Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

GRADUATION

31 Maret 2012.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Lebaran 1434 H

sabisa-bisa kudu bisa pasti bisa

Kunjungan

Sahabat-sahabat dari Yogyakarta.

Kegiatan

Lomba Penegak Pramuka.

Kamis, 25 Maret 2010

Efektif dengan 7 Kebiasaan

I. Born To Be a WINNER

Manusia Terlahir sebagai Pemenang, Manusia dilahirkan dari proses bertemunya 1 sperma dan 1 ovum. Dari jutaan sperma hanya 1 sperma yang mampu membuahi ovum. Pria normal menghasilkan 250-500 juta sel sperma. 80 % diantaranya mati saat berenang mengarungi cairan rahim yang asam. 20 % yang selamat berenang melawan arus melewati tuba falopi yang panjang. Cuma 50 ribu sel saja yang selamat. Sel yang selamat itu masihlah terus berjuang. Dan hanya dibutuhkan satu sel sperma untuk bisa membuahi. Ialah yang kemudaian berubah menjadi zigot, dan terlahir sebagai manusia. ITULAH KITA.


II. Tipologi Pola Pikir Manusia Abad Ini.

Manusia seharusnya menyadari potensi terbesar yang dimilkinya. Dari riwayat penciptaannya pun bisa terlihat bahwa hakikatnya semua orang adalah pemenang sejati. Tapi sayang, cara pandang yang slah dalam melihat dunia, dan tidak adanya karakter untuk bisa memimpin baik untuk diri sendiri atau orang lain, menyebabkan potensi dasyatnya itu terbelenggu. Nanang Qasim menuliskan dalan 7 awareness pola kepribadian manusia di abad ini dengna 3 bentuk. Pertama mereka yang berfikiran seperti pengemis. Kedua mereka yang berfikiran seperti budak. Dan ketiga merka yang berfikire bijak sebagai seorang raja. Ketiga bentuk pola pemikiran ini dibangaun dalam konsep tipologi kepribadian. Yaitu :

1. Pola Fikir Seorang Pengemis

Karakter dari tipe pola fikir ini antara lain:

Ø Hanya berfikir bagaimana hidup hari ini.

Ø Moto mereka adalah “hidup untuk makan, makan untuk hidup”

Ø Mentalitas peminta-minta bukan pemberi. Mereka membangun akarnya bukan kedalam hatinya, tapi ke permukaan; bukan berharap pada kemampuan dirinya tapi mengharap orang lain

2. Pola Fikir Seorang Budak

ØTidak memikirkan diri sendiri. Bisa berfikir untuk satu bulan, tapi hanya untuk diri dan keluarga.

ØSosok manusia yang termakan ambisi, membungkuk pada harta uang, jabatan

Ø Sering dihinggapi beberapa permasalahan (penyakit) kejiwaan yaitu

a. Self sightedness. yaitu merasa Dirinya menajadi pusat segalanya, hanya memperdulikan fikirannya sendiri, sering asyik dengan apa yang dia lakukan sampai melupakan sekitarnya tanpa sadar

b. Stress Surender. Masalah yang komplek membuatnya menjadi pribadi yang terlihat kalah dalam perjuangan hidup

c. Ups and Down. Perasaan yang tidak menentu, terkadang semangat terkadang juga lelah

d. Chronic Cynicism. Kebiasaan mengkeritik, menyalahkan, dan selalu merasa tersaingi; bukan mencari kebaikan orang lain, tapi mencari kesalahan-kesalahan orang lain tanpa henti “Susah liat orang seneng, seneng liat orang susah”

e. Grouchiness. Menertawakan orang lain. Bukan tertawa karena punya jiwa humoris yang tinggi, tapi menertawakan apa yang tidak layak ditertawakan

f. Polyphasia. Kehilangan fokus/mengerjakan tugas dalam waktu yang sama. Sering terlihat bingung dari mana harus mulainya .

g. Feeling Pestered. Mudah tersinggung dan merasa terganggu oleh orang disekitarnya

h. Psychological Absenteeism Berfikir banyak, berfikir ke belakang tentang apa yang belum dikerjakan sehingga menimbulkan depresi

i. Chrono-Currency Memandang waktu sebagi uang dan sewtiap waktu yang tidak menghasilkan uang dianggap penghamburan dan sia-sia. Inilah bidak sang uang.

j. Ritual Deficit Disoner Perasaan kekosongan rohaniah, kehilangna makna hidup dan sering merindukan spiritual. Memilki kehampaan yang sangat dalam di dalam kehidupan

k. Wearines Terlihat kelelahan tanpa henti, pola tidu yang terganggu, serta seing mengantuk ketika sedang duduk.

l. Loss Comunication Malas berkomunikasi, baik kepda dirinya atuapun kepada orang lain

3. Pola Fikir Raja

Ciri dari tipe tipologi ini antara lain:

Ø Berfikir jauh ke depan, untuk generasi yang akan datang, untuk kemakmuran semuanya.

Ø Kuatnya visi yang mereka yakini

Ø Lebih mendengar suara hati

Ø Menciptakan sesuatu yang berbeda

Ø Menginspirasi dan berkomitmen

Ø Mereka yang mampu memimpin diri dan orang lain


III. anusiag dalam 7 kebiasaan ini yiautu dan terlahirlah manusiaaang panjang. cuma Ciri Kepemimpinan Menurut Stephen Covey

1. Terus belajar

Pemimpin yang berprinsip menganggap hidupnya sebagai proses belajar yang tiada henti untuk mengembangkan lingkaran pengetahuan mereka. Di saat yang sama, mereka juga menyadari betapa lingkaran ketidaktahuan mereka juga membesar. Mereka terus belajar dari pengalaman. Mereka tidak segan mengikuti pelatihan, mendengarkan orang lain, bertanya, ingin tahu, meningkatkan ketrampilan dan minat baru.

2. Berorientasi pada pelayanan

Pemimpin yang mampu melihat kehidupan ini sebagai misi, bukan karir. Ukuran keberhasilan mereka adalah bagaimana mereka bisa menolong dan melayani orang lain. Inti kepemimpinan yang berprinsip adalah kesediaan untuk memikul beban orang lain.

