan kerja sama tim
  • Keterampialn perseorangan .
  • Motivasi/Inisiatf
  • Etos kerja yang kuat
  • Keterampilan analitis
  • Ketermpilan teknologi
  • Keterampilan Organisasi
  • Pikiran Kreatif
3. Guru
Guru tidak mau mengajar hanya demi mengajar. Mereka ingin apa yang mereka ajarkan memiliki nilai. Karena itu mereka ingin bekerjasama dengan orang tua dan bahkan pemimpin bisnis untuk menghasilkan anak didik yang produktif dan bermanfaat, mereka ingin mendiskusikan kebutuhan-kebutuhan anak didiknya dengnan orang tua dan para pebisnis. Di AB Combs ada program partnership for 21 century yaitu sebuah kegaiatan antara perusahaan dan pendidik. (Mungkin ini bisa diterapkan dalam pendidikan di Indonesia).
Selain itu pun mereka menginginkan hubungan keakraban yang baik, baik dengan siswanya, guru-guru yang lain, orang tua siswa, atau pelaku bisnis. Mereka pun ingin bakat mereka dimanfaatkan dengan baik dan dikembangkan oleh anak didiknya.
4. Siswa
Empat kebutuhan pokok anak yaitu
  • Fisik: Keselamatan, makanan, latihan, tempat berlindung, dan kebersihan
  • Emosi social: Penerimaan, kebaikan, persahabatan, dan hasrat
  • Mental: Pertumbuhan kecerdasan, kreativitas, dan tantangan yang mebangkitkan
  • Spiritual: sumbangan, arti, dan keunikan.
Mengembangkan Sifat Kepemimpinan Anak
Di Ab Combs, sekolah mendapatkan misi unuk mengembangkan Kepemimpina Pada Setiap anak. Mereka hendak mengirim pesan yang jelas kepada setiap anak bahwa nilai diri lebih berharga dari pada nilai rapor dan ujjian. Mereka ingin memastikan bahwa tak seorangpun siswa merasa tanpa harapan atau putus asa. Inilah alasan, tujuan serta laporan dibalik bagaimana dan mengapa “kepemimpinan” dipilih sebagai tema magnet baru sekolah dan bagaimana kesuksesan AB Combs berakar.

Kepemimpinan adalah istilah yang mereka gunakan untuk meliputi berbagi karakter, sifat, dan kemapuan dasar yang disuarakan secara bersama oleh para orang tua, pemimpin bisnis, pendidik, dan bahkan siswa. Kata kuncinya adalah pendidik tidak hanya mengarkan fakta saja, tapi juga mengajarkan keterampilan dan perinsip yang bisa memberi dampak langsung hari ini, atau esok.

Cetak Biru 7 Kebisaaan
Pada tahun 1999, A.B. Sisir SD di Raleigh, NC memutuskan untuk menerapkan pelajaran yang tak ternilai dari 7 Kebisaaan untuk kurikulum nya. Hasilnya sungguh menakjubkan. Hanya dalam waktu satu tahun, nilai rata-rata siswa lulus meningkat 84-94 persen. Ketidakdisplinan menurun tajam. Orang tua mulai melaporkan perubahan luar bisaa pada anak-anak mereka, sikap dan perilakunya.. Siswa mulai pemecahan masalah dan terlibat dalam cara-cara yang lebih positif satu sama lain. (http://www.theleaderinme.org/books_lim.html)
Contoh kurikulum inti sekolah dalam menerapkan metode kepemimpinan di sekolah antara lain :
  • Mengembangkan yang memiliki keterampilan dan kepercayaan diri siswa untuk berhasil sebagai pemimpin di abad ke-21.
  • Mengurangi ketidak disiplinan siswa.
  • Mengajar dan mengembangkan karakter dan kepemimpinan melalui kurikulum inti yang sudah ada.
  • Meningkatkan prestasi akademik. Meningkatkan tingkat akuntabilitas dan keterlibatan antara kedua orangtua dan staf
Tujuh kebisaaan itu yaitu:

