Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

GRADUATION

31 Maret 2012.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Lebaran 1434 H

sabisa-bisa kudu bisa pasti bisa

Kunjungan

Sahabat-sahabat dari Yogyakarta.

Kegiatan

Lomba Penegak Pramuka.

Sabtu, 27 April 2013

Rahasia Hidup Sebelum Mati


Seiring bertambahnya usia dan semakin seringnya belajar, maka orang-orang akan semakin paham dan semakin tau; dan  semakin orang paham dan tau maka semakin ia bijak memaknai kehidupan. Buku “Temukan 5 Rahasia abadi sebelum Mati” yang ditulis oleh John Izzo Ph. D ini, memberikan rahasia-rahasia orang-orang yang dianggap bijak dalam menemukan makna hidup dan kebahagiaan.

John Izzo melakukan penelitian tentang  hakikat kehidupan yang berharga dan penuh makna. Pertama-tama ia meminta sekitar 1500 responden di seluruh Amerika dan Kanada untuk merekomnedasikan orang-orang yang dianggap bijak, dan memiliki kualitas pribadi yang dapat dijadikan panutan. Hampir 1000 nama direkomendasikan oleh para responden. Lewat tahapan wawancara maka didapatkan 235 orang yang cukup dianggap “bijaksana”, berusia antara 60-106 tahun, sebagian besar berasal dari Amerika Utara, dengan berlatar belakang etnis, budaya, agama, daerah geografi, status profesi yang berbeda. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan meliputi:
  1. Apa yang mereka anggap bisa membawa kebahagian?
  2. Apa yang membuat hidup mereka bermakna?
  3. Perbuatan apa yang mereka anggap hanya buang-buang waktu?
  4. Perubahan apa yang akan mereka lakukan seandainya mereka terlahir kembali?
  5. Apa saja rahasia-rahasia hidup mereka dan bagaimana mereka mengamalkan semua itu di dalam kesehariannya?
  6. Kejadian-kejadian apa yang telah mengubah jalan hidup mereka?
  7. Apa pendapat mereka tentang kematian?

Penuturan-penuturan dari para “orang bijak” ini kemudian digali dan dicari benang merahnya, sehingga disimpulkan lima rahasia besar yang penting dimiliki setiap orang dalam mengarungi kehidupan. Lima rahasia itu yaitu:

JUJURLAH PADA DIRI SENDIRI
Jujur terhadap diri sendiri memberi pesan bahwa kita harus mengetahui siapa kita, apa permasalahan kita, dan apa yang kita inginkan. Ketika kita sudah mengetahui semua itu, kita harus disiplin dan konsisten mendengarkan apa yang dikatakan hati kita, dan kita harus memiliki keteguhan untuk menjalaninya.

JANGAN ADA PENYESALAN
Kita tidak bisa menjamin hadirnya kesuksesan, karena setiap tindakan yang kita lakukan selalu mengandung kemungkinan untuk gagal; tapi kita sanggup menetukan “kegagalan” , misalnya dengan tidak melakukan apa-apa. Jangan ada penyesalan menunjukan agar kita selalu mempersiapkan diri terhadap sesuatu hal.

JADILAH CINTA
Dengan menjadi cinta, kita bisa membagikan sebanyak-banyaknya cinta untuk orang lain. Kita tidak bisa memaksa agar orang lain mencintai kita; tapi kita bisa menjadikan diri kita orang yang penuh kasih sayang terhadap siapapun. Bagaimana bentuknya? Misalnya dengan menciptakan persahabatan :D

JALANILAH HIDUP SEPENUH HATI
Rahasia ini mengajarkan kita untuk selalu total dalam melakukan segala sesuatu. Mungkin kita dalam hidup ini akan dihadapkan dengan berbagai kejadian, yang bermacam-macam, yang berwarna-warni. Kadang manis, kadang terasa pait.  Dan ketika kejadian itu muncul, maka kita akan dituntut untuk bersikap terhadap kejadian itu. Jalanilah!.. karena yang paling penting dalam hidup bukanlah apa yang kita alami, tetapi bagaimana menyikapi kejadian-kejadiann yang kita lami.

BERIKANLAH LEBIH BANYAK DARI YANG ANDA DAPATKAN
Hidup bukanlah suatu kontes untuk saling membandinngkan antara satu orang dengan lainnya. Kita harus berhati-hati dari itu, karena ketika kita membanding-bandingan diri kita dengan orang lai, makamembandingkan iu akan mencuri setiap kebahagian kita. Daripada hanya sekedar saling membandingkan, maka teruslah berbuat baik sebanyak-banyaknya. Ketika saya membaca bagian ini, menuliskan suatu komentar terkait prinsip ini. Saya menulis:

saya membaca dan melihat pemberitaan seputar wafatnya Ustadz Jeffry Al Bukhari pada hari Jumat 26/04/2013 pukul 02.00 kemarin Beliau disholatkan di mesjid Istiqlal oleh beribu-ribu orang, dikabarkan di berbagai stasiun televisi dan media-media cetak Indonesia. Saya menjadi punya kesimpulan bahwa beliau di sholatkan di Takziahi oleh ribuan orang itu karena memang beliau ini banyak berkontribusi untuk kehidupan orang lain, kehidupannya tidak pernah lepas dari kemanfaatn bagi orang banyak