3. Memancarkan energi positif

Secara fisik, pemimpin yang berprinsip memiliki air muka yang menyenangkan dan bahagia. Mereka optimis, positif, bergairah, antusias, penuh harap, dan mempercayai. Mereka memancarkan energi positif yang akan mempengaruhi orang-orang di sekitarnya.

4. Mempercayai orang lain

Mereka yakin orang lain mempunyai potensi yang tak tampak. Namun tidak bereaksi secara berlebihan terhadap kelemahan-kelemahan manusiawi. Mereka tidak merasa hebat saat menemukan kelemahan orang lain. Ini membuat mereka tidak menjadi naif.

5. Hidup Seimbang

Mereka tidak menerima atau menolak sama sekali sesuatu. Meraka sadar dan penuh pertimbangan dalam tindakan. Ini membuat diri mereka seimbang, tidak berlebihan, mampu menguasai diri, dan bijak.

6. Melihat hidup sebagai sebuah petualangan

Mereka melihat hidup ini selalu sebagai sesuatu yang baru. Mereka siap menghadapinya karena rasa aman mereka datang dari dalam diri, bukan luar. Mereka menjadi penuh kehendak, inisiatif, kreatif, berani, dinamis, dan cerdik. Karena berpegang pada prinsip, mereka tidak mudah dipengaruhi namun fleksibel dalam menghadapi hampir semua hal. Mereka benar-benar menjalani kehidupan yang berkelimpahan.

7. Sinergistik

Mereka adalah katalis perubahan. Setiap situasi yang dimasukinya selalu diupayakan menjadi lebih baik. Karena itu, mereka selalu produktif dalam cara-cara baru dan kreatif. Dalam bekerja mereka menawarkan pemecahan sinergistik, pemecahan yang memperbaiki dan memperkaya hasil, bukan sekedar kompromi dimana masing-masing pihak hanya memberi dan menerima sedikit.

8. Berlatih untuk memperbarui diri

Pemimpin yang berprinsip secara teratur melatih empat dimensi kepribadian manusia: fisik, mental, emosi, dan spiritual. Mereka selalu memperbarui diri secara bertahap. Dan ini membuat diri dan karakter mereka kuat, sehat dengan keinginan untuk melayani yang sangat kuat pula.

Kedelapan ciri di atas bisa dibentuk dengan cara membuat sebuah kebiasaan-kebiasaan yang efektif. Kebiasaan-kebiasaan itulah yang membentuk karakter, dan karakter itulah yang membentuk kepribadian. Stephen Covey membuat kebiasaan itu dalam 7 bentuk kebiasaan yang efektif, yang berguna dalam peningkatan kualitas hidup manusia.

“taburlah gagasan, petiklah perbuatan, taburlah perbuatan petiklah kebiasaan, taburlah kebiasaan, petiklah karakter, taburlah karakter, petiklah nasib. (Stephen Covey)

IV. 7 Kebiasan Baik yang Efektif (Stephen Covey)

1. Menjadi Proaktif

Menjadi proaktif adalah sesuatu yang lebih dari sekadar mengambil inisiatif. Proaktif berarti menyadari bahwa kita bertanggung jawab terhadap pilihan-pilihan kita dan memiliki kebebasan untuk memilih berdasarkan prinsip dan nilai, dan bukan berdasarkan suasana hati atau kondisi di sekitar kita. Orang-orang yang proaktif adalah agen-agen perubahan, dan memilih untuk tidak menjadi korban, untuk tidak menjadi reaktif; mereka memilih untuk tidak menyalahkan orang lain.

2. Mulai dengan tujuan akhir

Individu, keluarga, tim, dan organisasi membentuk masa depan mereka dengan terlebih dahulu menciptakan sebuah visi mental untuk segala proyek, baik besar maupun kecil, pribadi atau antarpribadi. Mereka tidak sekadar hidup dari hari ke hari tanpa tujuan yang jelas dalam pikiran mereka. Mereka mengidentifikasi diri dan memberikan komitmen terhadap prinsip, hubungan, dan tujuan yang paling berarti bagi mereka.

3. Dahulukan yang utama

Mendahulukan yang utama berarti mengatur aktivitas dan melaksanakannya berdasarkan prioritas-prioritas yang paling penting. Apa pun situasinya, hal itu berarti menjalani kehidupan dengan didasarkan pada prinsip-prinsip yang Anda rasakan paling berharga, bukan oleh agenda dan kekuatan sekitar yang mendesak Anda.

4. Berfikir Menang-menang

Berpikir menang-menang adalah kerangka pikiran dan hati yang berusaha mencari manfaat bersama dan saling menghormati di dalam segala jenis interaksi. Berpikir menang-menang adalah berpikir dengan dasar-dasar Mentalitas Berkelimpahan yang melihat banyak peluang, dan bukan berpikir dengan Mentalitas Berkekurangan dan persaingan yang saling mematikan. Kebiasaan ini bukanlah berpikir secara egois (menang-kalah) atau seperti martir (kalah-menang). Kebiasaan ini adalah berpikir dengan mengacu pada kepentingan "kita," bukan "aku."

5. Berusaha Memahami Dulu, Baru Kemudian Berusaha Dipahami.

Jika kita mendengar dengan maksud untuk memahami orang lain, dan bukan sekadar untuk mencari celah untuk menjawab, kita bisa memulai komunikasi dan pembentukan hubungan yang sejati. Peluang-peluang untuk berbicara secara terbuka dan untuk dipahami kemudian akan datang secara lebih alamiah dan mudah. Berusaha untuk memahami memerlukan pertimbangan matang; berusaha untuk dipahami memerlukan keberanian. Efektivitas terletak pada menyeimbangkan atau menggabungkan keduanya.

6. Bersinergi

Sinergi adalah alternatif ketiga—bukan cara saya, cara Anda, tetapi sebuah cara ketiga yang lebih baik daripada apa yang bisa kita capai sendiri-sendiri. Sinergi merupakan buah dari sikap menghormati, menghargai, dan bahkan merayakan adanya perbedaan di antara orang-orang. Sinergi bersangkut paut dengan upaya untuk memecahkan masalah, meraih peluang dan menyelesaikan perbedaan. Ini seperti kerja sama kreatif di mana 1 + 1 = 3 , 1 1 , 111 ... Atau lebih banyak lagi.