1. Jadilah Proaktif
saya orang yang bertanggung jawab. Saya mengambil Inisaitaif. Saya menentukan tindakan, sikap, dan suasana hati saya. Saya tidak menyalahkan orang lain bila melakukan kesalahan. Saya melakukan hal yang seharusnya saya lakukan tanpa diminta, meskipun tidak ada orang yang melihat.
2. Mulai dengan Tujuan Akhir
Saya membuat rencana di depan dan menetapkan target. Saya melakukan hal-hal yang berarti dan membuat perbedaan. Saya adalah bagian penting dari kelas saya dan saya memberi kontribusi terhadap misi dan visi sekolah, Saya berusaha menjadi warga yang baik.
3. Dahulukan yang Utama
Saya menghabiskan waktu untuk hal-hal terpenting. Ini berarti saya mengatakan tidak pada hal-hal yang tak boleh saya lakukan. Saya menetapkan prioritas, membuat jadwal, dan melaksanakan rencana. Saya disiplin dan terorganisir.
4. Berfikir Menang-Menang
Saya menyeimbangkan keberanian mendapatkan kemauan saya dan kemauan orang lain. Saya selalu mempertimbangkan peran orang lain. Jika terjadi perselisihan saya mencari alternatif ketiga.
5. Berusaha Memahami Dahulu, Kemudian Berusaha Dipahami
Saya mendengarkan gagasan dan perasaan orang lain. Saya mencoba melihat dari sudut pandang mereka. Saya mendengarkan orang lain tanpa memotong pembicaraan. Saya percaya diri menyuarakan gagasan saya. Saya menatap lawan bicara saya.
6. Wujudkan Sinergi
Saya menghargai kekuatan orang lain dan belajar darinya. Saya pandai bergaul, bahkan dengan orang yang berbeda dari saya. Saya bekerja baik dalam kelompok. Saya meminta gagasan orang lain untuk memecahkan masalah karena saya tahu bila bekerja sama dengan orang lain kita dapat mebuat solusi yan lebih baik daipada alau bekerja sendiri. Saya rendah hati.
7. Mengasah Gergaji
Saya menjaga tubuh dengan makan, berolahraga, dan tidur secukupnya. Saya menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman. Saya belajar dengan berbagai cara dan diberbagai tempat, bukan hanya di sekolah. Saya meluangkan waktu mencari cara yang berarti untuk membantu orang lain.
Tiga kebisaaan yang pertama bisa diringkas dalam sebuah pernyataan empat kata yang amat sederhana: Membuat dan memenuhi janji. Kemampuan untuk membuat janji adalah proaktivitas (Kebisaaan 1). Apa yang dijanjikan adalah Kebisaaan 2, dan memenuhi janji adalah Kebisaaan 3.
Tiga kebisaaan selanjutnya bisa diringkas dalam sebuah kalimat pendek: melibatkan orang dalam permasalahan dan carilah penyelesaiannya bersama-sama. Hal ini memerlukan rasa saling menghormati (Kebisaaan 4), saling memahami (Kebisaaan 5), dan kerja sama kreatif (Kebisaaan 6).
Dan terakhir di Kebisaaan 7, Mengasah Gergaji, adalah meningkatkan kompetensi di empat bidang kehidupan: tubuh, pikiran, hati, dan jiwa. Kebisaaan ini memperbarui integritas dan rasa aman seseorang yang berasal dari kedalaman dirinya sendiri (Kebisaaan 1, 2, dan 3) dan memperbarui semangat maupun karakter untuk membentuk tim yang saling melengkapi.