Kita mungkin ingin ketika kita mati banyak orang yang menghadiri dan juga mensholati kita. Tapi pantaskah kita untuk itu? Kematian kita akan menjadi anggun jika hidup yang kita jalani ini bermakna bagi orang lain. Ketika mati, Kita tidak akan membawa apapun dari dunia ini, tetapi kita bisa meninggalkan sesuatu di dunia ini. Karena itu teruslah memberi, karena semakin banyak kita memberi, maka kita semakin bahagia. Dan berikanlah lebih banyak dari apa yang kita dapatkan.

Ketika kita sudah mengetahui rahasia-rahasia ini, yang perlu kita lakukan adalah menjalankan lima rahasia ini. Kemudian pertanyaannya adalah bagaimana metode yang kita lakuakn untuk menerapkan rahasia-rahasia ini? mengetahui cara cara menjalankan kelima rahasia ini dengan benar ternyata sama pentingnya denga rahasia itu sendiri. Metode yang bisa dilakukan adalah dengan metode belajar alami, yaitu dengan cara mengamati, mendengarkan dan bereksperimen, sebagai mana kita belajar berbicara, belajar berjalan pada waku kecil. Izzo berpesan untuk  semakin mengintensifkan  diri kita untuk mengetahui atau mengamati sesuatu, karena dengan itu kemungkinan kita menirukan yang kita amati semakin besar, dan Kita juga  harus memberikan perhatian yang serius, karena dengan itu perubahan dapat diwujudkan.


Tak ada yang salah kita disini
Tak ada yang salah kita memilih ini
Karena pada kenyataannya kita  tetap yang bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi pada diri kita, tehadap pilihan-pilihan kita
Jangan sampai  karena kehilangan kita baru tahu ada yang berharga
Jangan sampai karena kita butuh kita baru ingat kita punya itu
menyadari bahwa kita punya sesuatu yang perlu di rawat dan dijaga, dan
mensyukuri bahwa kita diberi anugerah yang bertumpah ruah
adalah cara terbaik untuk menghilangkan penyesalan yang bisa hadir  seenaknya di kemudian hari.. (wildan fauzan)
Bumi Siliwangi, Ahad, 28 April 2013 pukul 06:58