Sinergi juga merupakan kunci keberhasilan dari tim atau hubungan efektif mana pun. Sebuah tim yang bersinergi adalah sebuah tim yang saling melengkapi, di mana tim itu diatur sedemikian rupa sehingga kekuatan dari para anggotanya bisa saling menutupi kelemahan-kelemahannya. Dengan cara ini kita mengoptimalkan kekuatan, bekerja dengan kekuatan tersebut, dan membuat kelemahan dari masing-masing orang menjadi tidak relevan.

  1. Asahlah Gergaji

Mengasah gergaji berkenaan dengan upaya kita untuk memperbarui diri secara terus-menerus pada empat bidang dasar kehidupan: fisik, sosial/emosional, mental, dan spiritual. Ini adalah kebiasaan yang meningkatkan kapasitas kita untuk menjalankan semua kebiasaan lain yang akan meningkatkan efektivitas kita.

Tiga kebiasaan yang pertama bisa diringkas dalam sebuah pernyataan empat kata yang amat sederhana: Membuat dan memenuhi janji. Kemampuan untuk membuat janji adalah proaktivitas (Kebiasaan 1). Apa yang dijanjikan adalah Kebiasaan 2, dan memenuhi janji adalah Kebiasaan 3.

Tiga kebiasaan selanjutnya bisa diringkas dalam sebuah kalimat pendek: Libatkan orang dalam permasalahan dan carilah penyelesaiannya bersama-sama. Hal ini memerlukan rasa saling menghormati (Kebiasaan 4), saling memahami (Kebiasaan 5), dan kerja sama kreatif (Kebiasaan 6).

Dan terakhir di Kebiasaan 7, Mengasah Gergaji, adalah meningkatkan kompetensi di empat bidang kehidupan: tubuh, pikiran, hati, dan jiwa. Kebiasaan ini memperbarui integritas dan rasa aman seseorang yang berasal dari kedalaman dirinya sendiri (Kebiasaan 1, 2, dan 3) dan memperbarui semangat maupun karakter untuk membentuk tim yang saling melengkapi.

Prinsip-Prinsip Yang Diwujudkan Dalam 7 Kebiasaan

3 Hal penting dalam 7 kebiasaan ini yaitu: Pertama, prinsip-prinsip itu bersifat universal. Artinya, prinsip-prinsip itu mengatasi batas-batas budaya dan terkandung dalam semua agama utama dunia maupun falsafah hidup yang tak lekang oleh waktu. Kedua, prinsip-prinsip ini abadi—tak pernah berubah. Ketiga, prinsip-prinsip ini terbukti dengan sendirinya.

Dalam hal prinsip-prinsip yang mendasari 7 Kebiasaan, manusia tidak bisa membantah pentingnya tanggung jawab atau inisiatif, memiliki tujuan, integritas, saling menghormati, saling memahami, kerja sama kreatif, atau pentingnya untuk terus-menerus memperbarui diri. Tujuh Kebiasaan adalah prinsip-prinsip yang menyangkut karakter yang membentuk siapa dan apa diri manusia. Kebiasaan-kebiasaan ini memberikan basis bagi kredibilitas, wewenang moral, dan keterampilan yang membuat manusia bisa memiliki pengaruh besar dalam sebuah organisasi, termasuk keluarga, komunitas, dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Covey, Stephen. 2005. THE 8th HABIT Melampaui Efektivitas, Menggapai Keagungan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Yusuf, Nanang Qasim. 2006. The 7 Awareness. Jakarta: Grasindo

Senin, 22 Maret 2010

Doa Orang Yang Menderita Kesedihan Mendalam

di dunia merupakan permainan dan senda gurau. Ada kalanya menang ada kalanya kalah. Susah dan senang silih berganti. Senangnya merupakan kesenangan yang menipu, sedihnya merupakan kesengsaraan sementara. Itulah dinamika kehidupan di alam fana. Sungguh berbeda dengan kehidupan sejati dan abadi di akhirat kelak nanti. Barangsiapa senang, maka ia akan selamanya senang (Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan ini). Barangsiapa menderita, maka ia akan menderita selamanya (wa na’udzu billahi min dzalika).

Orang beriman yang benar-benar memahami hakikat kehidupan di dunia tidak akan pernah membiarkan dirinya tenggelam dalam kesenangan sehingga membuat lupa diri. Demikian pula saat mengalami kesedihan, maka ia tidak membiarkan dirinya tenggelam dalam keputus-asaan.

Di antara ciri khas orang beriman ialah saat ia dirundung malang, maka ia segera kembali kepada Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Allah Subhaanahu wa ta’aala. Ia segera mengingatNya (dzikrullah) dan memanggil-Nya. Sebab ia tahu bahwa hanya dengan mengingat dan memanggil Allah sajalah hati akan memperoleh ketenteraman. Tidak ada tempat lain yang patut dijadikan muara pengaduan selain kepada Rabb, Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa kehidupan ini.

الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

”Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar-Ra’du ayat 28)

Setiap orang pasti pernah mengalami kondisi hidup yang mendatangkan kesedihan. Bahkan kadangkala bila ujian hidup terasa begitu berat ia menjadi penderitaan yang menimbulkan kesedihan sangat mendalam. Barangkali ada yang anaknya -buah hatinya- baru saja berpulang ke Rahmatullah. Atau barangkali seseorang baru saja bercerai dengan pasangan hidupnya. Atau barangkali baru dapat vonis dokter kalau dirinya mengidap penyakit berat. Atau barangkali anak pertamanya lahir dengan ketidak-sempurnaan fisik alias cacat permanen. Apapun keadaannya, yang jelas semua itu merupakan ujian Allah bagi orang beriman. Bila ia lulus menghadapinya, maka derajat imannya akan naik di sisi Allah.

Alhamdulillah kita punya Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam yang memberikan tuntunan bagaimana seharusnya kita selaku orang beriman berrespon terhadap keadaan sulit dalam hidup di dunia fana ini. Beliau mengajarkan sebuah do’a bagi siapapun yang menderita kesedihan mendalam.

Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Doa orang yang sedang menderita (kesedihan yang mendalam) ialah:

“Ya Allah, RahmatMu aku harapkan, janganlah Engkau serahkan segala urusanku kepada diriku sendiri walau sekejap mata, perbaikilah segala urusanku, tiada ilah yang berhak disembah selain Engkau.” (HR Abu Dawud)

Dari do’a ini sekurangnya ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik:

Pertama, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengarahkan orang yang menderita kesedihan mendalam agar hanya dan hanya mengharapkan rahmat (kasih-sayang) Allah. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengajarkan ummatnya agar senantiasa kembali kepada Allah sebelum segala sesuatunya. Sebab betapapun keadaan sulit yang dihadapi seseorang, namun jika dirinya masih dirahmati Allah berarti ia masih dikategorikan sebagai orang yang beruntung. Alangkah ruginya seseorang yang berhasil meraih berbagai kesuksesan duniawi namun dirinya jauh dari rahmat (kasih-sayang) Allah. Alangkah tertipunya orang yang berhasil mendapat simpati bahkan pujian manusia banyak namun Allah tidak mencurahkan rahmat-Nya kepada dirinya.

Kedua, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengajarkan kita untuk selalu bertawakkal hanya kepada Allah semata dalam semua urusan dan situasi kehidupan. Jangan hendaknya seseorang menyerahkan urusan dan persoalan hidupnya kepada dirinya sendiri atau kepada manusia lain. Sebab tidak ada manusia yang menguasai taqdir hidup dirinya sendiri apalagi orang lain. Allah sajalah Yang Maha Kuasa untuk mengubah hidup kita dari suatu keadaan kepada keadaan lainnya. Allah sajalah Yang Maha Kuasa untuk mengubah taqdir seseorang. Oleh karenanya kita disuruh berdo’a kepada Allah. Jika do’a kita diperkenankan oleh Allah, maka sangat mungkin taqdir kita berubah. Mohonlah kepada Allah agar segala urusan kita diperbaiki-Nya.

Ketiga, kita disuruh mengulang kembali ikrar Tauhid Laa ilaaha illa Allah. Sebab dengan kita mengulang kembali komitmen fundamental ini, maka Allah akan memandang kita sebagai seorang mu’min yang memahami sepenuhnya ucapan dalam sholat kita yang berbunyi:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

”Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS Al-Fatihah ayat 4)

Saudaraku, marilah kita menghibur diri di kala sedih dengan jalan terbaik, yaitu mengikuti sunnah Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Marilah kita biasakan membaca do’a yang Nabi shollallahu ’alaih wa sallam ajarkan. Semoga dengan demikian Allah benar-benar akan mendatangkan ketenteraman bagi kita bersama. Selain itu, mudah-mudahan Allah akan memberi solusi terbaik saat kita menghadapi berbagai ujian kehidupan dunia yang fana ini.

Elok kiranya bila dalam rangka mengharapkan agar do’a kita lebih mungkin dikabulkan Allah, maka kita perbanyak membaca do’a pelipur lara ini ketika kita sedang dalam keadaan bersujud, khususnya ketika sujud terakhir dalam sholat-sholat sunnah kita. Sebab Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ

“Sedekat-dekatnya hamba kepada Rabbnya ialah ketika ia sedang sujud, maka perbanyaklah do’a.” (HR Muslim)

Sumber :

http://www.eramuslim.com/suara-langit/ringan-berbobot/doa-orang-yang-menderita-kesedihan-mendalam.htm



Secangkir Fikiran Lepas

Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya . (QS. AL BAQARAH [2]: 25)

Kesehatan selalu berkorelasi dengan kebaikan, baik dikorelasikan dengan cara ilmiah, atau dengan metode kontemplasi yang sebatas apriori. Kebiasaan berbuat baik, baik untuk sendiri atau orang lain, tentu akan berpengaruh pada proses kesehatan manusia, hal itu dikarenakan hati mengeluarkan ekspresi nya yang luar biasa.

Makin Sosial makin Sehat.
Manusia tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sosial. Ia terlahir sebagai bagaian dari komunitas kehidupan yang beraneka ragam. karena itu manusia disebut sebagai makhluk sosial. Jika seseorang tidak mampu melakukan kontak sosial, tentulah ia akan terisolasi, dan akan banyak gangguan yang akan sering dialami oleh manusia tadi.

Penelitian (1993) pada 270 orang yang tinggal di Tecumseh Michigan membuktikan bahwa mereka yang bekerja sebagai relawan (Volunteer) memiliki kemungkinan sebesar 2,5 kali lebih rendah untuk meninggal karena berbagai kasus penyakit dibandingkan dengan mereka yang hanya berdiam diri sendiri dan jarang bersosialisasi.. Para peneliti berkesimpulan bahwa "ketika menajdi penolong, maka anda memperbaiki konsep diri anda. Anda menjadi seorang yang bernilai."

Penelitian lain menujukan bahwa, perbuatan baik yang diekspresikan ternyata juga bisa menumbuhkan sakit kepala dan nyeri. Penelitian pada 1700 perempuan di kota New York (1988) menemukan bukti bahwa perempuan-perempuan yang secara teratur bekerja sebagai penolong orang lain menujukan berkurangnya keluhan-keluhan fisik, seperti sakit kepala, kehilangn suata, dan rasa nyeri akibat penyakit lupus, multiple sclerosis, dan depresi.