Prinsip-Prinsip Yang Diwujudkan Dalam 7 Kebisaaan
3 Hal penting dalam 7 kebisaaan ini yaitu: Pertama, prinsip-prinsip itu bersifat universal. Artinya, prinsip-prinsip itu mengatasi batas-batas budaya dan terkandung dalam semua agama utama dunia maupun falsafah hidup yang tak lekang oleh waktu. Kedua, prinsip-prinsip ini abadi—tak pernah berubah. Ketiga, prinsip-prinsip ini terbukti dengan sendirinya.
Dalam hal prinsip-prinsip yang mendasari 7 Kebisaaan, manusia tidak bisa membantah pentingnya tanggung jawab atau inisiatif, memiliki tujuan, integritas, saling menghormati, saling memahami, kerja sama kreatif, atau pentingnya untuk terus-menerus memperbarui diri. Tujuh Kebisaaan adalah prinsip-prinsip yang menyangkut karakter yang membentuk siapa dan apa diri manusia. Kebisaaan-kebisaaan ini memberikan basis bagi kredibilitas, wewenang moral, dan keterampilan yang membuat manusia bisa memiliki pengaruh besar dalam sebuah organisasi, termasuk keluarga, komunitas, dan masyarakat.

Strategi Yang Dilakukan
Pendekatan yang dilakuakan di sekolah A.B. Combs menggunakan pendekatan “ubiquitos”. Ubiquitos berarti pendekatan ini disesuaikan dengan segala sesuatu yang dilakukan di sekolah. Pendekatan ini menyatu sepenuhnya dengan cetak biru kepemimpinan. Pendekatan ini membuat sesuatu yang semula merupakan kurikulum baru beralih menjadi dasar dari budaya sekolah.

Pendekatan ini berusaha Mengembangkan kemampuan faktual menjadi karakter handal. Sebagai contoh penerapan di AB. Combs dilakukan oleh Dyane Barnett, seorang instruktur mata pelajaran membaca di AB combs. Sebagai bagian dari modul Kesusateraan dan menulis, ia meminta siswa kelas liam membedah puisi langston Huges “I dream a World”. Berisi visinya tentang sebuah dunia yang lebih baik. Setelah membahas kosakata, struktur, dan arti yang terdapat dalam puisi itu, Ibu Barnett membagi siswa menjadi beberapa tim dan memberi peran pemimpin kepada setiap anggota, misalnya juru tulis, pencatat waktu, atau juru bicara. Ia lalu memberikan selembar kertas ukuran poster kepada setiap tim dan menantang mereka untuk memilih sebuah alat kualitas guna menggambarkan bagian utama puisi tersebut. setelah itu mereka diberi tugas untuk membuat puisi dan impian yang mereka dambakan.

Contoh penerapan lain ketika guru mengerjakan membaca sastra, maka sekalian membacakan buku dan karya sastera tentang orang-orang yang bertanggung jawab, proaktif, atau jujur, atau membacakan karya sastera yang memotivasi siswa untuk menetapkan target dan gigih meraihnya.
Keberhasilan yang terjadi di sekolah AB. Combs dan sekolah-sekolah lain yang menerapkan basis leadership, membangun pondasinya tidak sekedar dari sebuah metode, pendekatan, tertentu. Pendekatan kepemimpinan tersebut mengintegrasikan pendekatannya dengan program-proglam lain yang teruji. Jadi dalam penerapannya program kepemimpinan ini sering diintegrasikan dengan metode-metode lain yang teruji, seperti metode belajar cepat (atau mungkin Quantum learning, dan lain-lain). Hal penting lain yang menyebabkan kesuksesan sekolah-sekolah tersebut adalah ketulusan, cinta dan kasih sayang. Disana ditanamkan nilai-nilai tentang cinta dan kasih sayang.

Kesimpulan

  1. Dunia yang memasuki perubahan besar, mengharuskan sekolah-sekolah untuk melakukan perubahan yang besar pula, tidak hanya dari segi metode belajar yang baik, tapi juga keterampilan-keterampilan dasar yang mesti dimiliki oleh anak untuk mampu bertahan dan bersaing dalam hidup.
  2. Perubahan itu bisa dilakukanmelalui pemahaman kebutuhan-kebutuhan elemen yang terkait denga bidang kehidupan anak (orang tua, guru, para pebisnis, dan siswa). Dengan hal itu maka keinginan atau kebutuhan itu bisa diterapkan menjadi suatu konsp misi dan kurikulum yang akan di ajarkan di sekolah.
  3. Tujuh Kebiasaan-kebiasaan efektif diajarkan kepada siswa agar siswa bisa memimpin untuk dirinya sendiri, untuk orang lain; belajar mengefektifkan waktu dan kebiasaan yang mengantarkan ke arah karakter handal dan sukses.