Kamis, 25 April 2013

TERAMPIL MENDENGARKAN


  1. Kejelasan tujuan pembicaraan. Ketidakjelasan tujuan seseorang dalam menyam­paikan satu topik pembicaraan terkadang bisa membuat lawan bicaranya enggan mendengar­kan. Keinginan pendengar untuk mengetahui tu­juan pembicaraan menjadi sesuatu yang mustahil jika yang menyampaikannya sendiri tidak me­ngetahui apa yang tengah dibicarakan. Tidak je­lasnya tujuan pembicaraan mungkin juga akan melahirkan kekeliruan pemahaman bagi pende­ngar. Ketika seseorang memanggil Anda yang sedang tergesa-gesa meninggalkan ruangan, mi­salnya, lalu berkata kepada Anda "Saya ingin meminta pendapatmu tentang satu hal" tanpa menjelaskan tujuannya, Anda tentu takkan meng­hiraukan perkataannya dan langsung pergi.  
  2. Pandangan mata. Menggunakan pandangan mata saat berbicara akan memancing pendengar untuk lebih memperhatikan. Oleh karena itu, ketika Anda mendapati teman dia­log Anda tidak lagi memperhatikan omongan Anda, lalu Anda sekilas menatap mata mereka satu per satu maka kemungkinan besar mereka akan kembali fokus memperhatikan Anda. Sejumlah penelitian menyata­kan bahwa bagi seorang pembicara gerakan kedua mata merupakan cara paling ampuh untuk bisa ber­interaksi dengan para pendengar. Chollar dalam artikelnya yang berjudul In The Blink of Eye dalam majalah Psychology Today (Maret, 1988), me­nulis, "Meningkatnya intensitas kedipan mata (selalu berkedip) menandakan situasi emosi atau fisik pende­ngar, seperti gelisah, marah, atau bosan." Sebaliknya, menurunnya intensitas kedipan mata, "menunjukkan bahwa pendengar masih membutuhkan pengetahuan yang lebih banyak atau membutuhkan tatapan kedua mata si pembicara yang lebih banyak (Andrew Wolvin/Carolyn Gwynn Coakley, Listening Mc Graw Hill, Fifth Edition, 1996 hlm. 122)
  3. Perkataan yang sopan dan mudah dipahami. Kata-kata yang sopan dan mudah dimengerti akan membuat orang lain serius mendengarkan. Rasulullah saw menjanjikan kedudukan tinggi bagi orang yang berbicara dengan kata-kata yang santun dan lembut di telinga para pendengar. Beliau bersabda, "Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat kamar-kamar yang bagian luarnya bisa dilihat dari bagian dalam­nya dan bagian dalamnya bisa dilihat dari bagian lu­arnya." Salah seorang sahabat dari Baduwi bertanya, "Milik siapa kamar-kamar itu, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Milik orang yang kata-katanya baik, memberi makan orang yang membutuhkan, membiasakan berpuasa, dan yang shalat di malam hari saat semua orang terlelap tidur."
  4. Menyebut nama pendengar sebagai perumpamaan. Bayangkan ketika nama Anda disebut dalam pembi­caraan dua orang yang berada di sebelah Anda. Apa yang akan Anda lakukan? Anda pasti akan langsung penasaran dan menoleh ke arah mereka untuk men­coba mengetahui apa yang tengah mereka bicarakan tentang Anda. Reaksi seperti ini lumrah dan wajar belaka. Menyebut nama salah satu pendengar sebagai perumpamaan di tengah-tengah pembicaraan adalah ibarat cahaya merah yang sangat mencolok karena bisa menarik perhatian dengan begitu efektif. Bahkan, perhatian Anda juga akan penuh, saat nama Anda disebut bukan dengan bahasa asli Anda, tapi dengan bahasa asing, seperti bahasa Inggris. Untuk memancing perhatian pendengar yang le­bih besar lagi, penyebutan nama bisa dibarengi de­ngan gerakan tangan atau tatapan langsung ke arah pendengar yang namanya disebut. Hal ini bisa mem­pererat interaksi di antara keduanya. Misalnya de­ngan berkata, "Khalid sangat ingin naik kapal layar" sambil menoleh ke arah Khalid atau berjalan meng­hampirinya. Cara seperti ini akan membuat para pendengar lebih memperhatikan kata-kata kita. Dengan demikian, cara ini sangat jitu untuk mengu­rangi ketidakpedulian para pendengar terhadap per­kataan lawan bicara.
  5. Memulai pembicaraan dengan fakta atau cerita. Menyelipkan cerita atau fakta di awal pembicaraan kemungkinan besar bisa menarik perhatian pende­ngar. Ketika, misalnya, di sebuah diskusi Fenomena Buta-Huruf di Negara-negara Arab suara peserta mu­lai bersahutan, maka cara terbaik yang mungkin bisa Anda lakukan adalah dengan berkata, "Apakah kali­an tahu bahwa tingkat buta-huruf di negeri kita telah turun sekian persen, sebagaimana dilansir secara res­mi oleh pemerintah baru-baru ini?" Perkataan Anda ini akan membuat banyak kepala langsung tertuju pada Anda untuk mengetahui kelanjutannya. Dalam keadaan seperti ini, Anda mesti cepat-cepat menyam­bung pernyataan tadi dengan menyebutkan fakta­fakta singkat lainnya agar perhatian mereka tetap terjaga. Dari sini, mereka akan terus mendengarkan kata-kata Anda dengan serius. Saya sering menggunakan cara seperti di atas, dan terbukti efektif. Contoh kalimat yang sering saya pergunakan adalah, "Suatu kali, ayah saya berkata pada saya ...." atau "Saat masih kecil, saya pernah diberi wejangan oleh guru saya agar ...." atau "Saya pernah mengalami kejadian yang sungguh menggeli­kan sekali, yaitu saat ...." Kalimat-kalimat seperti ini merupakan pintu masuk yang bagus untuk menarik perhatian para pendengar atau lawan bicara kita.
  6. Mengulang kembali pernyataan atau pemikiran. Mengulang kembali pernyataan seorang teman dialog bisa memancing perhatian lebih para pendengar. Misalnya dengan berkata, "Saya sepakat dengan pernyataan Muhammad" atau "Pendapat Khalid membuat saya kagum." Kalimat terakhir ini tidak hanya akan membuat Khalid langsung memperhatikan Anda, tapi juga akan membuat pendengar lain tertarik untuk mengetahui lebih lanjut pendapat Khalid yang membuat Anda kagum. Mengulangi pernyataan tidak serta-merta mengandung pengertian bahwa Anda sepakat dengan pernyataan tersebut, tapi itu hanya salah satu cara untuk membuat para pendengar lebih mendengarkan lagi kata-kata Anda dengan serius. 
  7. Mendorong orang lain untuk berpartisipasi. Mendorong pendengar lain untuk ikut berpatisipasi dalam dialog akan membuat mereka lebih menghor­mati kata-kata Anda. Ini bisa dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada mereka untuk memastikan bahwa mereka masih mengikuti dialog. Misalnya, Anda berkata, "Bagaimana pendapatmu, Khalid?" atau "Engkau sepakat denganku atau tidak mengenai ini?" Bahkan, seandainya pun mereka lupa terhadap pernyataan Anda, pertanyaan Anda tersebut akan mengembalikan perhatian mereka dan membuat mereka mendengarkan Anda lagi. Cara lain untuk mengajak para pendengar berpartisipasi dalam dialog adalah dengan meminta saran, masukan, atau ko­mentar dari mereka. Contohnya, "Ada tanggapan? atau "Anda mempunyai pandangan lain?" Memberi kesempatan pendengar untuk mengomentari pendapat Anda akan membuat dirinya lebih bersemangat berdiskusi. 
  8. Menggunakan tangan. menggerakan tangan saat berbicara adalah ciri khas para orator tenar. Dalam hal ini, Rasulullah saw me­rupakan pionirnya. Beliau sering menggunakan ta­ngan saat menyampaikan sabdanya. Rasul menggu­nakan cara ini agar para sahabat yang mendengarkan sabda beliau bisa memperhatikannya dengan lebih serius. Ketika beliau bersabda, "Allah berfirman, Barangsiapa yang tunduk kepada-Ku seperti ini (beli­au menunjuk tanah dengan telapak tangannya sambil sedikit membungkukkan badan) maka Aku akan meng­angkat derajatnya seperti ini (lalu, beliau membalik kan telapak tangannya sambil mengangkatnya ke atas menghadap ke langit)."Penggunaan gerakan tangan secara tepat bisa menarik perhatian-para pendengar. Bayangkan ketika seseorang mengajak Anda berbicara tentang naiknya permukaan air di sungai atau laut tertentu yang per­nah dilihatnya. Ketika itu, is sedang duduk. Tapi, saat menjelaskan itu semua, ia bangkit dari duduknya dan naik ke atas kursi sambil mengangkat salah satu tangannya tinggi-tinggi. Apakah Anda akan melupa­kannya? Bukankah itu cara yang baik yang bisa me­narik minat kita untuk terus mendengarkan perkata­annya?
Sumber: Muhammad Ibrahim al-Nugamish. 2011. Terampil Mendengarkan. Jakarta: Zaman