Dengan senantiasa berbuat baik, kita akan lebih merasa memiliki arti. Dengan arti itu kita belajar untuk memahami. Dan dengan memahami kita belajar menerima. Denga nmenerima kita mejadi kaya; Bukan hanya kaya harta, tapi juga jiwa. renungkanlah hadits berikut "Sebaik-baik manusia diantaramu adalaf yg paling banyak manfaat bagi orang lain” {H.R. Bukhari}. "Mari kita berlomba-lomba dalam hal kebaikan. Karena kebaikan itu untuk kita. Apa yang kita lakukan bukanlah sesutu yang sia-sia. Allah melihat apa yang kita lakukan. Apa yang kita lakukan itu pastilah kembali untuk kita.
Hasbunallah wanikmal Wakil

Sumber : Pasiak, Taufiq.2007. Brain Management for Self Improvement. Bandung : Mizan

Sabtu, 20 Maret 2010

Kebencian yang Mendatangkan Hidayah

Hidayah itu menarik, kadang datang dari sesuatu yang tak terduga. Saya kutipkan dari situs http://www.dakwatuna.com/2010/kebencian-itu-awal-dari-hidayah/ tentang seorang amerika yang benci Islam, tapi karena kebencian itulah ia masuk Islam.
Oleh: M. Syamsi Ali, M.A.
dakwatuna.com – New York, Pagi ini, Rabu 10 Pebruari, kota New York sedang dilanda badai salju. Sejak tengah malam lalu, salju turun tiada henti membuat jalanan menjadi sepi dan licin. Kebanyakan warga memilih tinggal di rumah, berbagai institusi ditutup sementara, termasuk sekolah-sekolah dan bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Saya sendiri cukup malas untuk meninggalkan rumah pagi tadi. Tapi entah apa, rasanya saya tetap terpanggil untuk melangkahkan kaki menuju kantor PTRI, dan selanjutnya ke Islamic Center. Ternyata kantor PTRI juga pagi ini hanya dibuka hingga pukul 12 siang.
Aku pun segera menuju Islamic Cultural Center of New York dengan tujuan sekedar shalat Zhuhur dan Ashar sekalian. Lazimnya, ketika ada badai salju atau hujan lebat, jamaah meminta untuk menjamak’ shalat. Setiba di Islamic Center saya segera menuju ruang shalat, selain untuk melihat apakah pemanas ruangan telah dinyalakan atau belum, juga untuk shalat sunnah.
Tiba-tiba saja Sekretaris memanggil, ‘Some one is waiting for you!’. ‘Let me do my sunnah and will be there!’, jawabku.
Setelah shalat sunnah, segera saya menuju ke ruang perkantoran Islamic Center. Di ruang tamu sudah ada seseorang yang relatif berumur, tapi nampak elegan dalam berpakaian. ‘Hi, good morning!’, sapaku. ‘Good morning!’, jawabnya dengan sangat sopan dan ramah. ‘Waiting for me?’, tanyaku sambil menjabat tangan. ‘Yes, and I am sorry to bother you at this early time’, katanya sambil tersenyum.
Saya mengajak pria berkulit putih tersebut ke ruangan kantor saya. Dengan berbasa-basi saya katakan ‘wah mudah-mudahan Anda diberikan pahala atas perjuangan mengunjungi Islamic Center dalam suasana cuaca seperti ini’. ‘Oh not at all!. We used to this kind of weather’, jawabnya.
‘So, what I can do for you this morning’, tanyaku memulai pembicaraan. Tanpa saya sadari orang tersebut masih berdiri di depan pintu. Barangkali dia tidak ingin lancang duduk tanpa dipersilakan. Memang dia nampak sopan, tapi dari kata-katanya dapat dipahami bahwa dia cukup terdidik. ‘Please do have your sit!’, kataku. ‘Thanks sir!’, jawabnya singkat.
Setelah duduk saya ulangi lagi, pertanyaan sebelumnya ‘what I can do for you this morning?’. ‘Sambil membalik posisi duduknya, dia melihat ke saya dengan sedikit serius, tapi tetap dengan senyumnya. ‘I am here for….’, seolah terhenti..’for some clarifications!’, jawabnya. ‘I have been reading, I have observed, even I have learned about the religion, and to be honest I know about it a great deal!’, jelasnya.
‘That’s great!’, selaku. Tiba-tiba dia memotong ‘But I don’t know, from time to time, I feel my suspicion about it and about the Muslims grows’. Dia terdiam sejenak lalu menyambung ‘I kind of don’t believe what I know about it!’,. ‘What do you mean?’, tanyaku singkat.
Sekali lagi sang pria tersebut merubah posisi duduknya lalu bercerita. ‘I used to be very angry…I really hated this religion!’, jelasnya. ‘In last many years, if it is in my hand I would have crashed it and its followers. I felt the religion and those who follow it invaded my country!, jelasnya dengan sangat serius. ‘And so, what happened?’, pancingku. Kini dia kembali tersenyum, lalu menyambung ceritanya.
Untuk singkatnya, saya menuliskan beberapa catatan ceritanya, bagaimana kebencian nya kepada agama Islam menjadi awal ‘kehausan’ untuk mencari tahu. Suatu hari dia membeli makanan di pinggir jalan (Halal Food) di kota Manhattan . Perlu diketahui, mayoritas mereka yang jual makanan di pinggir jalan di kota New York adalah Muslim. Lalu menurutnya, di gerobak penjual makanan itu tertulis ‘Laa ilaaha illa Allah-Muhammad Rasul Allah’ dalam bahasa Arab. Kebencian nya yang sangat kepada Islam membuatnya tidak bisa menahan diri untuk mengata-ngatai penjual makanan itu ‘don’t turn people away from buying your food with that ….(bad word)’, katanya sinis!.
Tapi menurutnya lagi, sang penjual itu tidak menjawab dan hanya tersenyum, bahkan merespon dengan ‘Thank you for coming my friend!’.
Singkatnya, menurut dia lagi, sikap penjual makanan itu selalu teringat di pikirannya. Bahkan sikap itu menjadikannya merasa bersalah, tapi pantang untuk datang meminta maaf. Ke tidak inginnya meminta maaf itu, katanya sekali lagi, karena kebencian nya kepada agama ini. ‘That really made me angry to my self, but really curious at the same time!’, sambungnya.