DAFTAR PUSTAKA


Covey, Stephen. 2009. The leader In Me. Jakarta: Gramedia pustaka Utama.
Covey, Stephen. 2005. THE 8th HABIT Melampaui Efektivitas, Menggapai Keagungan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
http://re-searchengines.com/nurkolis3.html
http://www.theleaderinme.org/books_lim.html

Kamis, 25 Maret 2010

Efektif dengan 7 Kebiasaan

I. Born To Be a WINNER

Manusia Terlahir sebagai Pemenang, Manusia dilahirkan dari proses bertemunya 1 sperma dan 1 ovum. Dari jutaan sperma hanya 1 sperma yang mampu membuahi ovum. Pria normal menghasilkan 250-500 juta sel sperma. 80 % diantaranya mati saat berenang mengarungi cairan rahim yang asam. 20 % yang selamat berenang melawan arus melewati tuba falopi yang panjang. Cuma 50 ribu sel saja yang selamat. Sel yang selamat itu masihlah terus berjuang. Dan hanya dibutuhkan satu sel sperma untuk bisa membuahi. Ialah yang kemudaian berubah menjadi zigot, dan terlahir sebagai manusia. ITULAH KITA.


II. Tipologi Pola Pikir Manusia Abad Ini.

Manusia seharusnya menyadari potensi terbesar yang dimilkinya. Dari riwayat penciptaannya pun bisa terlihat bahwa hakikatnya semua orang adalah pemenang sejati. Tapi sayang, cara pandang yang slah dalam melihat dunia, dan tidak adanya karakter untuk bisa memimpin baik untuk diri sendiri atau orang lain, menyebabkan potensi dasyatnya itu terbelenggu. Nanang Qasim menuliskan dalan 7 awareness pola kepribadian manusia di abad ini dengna 3 bentuk. Pertama mereka yang berfikiran seperti pengemis. Kedua mereka yang berfikiran seperti budak. Dan ketiga merka yang berfikire bijak sebagai seorang raja. Ketiga bentuk pola pemikiran ini dibangaun dalam konsep tipologi kepribadian. Yaitu :

1. Pola Fikir Seorang Pengemis

Karakter dari tipe pola fikir ini antara lain:

Ø Hanya berfikir bagaimana hidup hari ini.

Ø Moto mereka adalah “hidup untuk makan, makan untuk hidup”

Ø Mentalitas peminta-minta bukan pemberi. Mereka membangun akarnya bukan kedalam hatinya, tapi ke permukaan; bukan berharap pada kemampuan dirinya tapi mengharap orang lain

2. Pola Fikir Seorang Budak

ØTidak memikirkan diri sendiri. Bisa berfikir untuk satu bulan, tapi hanya untuk diri dan keluarga.

ØSosok manusia yang termakan ambisi, membungkuk pada harta uang, jabatan

Ø Sering dihinggapi beberapa permasalahan (penyakit) kejiwaan yaitu

a. Self sightedness. yaitu merasa Dirinya menajadi pusat segalanya, hanya memperdulikan fikirannya sendiri, sering asyik dengan apa yang dia lakukan sampai melupakan sekitarnya tanpa sadar

b. Stress Surender. Masalah yang komplek membuatnya menjadi pribadi yang terlihat kalah dalam perjuangan hidup

c. Ups and Down. Perasaan yang tidak menentu, terkadang semangat terkadang juga lelah

d. Chronic Cynicism. Kebiasaan mengkeritik, menyalahkan, dan selalu merasa tersaingi; bukan mencari kebaikan orang lain, tapi mencari kesalahan-kesalahan orang lain tanpa henti “Susah liat orang seneng, seneng liat orang susah”

e. Grouchiness. Menertawakan orang lain. Bukan tertawa karena punya jiwa humoris yang tinggi, tapi menertawakan apa yang tidak layak ditertawakan

f. Polyphasia. Kehilangan fokus/mengerjakan tugas dalam waktu yang sama. Sering terlihat bingung dari mana harus mulainya .