Minggu, 21 April 2013

Kematangan Spiritual

Kebijaksanaan Ajaran Tao: Integrasi Ajaran Tao dan Psikologi Jung, Erikson dan Maslow 
(David H. Rosen and Ellen M. Crouse)

Metamorfosis diri dari diri yang keliru (tidak asli) kepada diri yang asli merupakan aspek sentral dari Taoisme dan psikologi dari Jung, Erikson, serta Maslow. Melalui transformasi autentik dalam diri-sejati, seseorang mencapai integritas (keutuhan) dan kebijaksanaan (pengetahuan spiritual). Sementara itu, transendensi merupakan langkah penting dalam proses transformasi, karena  transformasi terus-menerus menyebabkan perubahan kepribadian yang nyata.

Tao telah digambarkan sebagai sebuah  Jalan (the Way), Yang Maha Tinggi (Supreme being), Esensi Utama (Primary esence), Keabadian (Eternity), Keutuhan (Wholeness), Misteri, arti (meaning), dan Menjadi keberadaan dan non keberadan yang paling beharga/Ultimate being and non Being  (Rosen 1997: 23). Tugas tertinggi Taoisme adalah untuk mewujudkan Tao melalui kebajikan, yang menghasilkan integritas. Salah satu yang dilahirkan dari Tao adalah pengalaman ego dalam Tai Chi (dualitas Yin dan Yang), menuju keutuhan (Wu Chi) untuk kembali ke keadaan seperti masa kanak-kanak, yang kembali bergabung dengan Tao dalam kematian.

Dari bayi sampai dewasa, berbagai aspek kebijaksanaan dipelajari melalui seni (simbol dan gambar), dongeng, perumpamaan, dan pengalaman manusia. Seni, dongeng, perumpamaan dan  pengalaman manusia adalah guru besar yang menghasilkan benih kebijaksanaan yang tumbuh dan berkembang sepanjang hidup.

BENIH-BENIH KEBIJAKSANAAN
Dalam skema Erikson, konflik pertama yang dihadapi bayi adalah kepercayaan vs ketidakpercayaan, yang jika berhasil diselesaikan, mengembangkan Kebajikan harapan (Erikson 1982: 56). Perkembangan harapan dan kepercayaan pada bayi merupakan langkah integral dalam melahirkan  kebijaksanaan pada orang dewasa,  dalam menggabungkan pandangan bahwa dunia dan penghuninya pada dasarnya baik. Bayi perempuan yang belajar bahwa ibunya atau ayahnya akan datang kepadanya dan memeluknya saat dia menangis, dan bayi laki-laki yang menemukan bahwa ketika ia tersenyum, ayah dan ibu tersenyum kembali, keduanya bisa mencapai sedikit pemahaman tentang dunia bahwa  "Dunia dan dapat dipercaya". Demikian pula, dalam hirarki Maslow, ketika kebutuhan fisiologis dasar makanan dan tempat tinggal terpenuhi, bayi belajar bahwa "ada ketertiban di alam semesta dan bisa mulai fokus energi lain" (Maslow 1943: 375). 