‘In the beginning, I was just googling some informations about the religion. Then listening to some lectures on Youtube (especially Hamzah Yusuf’s ones)’, ceritanya. Setelah itu kemudian membeli beberapa buku karangan non Muslims, termasuk sejarah Rasul oleh Karen Amstrong, Shari’ah oleh John Esposito, dll.
‘The more I learned, the more I feel being suspicious and confused!’, heran nya. Saya kemudian memotong ‘Had you ever thought, why is that?’. ‘I don’t know, but I think media factors!’, jawabnya singkat. Tapi kemudian segera menyambung bahwa setiap kali dia melihat pemboman, pembunuhan, pengrusakan, dan bahkan beberapa aksi films, ada-ada saja Muslim yang terkait. ‘I really don’t know and confused, what kind of Islam these people are practicing?’.
Dia kembali berbicara panjang, seolah menyampaikan ceramah kepada saya tentang ‘jurang besar’ antara ilmu tentang Islam yang dia pahami dan berbagai perangai yang dia lihat dari beberapa Muslim selama ini. Di satu sisi, dia kagum dengan sikap penjual makanan tadi. Tapi di satu sisi, dia marah dengan sikap beberapa orang Islam yang justru melakukan berbagai (apa yang disebutnya sebagai) ‘kejahatan atas nama Islam’. ‘And so, which side will I be, if one day I will be a Muslim?’, tanyanya pada dirinya sendiri.
Setelah selesai, saya kemudian memulai mengambil kendali. ‘First, congratulations!’, kataku singkat. Dia nampak bingung dengan ucapan saya itu.
Segera saya sambung ‘You have been a real American!’. Dia tersenyum tapi masih belum paham.
‘Americans are those when don’t know they inquire’, jelasku. ‘I think your anger is well understandable. Firstly, because you don’t know and the remedy to that is to seek and inquire. Second, the media factors and the remedy to that is to clarify. And I think you did both’, jelasku.
Saya kemudian mengajak dia mendiskusikan berbagai hal. Mulai dari sejarah peperangan, terorisme, pembunuhan, pengrusakan, dari dulu hingga sekarang. Dan sebaliknya, bagaimana Islam telah memainkan peranan besar dalam membangun peradaban manusia.
‘Throughout our human’s history, what you are seeing these days are not surprising and new’. How many lives have been taken, properties have been destroyed, home damaged?’, tanyaku. ‘And from the beginning of Prophet Muhammad preached this religion in the 7th century in Arabia, up to this day….how many wars and killings that have been Muslims as perpetrators?’, tanyaku lagi.
Dia nampak hanya geleng-geleng kepala dengan contoh-contoh yang saya berikan. Dari Hitler, Stalin, Perang Dunia I dan II, Hiroshima dan Nagasaki , dst. Berapa di antara mereka yang terbunuh, dan siapa yang melakukan? Peperangan di Irak, berapa yang terbunuh ketika jet-jet Amerika men drop bom di perkampungan-perkampungan? Siapa mayoritas tentara Amerika?
Kemudian, pernahkah dilakukan studi secara dekat, untuk mengetahui apakah benar bahwa pemboman, pembunuhan, pengrusakan yang dilakukan oleh beberapa Muslim selama ini, walau atas nama Islam, memang justified by Islam? Dan benarkah bahwa memang motif nya karena memperjuangkan Islam dan Muslims, atau karena memang Islam dan Muslims adalah jembatan menuju kepada ‘interest tertentu?’, ceritaku panjang lebar.
Tanpa terasa, waktu adzan Zhuhur telah tiba. ‘Sorry, that is what we call adzan or the call to pray’, jelasku. Saya diam sejenak, dia juga nampak diam mendengarkan adzan dari Sheikh Farahat, muadzin yang baru diterima sebagai pegawai di Islamic Center. Suara tamatan Al-Azhar ini memang sangat indah.
Setelah adzan, saya kembali menyambung pembicaraan. Saat ini kita membicarakan berbagai ke tidak adilan yang terjadi di berbagai belahan dunia, dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Secara ekonomi hanya segelintir yang menikmati kue alam, secara politik ada pemaksaan sistemik kepada negara lain, dst.
‘With all this, and by no way to say that killings, especially when we come to the lives of innocents and civilians, are justified in the name of struggling for justice’, lanjutku.
Tapi karena waktu sangat singkat, saya bertanya ‘what do you think? Is there any thing that you do object to?’, pancingku. Dia nampak diam, tapi tersenyum dan mencoba berbicara.
‘You are right!’, katanya singkat. ‘I have been unfair to my own self! My association of Islam to behavior of some Muslims is completely unfair’.
‘You got the point, sir!’, jawabku singkat. ‘Now, I have to leave you for a while. I need to pray!’, kataku sambil meminta maaf.
Tiba-tiba saja dia melihat saya dengan sedikit serius. Kali ini tanpa senyum dan berkata ‘What should I do to be a Muslim?’, tanyanya. ‘Are you serious?’, tanyaku. ‘Yes!’, jawabnya singkat. ‘Follow me!’, ajak ku.
Saya ajak dia ke ruang wudhu, mengajarinya berwudhu, lalu ke ruang shalat. Sambil menunggu waktu iqamat, saya menyampaikan kepadanya ‘What I am going to do is leading you in declaring your new faith by what we call shahadah. And it is to testify that there is no god worthy to be worship by Allah and Muhammad is His Messenger’, jelasku seraya mengingatkan apa yang pernah dia lihat dahulu di gerobak penjual makanan itu.
Sebelum iqamat dimulai saya ajak, Peter Scott, nama pria tersebut ke depan jamaah dan menuntunnya mengucapkan ‘Asy-hadu anlaa ilaaha illa Allah wa asy-hadu anna Muhammadan Rasul Allah’, seraya diikuti gema takbir sekitar 200-an jamaah shalat Zhuhur hari ini.
‘Peter, you are a Muslim, like others here today, nothing in you is less. In fact, you are better then us because you chose to be, not only born into it and follow it’, jelasku sambil meminta untuk mengikuti gerakan-gerakan shalat sebisanya, tapi dengan konsentrasi.
Allahu Akbar! Semoga Peter selalu dijaga dan dijadikan pejuang di jalan-Nya!