g. Feeling Pestered. Mudah tersinggung dan merasa terganggu oleh orang disekitarnya

h. Psychological Absenteeism Berfikir banyak, berfikir ke belakang tentang apa yang belum dikerjakan sehingga menimbulkan depresi

i. Chrono-Currency Memandang waktu sebagi uang dan sewtiap waktu yang tidak menghasilkan uang dianggap penghamburan dan sia-sia. Inilah bidak sang uang.

j. Ritual Deficit Disoner Perasaan kekosongan rohaniah, kehilangna makna hidup dan sering merindukan spiritual. Memilki kehampaan yang sangat dalam di dalam kehidupan

k. Wearines Terlihat kelelahan tanpa henti, pola tidu yang terganggu, serta seing mengantuk ketika sedang duduk.

l. Loss Comunication Malas berkomunikasi, baik kepda dirinya atuapun kepada orang lain

3. Pola Fikir Raja

Ciri dari tipe tipologi ini antara lain:

Ø Berfikir jauh ke depan, untuk generasi yang akan datang, untuk kemakmuran semuanya.

Ø Kuatnya visi yang mereka yakini

Ø Lebih mendengar suara hati

Ø Menciptakan sesuatu yang berbeda

Ø Menginspirasi dan berkomitmen

Ø Mereka yang mampu memimpin diri dan orang lain


III. anusiag dalam 7 kebiasaan ini yiautu dan terlahirlah manusiaaang panjang. cuma Ciri Kepemimpinan Menurut Stephen Covey

1. Terus belajar

Pemimpin yang berprinsip menganggap hidupnya sebagai proses belajar yang tiada henti untuk mengembangkan lingkaran pengetahuan mereka. Di saat yang sama, mereka juga menyadari betapa lingkaran ketidaktahuan mereka juga membesar. Mereka terus belajar dari pengalaman. Mereka tidak segan mengikuti pelatihan, mendengarkan orang lain, bertanya, ingin tahu, meningkatkan ketrampilan dan minat baru.

2. Berorientasi pada pelayanan

Pemimpin yang mampu melihat kehidupan ini sebagai misi, bukan karir. Ukuran keberhasilan mereka adalah bagaimana mereka bisa menolong dan melayani orang lain. Inti kepemimpinan yang berprinsip adalah kesediaan untuk memikul beban orang lain.

3. Memancarkan energi positif

Secara fisik, pemimpin yang berprinsip memiliki air muka yang menyenangkan dan bahagia. Mereka optimis, positif, bergairah, antusias, penuh harap, dan mempercayai. Mereka memancarkan energi positif yang akan mempengaruhi orang-orang di sekitarnya.

4. Mempercayai orang lain

Mereka yakin orang lain mempunyai potensi yang tak tampak. Namun tidak bereaksi secara berlebihan terhadap kelemahan-kelemahan manusiawi. Mereka tidak merasa hebat saat menemukan kelemahan orang lain. Ini membuat mereka tidak menjadi naif.

5. Hidup Seimbang

Mereka tidak menerima atau menolak sama sekali sesuatu. Meraka sadar dan penuh pertimbangan dalam tindakan. Ini membuat diri mereka seimbang, tidak berlebihan, mampu menguasai diri, dan bijak.

6. Melihat hidup sebagai sebuah petualangan

Mereka melihat hidup ini selalu sebagai sesuatu yang baru. Mereka siap menghadapinya karena rasa aman mereka datang dari dalam diri, bukan luar. Mereka menjadi penuh kehendak, inisiatif, kreatif, berani, dinamis, dan cerdik. Karena berpegang pada prinsip, mereka tidak mudah dipengaruhi namun fleksibel dalam menghadapi hampir semua hal. Mereka benar-benar menjalani kehidupan yang berkelimpahan.

7. Sinergistik

Mereka adalah katalis perubahan. Setiap situasi yang dimasukinya selalu diupayakan menjadi lebih baik. Karena itu, mereka selalu produktif dalam cara-cara baru dan kreatif. Dalam bekerja mereka menawarkan pemecahan sinergistik, pemecahan yang memperbaiki dan memperkaya hasil, bukan sekedar kompromi dimana masing-masing pihak hanya memberi dan menerima sedikit.