Resolusi positif  tahap pertama Erikson mempromosikan aspek kebijaksanaan yang mengandalkan optimisme dan harapan untuk masa depan, percaya dan percaya ada pesanan yang mendasari untuk alam semesta bahkan ketika itu tidak jelas. Benih-benih dasar ini diharapankan dan dpercayai bisa  mendorong perasaan anak dari `kesucian (numinous)'(Erikson 1982: 56).

Tingkat kedua hirarki  dalam kebutuhan Maslow, adalah keselamatan dan keamanan. Ini  merupakan dukungan untuk tahap berikutnya, dalam teori Erikson. Untuk Maslow, ketika kebutuhan keselamatan seseorang terpenuhi, individu bebas untuk mengeksplorasi hubungan dengan orang lain dan dunia (Maslow 1943: 378). Jung menggemakan sentimen ini ketika ia menjelaskan tahap presexual (lahir sampai usia enam tahun) sebagai salah satu ketergabtunga anak, seperti ulat, yang harus bergantung pada lingkungan yang aman dan terpelihara untuk kelangsungan hidup (Jung 1970b: 105-17). 

Erikson mengemukakan bahwa lingkungan yang aman dan konsisten mempromosikan kepercayaan di dunia, mendorong kemampuan anak untuk menguji potensi sendiri. Dalam tahap kedua Erikson, otonomi vs malu dan ragu, menjadi fokus utama untuk balita adalah pengembangan dari kebajikan (Erikson 1982: 56). Anak-anak yang berhasil bernegosiasi dalam tahap ini akan  menemukan bahwa individu dapat mempengaruhi dan mengubah lingkungan mereka. Ketika mereka diizinkan untuk menjelajahi dunia dalam konteks sistem keluarga yang aman dan konsisten, mereka juga belajar bahwa ada konsekuensi logis yang dapat diandalkan. Dengan kesuksesan dari tahap kedua Erikson ini, balita dapat mulai memahami sifat benar dan salah. 

AKAR KEBIJAKSANAAN DALAM ANAK
Tahapan skema berikutnya dari Erikson berkaitan dengan peran "bermain, humor, dan empati" sebagai aspek kebijaksanaan. Pada tahun-tahun prasekolah, atau usia bermain, konflik utama berkenaan dengan inisiatif vs rasa bersalah, dalam perkembangan sense of purpose (Erikson 1982: 56). Anak-anak pada tahap ini, memanfaatkan simbol-simbol dan gambar, belajar untuk berpura-pura dan meniru dunia di sekitar mereka. Dunia fantasinya tak terbatas, ketika ada rasa aman dalam dunia orang dewasa yang penuh kasih dan dapat diandalkan; dan menyediakan lahan subur bagi anak untuk menguji kekuatan dan kemampuannya. 

Erikson juga menjelaskan fungsi transenden tahap ketiga: pengikatan bersama-sama dari kesucian dan peradilan dramatis (numinous and judical into the dramatic) (1977: 101). Erikson menggambarkan tahap ini sebagai dasar kepercayaan diri anak-anak dalam kreativitas mereka '(1982: 77). Anak yang berhasil mencapai kebajikan dasar tujuan memiliki kemampuan untuk membayangkan dirinya dalam berbagai peran. 

Konflik pusat keempat Erikson, mencakup tahun-tahun sekolah dasar sampai pubertas, adalah “industri vs inferioritas” (Erikson 1982: 57). Kebajikan dan pemecahan masalah yang dikembangkan berupa kompetensi. Anak-anak pada usia ini terfokus pada belajar dan menumbuhkan pengetahuan pengalaman tentang dunia di sekitar mereka. Segi kebijaksanaan yang berakar pada tahap ini adalah kearifan. Erikson mengacu pada pemahaman dari faktualitas `'dunia sebagai fokus utama bagi anak usia sekolah (1982: 76). Jung memandang tahap prapubertas sebagai masa inkubasi atau pertumbuhan, ketika anak yang menjadi tanggungan secara perlahan mengembangkan rasa kemerdekaan, seperti ulat dalam fase kepompong (1970b: 105-17). Pada tahun-tahun dewasa akhir, kebijaksanaan menggabungkan pragmatisme dan pengetahuan pengalaman, sebagai komponen penting keadaan alami.

Sebagai perbandingan, tingkat ketiga dalam hirarki Maslow, adalah kebutuhan cinta dan rasa memiliki (need of love and belonging), yang berpusat di sekitar persahabatan, cinta, dan rasa satu tempat di dunia (Maslow 1943: 381). Kemampuan untuk mencintai dan menerima cinta dari orang lain adalah komponen penting dari kebijaksanaan. Meninjau tahap ketiga dan keempat di Erikson, kita melihat bagaimana kebutuhan di tingkat ketiga Maslow yang menonjol. Para anak prasekolah yang bermain-akting dan delapan tahun yang sedang bernegosiasi peraturan di sekolah keduanya mencari tempat di dunia dimana mereka akan dicintai dan diterima. Hal yang sama berlaku untuk remaja dan dewasa muda.