PERAN AKTIVIS DAKWAH KAMPUS DALAM MENJAWAB TANTANGAN DAKWAH KE DEPAN

Oleh: Susilo Adi Setyawan

Seorang muslim yang beriman kepada Allah dan hari kiamat tentunya memiliki keyakinan bahwa setiap letupan hati, ucapan lisan dan perbuatannya akan ditanya oleh Allah SWT di yaumil hisab nanti. Karenanya ia akan melakukan setiap perbuatan sesuai dengan hukum syara’, termasuk di dalamnya aktivitas mengemban dakwah. Dakwah adalah kewajiban asasi bagi setiap muslim yang harus senantiasa ditegakkan syi’arnya, dimantapkan keberadaannya, dan ditata gerak kelembagaannya. Aktualisasi dakwah bagi setiap muslim akan menentukan identitas dan kualitas keislaman seseorang.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran [3] : 104) Dalam tatanan pembinaan masyarakat terutama Mahasiswa,dakwah menjadi semakin penting mengingat Kampus adalah tempat Kuliah dan penyiapan kader umat. Pada kondisi ini dakwah diharapkan memberikan tuntunan bagi Mahasiswa dalam mencapai cita-cita manusia seutuhnya. Manusia yang mempunyai keberpihakan tinggi kepada nilai-nilai Illahiyah, kepekaan sosial terhadap permasalahan ummat, dan kemampuan profesional dalam bidang yang ditekuninya. Kader seperti inilah yang akan membawa kearah tatanan masyarakat tauhid, adil makmur, sejahtera dalam limpahan ampunan dan ridlo Allah.
Dakwah kampus semakin menjadi suatu fenomena yang menarik untuk diperhatikan dewasa ini. Dengan segala dinamikanya, para aktivis dakwah kampus terus-menerus secara berkesinambungan menjalankan agendanya. Dunia kampus pun semakin akrab dengan nuansa pergerakan mahasiswa muslim. Daurah, halaqah, mentoring, kajian, seminar sampai pada aksi-aksi keummatan. Busana muslimah pun kini sudah marak bertebaran bak cendawan di musim hujan. Kampus tidak lagi sekedar tempat tumbuhnya lokus intelektual semata. Ia pun semakin kental menjadi pusat pertumbuhan semangat dan aktivitas keislaman yang signifikan.
Pengertian Aktivis Dakwah Kampus
Ada asumsi di kalangan mahasiswa bahwasanya siapa yang aktif dalam organisasi di kampus, maka nilai akademiknya akan keteteran. Atau anggapan bahwa mereka yang aktif dalam organisasi adalah orang-orang pelarian yang tidak berhasil dalam kuliahnya. Ini jelas pernyataan yang keliru. Apakah kita tidak pernah mendengar istilah ‘dakwah sekolah’ atau ‘dakwah kampus’? Orang-orang yang aktif di dalamnya disebut sebagai aktivis dakwah sekolah atau yang kedua disebut aktivis dakwah kampus. Mereka adalah orang-orang yang selain kuliah, mereka juga berdakwah. Mereka berdakwah menggunakan sarana yang ada seperti lembaga-lembaga dakwah yang ada di kampus.
Apakah aktivitas dakwah yang mereka lakukan bisa mempengaruhi prestasi akademik mereka? Jawabnya iya. Aktivitas dakwah yang mereka lakukan akan mengakibatkan prestasi akademik mereka bertambah baik. Mereka bertambah kritis, mereka menjadi orang yang lebih peka terhadap perubahan di lingkungan sekitar mereka. Karena aktifitas yang banyak, mereka dituntut untuk bisa me-manage waktu dengan baik, sehingga mereka menjadi orang-orang yang selalu bisa memanfaatkan waktu yang ada. Dengan pembagian waktu yang baik tersebut, mereka lebih fokus terhadap pelajaran yang diberikan di dalam kelas. Hal ini jelas merupakan pengaruh yang positif terhadap peningkatan prestasi akademik mereka.
Pengertian Lembaga Dakwah Kampus
Lembaga Dakwah Kampus (LDK) adalah sebuah
organisasi kemahasiswaan intra kampus yang terdapat di tiap-tiap perguruan tinggi di Indonesia. Organisasi ini bergerak dengan syariat Islam sebagai asasnya. Sebagian besar perguruan tinggi di Indonesia pasti mempunyai LDK. Tiap-tiap perguruan tinggi, nama LDK bisa berbeda-beda. Kadang mereka menyebut dirinya sebagai Sie Kerohanian Islam, Forum Studi Islam, Lembaga Dakwah Kampus, Badan Kerohanian Islam, dan sebagainya.
Lembaga dakwah kampus ini merupakan lembaga yang mempunyai visi dan misi yang berkaitan dengan kaidah Islam. Bentuk – bentuk kegiyatannya pun didominasi kegiatan yang berbau Islam. Kadang kala sering dijumpai pengurus-pengurusnya berbaju muslim. Hal semacam ini terkadang dinilai sebagai sesuatu yang berlebihan. Padahal, hal semacam ini dilakukan sebagai bentuk pencitraan diri dan menambah nuansa Islami di kampus, jadi bukan sekedar pakai karena dibalik semua itu .
Peran yang Dapat Dilakukan Aktivis Dakwah Kampus Melalui Lembaga Dakwah Kampus
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa aktivis dakwah kampus adalah mahasiswa yang aktif dalam kegiatan dakwah. Mereka adalah orang-orang yang selain kuliah, mereka juga berdakwah. Mereka berdakwah menggunakan sarana yang ada seperti lembaga-lembaga dakwah yang ada di kampus.
Peran yang secara nyata dapat dilihat dalam kehidupan sekarang adalah peran – peran yang mereka emban dalam lembaga dakwah kampus yang menaungi kegiatan dakwahnya. Dalam lembaga dakwah tersebut, para aktivis dakwah tentunya memiliki amanah-amanah yang berbeda, baik sesuai denn potensi yang dimiliki maupun berdasarkan kebutuhan organisasi.
Di sisi lain, seorang aktivis dakwah kampus adalah seorang mahasiswa yang tentunya berhubungan langsung dengan lingkungan kampus yang menuntut mereka untuk menjalani kehidupan kampus dengan bersosialisasi di dalamnya, entah dalam lingkup studinya, kos, maupun Unit Kegiatan Mahasiswa yang lain. Hal semacam ini hendaknya ditanggapi para aktifis dakwah sebagai sebuah peluang untuk mengembangkan misi dakwahnya.