8. Berlatih untuk memperbarui diri

Pemimpin yang berprinsip secara teratur melatih empat dimensi kepribadian manusia: fisik, mental, emosi, dan spiritual. Mereka selalu memperbarui diri secara bertahap. Dan ini membuat diri dan karakter mereka kuat, sehat dengan keinginan untuk melayani yang sangat kuat pula.

Kedelapan ciri di atas bisa dibentuk dengan cara membuat sebuah kebiasaan-kebiasaan yang efektif. Kebiasaan-kebiasaan itulah yang membentuk karakter, dan karakter itulah yang membentuk kepribadian. Stephen Covey membuat kebiasaan itu dalam 7 bentuk kebiasaan yang efektif, yang berguna dalam peningkatan kualitas hidup manusia.

“taburlah gagasan, petiklah perbuatan, taburlah perbuatan petiklah kebiasaan, taburlah kebiasaan, petiklah karakter, taburlah karakter, petiklah nasib. (Stephen Covey)

IV. 7 Kebiasan Baik yang Efektif (Stephen Covey)

1. Menjadi Proaktif

Menjadi proaktif adalah sesuatu yang lebih dari sekadar mengambil inisiatif. Proaktif berarti menyadari bahwa kita bertanggung jawab terhadap pilihan-pilihan kita dan memiliki kebebasan untuk memilih berdasarkan prinsip dan nilai, dan bukan berdasarkan suasana hati atau kondisi di sekitar kita. Orang-orang yang proaktif adalah agen-agen perubahan, dan memilih untuk tidak menjadi korban, untuk tidak menjadi reaktif; mereka memilih untuk tidak menyalahkan orang lain.

2. Mulai dengan tujuan akhir

Individu, keluarga, tim, dan organisasi membentuk masa depan mereka dengan terlebih dahulu menciptakan sebuah visi mental untuk segala proyek, baik besar maupun kecil, pribadi atau antarpribadi. Mereka tidak sekadar hidup dari hari ke hari tanpa tujuan yang jelas dalam pikiran mereka. Mereka mengidentifikasi diri dan memberikan komitmen terhadap prinsip, hubungan, dan tujuan yang paling berarti bagi mereka.

3. Dahulukan yang utama

Mendahulukan yang utama berarti mengatur aktivitas dan melaksanakannya berdasarkan prioritas-prioritas yang paling penting. Apa pun situasinya, hal itu berarti menjalani kehidupan dengan didasarkan pada prinsip-prinsip yang Anda rasakan paling berharga, bukan oleh agenda dan kekuatan sekitar yang mendesak Anda.

4. Berfikir Menang-menang

Berpikir menang-menang adalah kerangka pikiran dan hati yang berusaha mencari manfaat bersama dan saling menghormati di dalam segala jenis interaksi. Berpikir menang-menang adalah berpikir dengan dasar-dasar Mentalitas Berkelimpahan yang melihat banyak peluang, dan bukan berpikir dengan Mentalitas Berkekurangan dan persaingan yang saling mematikan. Kebiasaan ini bukanlah berpikir secara egois (menang-kalah) atau seperti martir (kalah-menang). Kebiasaan ini adalah berpikir dengan mengacu pada kepentingan "kita," bukan "aku."

5. Berusaha Memahami Dulu, Baru Kemudian Berusaha Dipahami.

Jika kita mendengar dengan maksud untuk memahami orang lain, dan bukan sekadar untuk mencari celah untuk menjawab, kita bisa memulai komunikasi dan pembentukan hubungan yang sejati. Peluang-peluang untuk berbicara secara terbuka dan untuk dipahami kemudian akan datang secara lebih alamiah dan mudah. Berusaha untuk memahami memerlukan pertimbangan matang; berusaha untuk dipahami memerlukan keberanian. Efektivitas terletak pada menyeimbangkan atau menggabungkan keduanya.