Pertubuhan Tunas  Kebijaksanaan

Masa remaja adalah waktu ketika perhatian individu bergeser dari fakta pragmatis tahap sebelumnya kepada ideological concerns (Erikson 1982: 32-3). Remaja sering mencoba posisi dan keyakinan  baru sebagai sarana meninjau diri mereka sendiri dari perspektif yang berbeda. Erikson menunjukkan kebutuhan untuk proses eksplorasi, dengan dukungan dan penerimaan dari keluarga dan masyarakat, sebagai langkah integral dalam konfigurasi `perkembangan dari individu dalam proses menuju keutuhan (1982: 74)'. 

Pemecahan positif  konflik identitas Erikson, mempromosikan sistem internal yang kuat akan pandangan tentang diri sendiri dan dunia yang satu, bahkan dalam menghadapi keadaan yang merugikan atau berubah. Pengembangan kesetiaan yang berhubungan dengan diri sejati seseorang membentuk aspek penting dari pertumbuhan terhadap kearifan dalam kedewasaan. Demikian pula, Jung melihat remaja sebagai metamorfosis, yaitu kelahiran psikologis dari diri sejati, terpisah dari orang tua dan independen seperti kupu-kupu (unik, indah, dan bebas) (Jung 1970b: 105-17).

Dalam hierarki Maslow, harga diri terbentuk pada tingkat keempat. Masa remaja merupakan masa  ketika seseorang sangat terkait dengan kepemilikan cinta, rasa memiliki dan dengan kebutuhan untuk diakui sebagai individu. Dengan hubungan cinta yang aman, remaja dibebaskan untuk mengeksplorasi jalan pencapaiannya (Maslow 1943: 381). Maslow merasa bahwa banyak orang tidak pernah maju melewati tingkat keempat hirarki, tetapi disana itu terdapat mereka yang berusaha ke level tertinggi berupa aktualisasi diri, memiliki kesempatan di akhir kehidupan mereka dengan perrasaan terhadap makna, kebijaksanaan, dan ketenangan (1943 :383).

Cabang Kebijaksanaan

Pada tahap perkembangan keenam Erikson, konflik sentral terjadi pada keintiman vs isolasi, dengan kebajikan yang dimunculkan berupa cinta dari kesuksesan kemantapan (Erikson 1982: 32-3). Hasrat dalam keintiman dapat dilihat sebagai kebutuhan untuk bergabung/berafiliasi dengan kelompok. Kapasitas cinta tidak hadir sampai adanya kesetiaan yang kuat.

Dari segi kebijaksanaan, afiliasi mengekspresikan dirinya dalam bentuk kehangatan, memperhatikan teman-teman, kekasih, keluarga, dan manusia pada umumnya. Afiliasi mengakui hubungan yang mendasari semua kehidupan. Jung mencirikan fase ini sebagai ‘an inner mariage-an internal love contrasexual aspect of one’s  psyche, yang menyediakan contoh dan potensi untuk realisasi pernikahan yang berhasil (1970: 189-201). 

Maslow memandang jenis afiliatif cinta non-posesif sebagai salah satu manifestasi dari aktualisasi diri (1955: 1-30). Demikian pula dengan Jung, ia percaya bahwa individuasi termasuk perilaku altruistik tanpa pamrih. Setiap individu harus menilai kembali kebutuhan dan konflik sampai tingkat tertentu dengan setiap fase kehidupan yang baru. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar atau kegagalan untuk menyelesaikan konflik awal dapat mengganggu kemampuan individu untuk berhasil menegosiasikan konflik di masa mendatang.

Kebijaksanaan Bermekaran

Karakter orang Dewasa ditandai dengan perjuangan antara Generativitas vs absorsi dan stagnasi, yang dapat diselesaikan secara positif kebijakan yang ada berupa kepedulian (Erikson 1982: 67). Bagi Erikson, generativitas meliputi procreativity, ketegasan produktivitas, pengembangan kemampuan, dan kreativitas, eksplorasi intuisi dan sumber daya batin (1982: 32-3; lihat Tabel 9.1 dan 9.2).  Erikson menggambarkan tahap ini sebagai `'generasi mendatang.

Erikson menyiratkan, bagaimanapun, ini bukan tahapan ketegasan atau pasif membagikan pengetahuan. Ini adalah waktu di mana banyak orang berada di puncak produktivitas dan kreativitas mereka. Konflik pusat tahap ini penyerapan diri dan stagnasi, yang dinyatakan sebagai kesulitan merangkul sejumlah pengetahuan pengalaman seseorang dan pemahaman intuitif untuk mendapatkan manfaat dunia, sementara memperdalam gudang sendiri kebijaksanaan. Sekali lagi, bentuk pelayanan aktif dan perawatan dari orang lain adalah inti dari konsep individuasi sukses Jung dan aktualisasi diri dari Maslow.