Aktifis dakwah kampus pada dasarnya sama dengan mahasiswa lain pada umumnya, sama – sama manusia yang diciptakan sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi. Peran aktifis dakwah kampus sebagai seorang khalifah atau pemimpin di lingkunbgan kampus tentunya memiliki tanggungjawab yang cukup besar terkait dengan predikat yang dimilikinya. Munkin kita pernah mendengar bahwa seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu memberikan teladan yang baik kepada yang dipimpinnya. Segala hal yang berkaitan dengannya akan menjadi suatu bahan kajian yang pragmatis bagi orang di sekitarnya. Dari hal tersebut, seorang aktivis dakwah haruslah benar – benar memahami posisinya.
Tantangan Dakwah di Lembaga Dakwah Kampus
Dalam sebuah lembaga manapun tentunya akan adanya tantangan, hambatan atau kendala yang dihadapi terkait visi dan misi suatu lembaga tersebut. Tidak terkecuali lembaga dakwah kampus.
Tantangan yang dihadapi salah satunya adalah tantangan dari dalam lembaga itu sendiri, terkait pengorganisasian para pengyurusnya. Selain itu, tantangan yang dihadapi adalah tantangan untuk menjaga kualitas hasil dan proses para aktivis dakwah di dalamnya, baik dalam hal perkuliahan maupun dalam aktifitas organisasi dan berdakwah. Belum lagi hal –hal yang terkait upaya pencitraan lembaga dakwah kampus tersebut.
Solusi di Lembaga Dakwah Kampus
Pertama, yang harus dilalui.sbuah lembaga dakwah kapus adalah bagaimana LDK memiliki soliditas internal yang kokoh dengan adanya visi bersama yang jelas, struktur yang mantap serta kepahaman para jundi (aktivis) dan pelibatan emosi. Dalam bahasa lain, kita menemukan sebuah stimuli profetik mengenai substansi soliditas tim dalam taujih rabbani QS. Al-Ma’idaah: 146-148. Mulai dari kuantitas yang besar dari mujahid yang siap maju di barisan jihad fi sabilillah. Kemudian, kualitas yang andal dalam medan perjuangan: tidak mudah lemah (’adamul wahn), tidak mudah lesu (’adamu adh-dha’fu), tidak gampang menyerah (’adamul istikanah). Berikutnya adalah menyadari kelemahan lawan. Sehingga fokus kerja kaderisasi LDK adalah (1) to raise quantity (numu al kamiyah), kuantitas ;(2) to develop the quality (numu al nau’iyah), kualitas;(3) to build up the competence (numu al qudrah), kompetensi.
Kedua, adalah pembauran.. Konsep ini ditujukan untuk rakyat kecill di kampus yaitu basis sosial (qaidah ijtimaiyah). Di sini, harus terbangun citra baru ADK yang inklusif dalam pergaulan dalam pandangan publik. Re-marketisasi lembaga juga harus dilakukan agar para ADK tidak hanya dipanggil dalam acara-acara baca do’a atau diminta meruqyah bila ada kesurupan jin. Selain itu, sinergi antara moral intelektual dengan logika perut rakyat juga mesti diperhatikan. Karena orang yang lapar akan kesulitan atau bahkan tidak bisa mencerna sebaik apapun nasehat.
Ketiga, menjaga kelangsungan eksistensi. Maksudnya, setelah lembaga kokoh dan kredibilitas sosial terbangun, maka sudah saatnya figur ADK muncul menjadi pemimpin yang melayani (khadimul ummah). Di sini dibutuhkan profil aktivis yang ideal dengan kepemimpinan efektif untuk mengulang kisah sukses para khalifah dalam rentang sejarah keemasan Islam. Terlebih jika dibangun dengan lebih dekat dan bersahabat.
Solusi untuk Aktivis Dakwah Kampus
Ada beberapa langkah agar kegiatan kuliah dan dakwah bisa berjalan seiringan.Pertama, memiliki manajemen waktu. Ketika kita mau menyinergikan antara kuliah dan dakwah, mau tidak mau kita harus memiliki manajemen waktu yang baik. Dalam tiap pekan bahkan kalau memungkinkan dalam harian kita, harus sudah tergambar kapan waktu-waktu kuliah dan kapan waktu-waktu untuk berdakwah. Dengan pengaturan waktu tersebut diharapkan tidak ada lagi kegiatan kuliah atau dakwah yang saling berbenturan. Juga bertujuan untuk mengetahui apakah ada waktu luang yang dapat diisi dengan kegiatan-kegiatan yang bisa menunjang perkuliahan seperti mengikuti seminar dan diskusi, atau kegiatan-kegiatan positif yang lain yang bisa mengembangkan potensi diri seperti olah raga misalnya, sehingga tidak ada lagi waktu kosong yang terbiar begitu saja.
Kedua, memiliki skala prioritas terhadap kegiatan. Ini berguna ketika ada dua kegiatan yang harus dikerjakan dalam waktu yang sama. Biasanya ini terjadi karena ada kegiatan yang belum terjadwal dengan baik. Jika jadwal kita sudah tersusun, maka kita bisa melihat apakah kegiatan itu penting atau tidak, jika tidak maka bisa kita abaikan. Jika kegiatan tersebut penting dan harus segera dilaksanakan maka tidak ada jalan lain kecuali mengambil salah satunya. Di sinilah kedalaman kita melihat mana yang lebih prioritas dari dua kegiatan yang sama-sama penting. Bisa jadi salah satunya kita delegasikan ke teman lain untuk melaksanakannya.
Ketiga, optimalisasi peran baik dalam kegiatan dakwah maupun kuliah. Ini penting agar setiap kegiatan yang kita ikuti tidak sia-sia. Artinya saat kuliah kita betul-betul kuliah dan saat berdakwah kita betul-betul berdakwah. Peran kita sebagai mahasiswa saat kuliah harus bisa dijalankan dengan baik. Begitu juga peran kita sebagai da’i ketika berdakwah harus bisa dijalankan dengan baik pula. Tidak mungkin kita bisa mencapai hasil yang maksimal dalam perkuliahan jika pikiran dan perhatian kita tidak fokus saat mata kuliah diberikan. Begitu pula ketika berdakwah, hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan dakwah harus dijauhkan dari pikiran kita. Seperti yang diungkapkan dalam sebuah hadits, “Allah menyukai hamba-Nya yang memilih sebuah pekerjaan dan menekuninya.”