6. Bersinergi

Sinergi adalah alternatif ketiga—bukan cara saya, cara Anda, tetapi sebuah cara ketiga yang lebih baik daripada apa yang bisa kita capai sendiri-sendiri. Sinergi merupakan buah dari sikap menghormati, menghargai, dan bahkan merayakan adanya perbedaan di antara orang-orang. Sinergi bersangkut paut dengan upaya untuk memecahkan masalah, meraih peluang dan menyelesaikan perbedaan. Ini seperti kerja sama kreatif di mana 1 + 1 = 3 , 1 1 , 111 ... Atau lebih banyak lagi.

Sinergi juga merupakan kunci keberhasilan dari tim atau hubungan efektif mana pun. Sebuah tim yang bersinergi adalah sebuah tim yang saling melengkapi, di mana tim itu diatur sedemikian rupa sehingga kekuatan dari para anggotanya bisa saling menutupi kelemahan-kelemahannya. Dengan cara ini kita mengoptimalkan kekuatan, bekerja dengan kekuatan tersebut, dan membuat kelemahan dari masing-masing orang menjadi tidak relevan.

  1. Asahlah Gergaji

Mengasah gergaji berkenaan dengan upaya kita untuk memperbarui diri secara terus-menerus pada empat bidang dasar kehidupan: fisik, sosial/emosional, mental, dan spiritual. Ini adalah kebiasaan yang meningkatkan kapasitas kita untuk menjalankan semua kebiasaan lain yang akan meningkatkan efektivitas kita.

Tiga kebiasaan yang pertama bisa diringkas dalam sebuah pernyataan empat kata yang amat sederhana: Membuat dan memenuhi janji. Kemampuan untuk membuat janji adalah proaktivitas (Kebiasaan 1). Apa yang dijanjikan adalah Kebiasaan 2, dan memenuhi janji adalah Kebiasaan 3.

Tiga kebiasaan selanjutnya bisa diringkas dalam sebuah kalimat pendek: Libatkan orang dalam permasalahan dan carilah penyelesaiannya bersama-sama. Hal ini memerlukan rasa saling menghormati (Kebiasaan 4), saling memahami (Kebiasaan 5), dan kerja sama kreatif (Kebiasaan 6).

Dan terakhir di Kebiasaan 7, Mengasah Gergaji, adalah meningkatkan kompetensi di empat bidang kehidupan: tubuh, pikiran, hati, dan jiwa. Kebiasaan ini memperbarui integritas dan rasa aman seseorang yang berasal dari kedalaman dirinya sendiri (Kebiasaan 1, 2, dan 3) dan memperbarui semangat maupun karakter untuk membentuk tim yang saling melengkapi.

Prinsip-Prinsip Yang Diwujudkan Dalam 7 Kebiasaan

3 Hal penting dalam 7 kebiasaan ini yaitu: Pertama, prinsip-prinsip itu bersifat universal. Artinya, prinsip-prinsip itu mengatasi batas-batas budaya dan terkandung dalam semua agama utama dunia maupun falsafah hidup yang tak lekang oleh waktu. Kedua, prinsip-prinsip ini abadi—tak pernah berubah. Ketiga, prinsip-prinsip ini terbukti dengan sendirinya.

Dalam hal prinsip-prinsip yang mendasari 7 Kebiasaan, manusia tidak bisa membantah pentingnya tanggung jawab atau inisiatif, memiliki tujuan, integritas, saling menghormati, saling memahami, kerja sama kreatif, atau pentingnya untuk terus-menerus memperbarui diri. Tujuh Kebiasaan adalah prinsip-prinsip yang menyangkut karakter yang membentuk siapa dan apa diri manusia. Kebiasaan-kebiasaan ini memberikan basis bagi kredibilitas, wewenang moral, dan keterampilan yang membuat manusia bisa memiliki pengaruh besar dalam sebuah organisasi, termasuk keluarga, komunitas, dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Covey, Stephen. 2005. THE 8th HABIT Melampaui Efektivitas, Menggapai Keagungan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Yusuf, Nanang Qasim. 2006. The 7 Awareness. Jakarta: Grasindo