BUAH KEBIJAKSANAAN
Tahap akhir dalam  perkembangan teori  Erikson, yaitu ‘integritas vs putus asa’, merupakan salah satu yang paling mungkin untuk menjadi seperti Tao,  dan juga mewujudkan tujuan individuasi dari Jung dan tujuan aktualisasi diri dari Maslow. Perjuangan yang ditempuh adalah melepaskan persona seseorang dan identitas ego, yang dimungkinkan di satu sisi dengan bekerja dan berperan menjadi orangtua, dan di sisi lain melalui pengembangan hubungan dengan makna batin spiritual. Selain itu, penyelesaian positif berupa pencapaian kebijaksanaan, sehingga membuka jalan menuju integritas (Erikson 1982: 67). 

Kebijaksanaan terdiri dari semua kekuatan yang penting dan kebajikan dari tahap-tahap sebelumnya yang digabungkan menjadi keseluruhan. Menariknya, poin penting dari hal ini adalah terintegrasisnya keseluruhan filsafat spiritual seseorang ke dalam keimanan yang matang dan itu menjadi pokok sense of order, yaitu kembali ke pengertian dasar kepercayaan dan kebajikan, berupa harapan yang dikembangkan di tahap pertama kehidupan. Untuk Jung, kebijaksanaan dicapai melalui penolakan ego dan kontak dengan pusat ketuhanan (konsep Jung Diri, mirip dengan puncak hirarki Maslow). Jung telah membandingkan keberhasilan integrasi ini terhadap estetika yang telah dicapai dalam karya-karya besar seni, ia mencatat bahwa `seni kehidupan merupakan seni yang paling terkenal dan paling langka dari semua seni yang ada '(1933: 110).

Seperti yang telah digasrisbawahi oleh Jung, simbol lingkaran adalah salah satu yang tepat untuk diri dan Tao (Jung 1968: 355-84). Simbol ini tidak memiliki awal atau akhir, dan titik pusatnya bukanlah ego, tetapi sesuatu yang lebih besar dari diri (makhluk pribadi), yang disebut Jung ‘diri’, sama seperti keberadaan Universal. Pada tahap akhir pengembangannya adalah adanya penerimaan dan kembali ke sumber (Diri atau Tao) serta rasa damai dan harmonis

Erikson menunjukkan bahwa kebalikan dari integritas adalah jijik dan putus asa atas kehidupan seseorang dari kesalahan yang telah dibuat sepanjang hidupnya. Ia menyatakan bahwa konsep keputusasaan dalam bahasa Spanyol  (disebut desesperanza) juga merupakan kebalikan dari harapan (esperanza) (Erikson 1982: 67). Ketika harapan seseorang menjadi benar-benar terintegrasi, maka lingkaranpun selesai. Spiritual wholeness (Keutuhan spiritual) atau integritas adalah perwujudan dari Tao. Hal ini juga memberi kesadaran akan diri sejati seseorang yang terkoneksi ke diri, pusat ilahi dan totalitas.

Berikut tabel tentang  bagaimana aspek-aspek kebijaksanaan dari pandangan Maslaw dan Erikson

Tingkatan  Hierarki kebutuhan Maslaw
Tahapan Psikososial dan Kebajikan Erikson
Aspek Perkembangan Kebijaksanaan
Kebutuhan Fisiologis
Kepercayaaan vs Ketidak Percayaan
Pengalaman kebaikan dan benih iman
Kebutuhan akan rasa aman
Otonomi vs Perasaan malu
Inisiatif vs Kesalahan
Kebijaksanaan
Kebutuhan akan cinta dan kepemilikan
Kerajinan vs Inferioitas Identitas vs Kekacauan Identitas

Pengalaman Pengetahuan (Pragmatisme), Kearifan
Kebutuhan akan Harga Diri
Keintiman vs Isolasi
Memahami kesatuan alam semesta dan berkendara menuju keutuhan
Kebutuhan Aktualsisasi Diri
Generativitas vs absorsi diri dan Stagnasi
Integritas vs putus asa
Kematangan Iman dan pengalaman keutuhan Spiritual

Jumat, 19 April 2013

Jangan di Baca "Patah Hati"


Sssst...

Aku memang laki-laki yang tak pernah patah hati.
Belum ada perempuan yang bisa membuatku patah hati.
Sebenarnya ini rahasia
Rahasiaku
Tapi apa mau dikata???
Terpaksa aku katakan..
aku memang tak pernah patah hati
bukan tak pernah ada perempuan memikat hati
yang memaksa otak memikirkannya yang merenggut waktuku dan yang merampas ideku
bukan tak pernah ada.
Tapi jika ia bukan orang yang bisa mencintaiku
Bukan perempuan yang boleh aku cintai...
Aku menolak hadirnya Aku tolak kehadirannya di hatiku
Aku tolak bahkan sebelum ia menolakku
Aku tolak dia diam diam, Rahasia
Tanpa tangis dan tanpa iba
Tak ada tangisku, Dan pasti tak ada tangisnya
Jika terlintas perempuan yang memikat hati 
Tapi aku tak boleh mencintainya, Aku tolak sebelum ia menolakku
Diam diam, Rahasia

Aku memang laki laki yang tak pernah patah hati

(Eko Novianto Nugroho, 2011, hal 289-290. Inspiring Stories, Yogyakarta: Media Grafika Utama)

CoretanKU Curat Coret

"Bukan engkau saja Gus (A. Mustafa Bisri) yang harus dan bisa merenung, aku juga begitu... (M. Wildan Fauzan, 19/04/2013)"


Saya terbersit ingin mengeluarkan kalimat di atas, setelah saya membaca kembali buku Gus Mus (Ahmad Mushafa Bisri), yang berjudul KORIDOR, Renungan A. Musthafa Bisri (2010).

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّـهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُون

And say, "Do [as you will], for Allah will see your deeds, and [so, will] His Messenger and the believers. And you will be returned to the Knower of the unseen and the witnessed, and He will inform you of what you used to do." (QS. At Taubah [9]: 105)


Teruslah bekerja, teruslah berkarya, dengan ikhlas, dengan penuh keridhoan dan kepatuhan kepada Allah.. Allah pasti melihat, Rasulullah akan menyaksikan, dan orang-orang mukmin akan merasakan niatan terbaik kita, hasil kerja kita, dah karya-karya besar kita.

Seperti mendapat dorongan baru untuk menuliskan kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf, tentang apa yang saya rasakan hari ini, tepatnya ba'da Magrib ini. Saya tadi berdoa, semoga Allah memberi kesempatan dan kemampuan untuk saya memahami ayat-ayat Allah, baik yang Kauliyah ataupun Kauniyyah; dan kemudian izin Allah datang dalam bentuk gerakan mata, kaki, dan tangan saya untuk melihat, mengambil, dan membaca buku nya Gus Mus, dan saya kemudian terinspirasi untuk menuliskan ini.

Saya membeli buku KORIDOR ini pada tanggal 27 Oktober 2011, sudah hampir setahun lebih buku ini saya beli. Saya lupa, saya sudah menghatamkan atau tidak buku ini, karena saya baca buku ini loncat-loncat. Tapi tak apalah, bukan masala khatam apa tidaknya, tapi paham gak isi yang dibacanya.. Kemudian ketika sudah paham, mau gak diamalkan? kayanya itu lebih penting dari pada sekedar Khatam. Seperti yang dikutip Gus mus ini (hal. 214) "Orang yang berfikir panjang pasti akan paham, orang yang paham pasti akan tahu, orang yang tahu pasti akan beramal (Busr al-Harits al-Hafi)"

Saya selanjutnya membua lembar demi lembar, dan melihat coretan-coretan yang saya buat sendiri di buku itu, feedback dari apa yang saya baca. 

"Gus, kau menantang ku menulis! Trimakasih" 
"Gus, kau mengajkku merenung, Trimakasih!"
(10 Dzulhijjah, 1432 H)


Itu salah satu komentar awal dari tulisan saya di buku itu. Membaca bait-bait puisi nya Gus Mus, menyelami tulisan-tulisan nya Gus mus, membuat saya termotivasi untuk mengamalkan dengan benar Islam saya, dan hidup saya. Gus mus seakan mengajak saya untuk terus membagikan kemampuan terbaik yang saya miliki, mengasah kepekaan saya, dan seperti melatih saya untuk bertutur secara singkat tapi penuh makna, seperti dengan media puisi... Gus mus juga seakan mengajak saya untuk kembali merenung, banyak berdzikir, memberikan pemaknaan-pemaknaan hidup, agar kualitas Iman dan Amal ini semakin bertambah, Karena menurut beliau "Berdzikir dalam berbagai kondisi, kiranya memang hanya dapat dilakuakn dengan sempurna oleh mereka yang berfikir. Karena mereka inilah yang dapat menyaksikan kedahsyatan-Nya (KORIDOR, hal. 214)". Gus kau mengajakku kembali merenung.. terimakasih !

Kiai itu Inspiratif

"Saya bukan anggota organisasi Nahdatul Ulama (NU), saya bukan juga anggota organisasi Muhammadiyah, atau organisasi-organisasi Islam lainnya. Saya adalah orang yang menyenangi Kemaslahatan Ajaran Islam, baik itu dari versi NU atau Muhammadiyyah atau organisi lainnya. Setiap apa yang maslahat, itu yang perlu dipelajari, dan juga diajarkan (31 Oktober 2011)"

"Kok akhir-akhir ini saya menyenangi mempelajari lika-liku para Kiai NU, bagaimana pola fikirnya, falsafah hidup yang dianutnya, peranan yang dilakukannya dalam mewarnai khasanah kehidupan.. Kiai itu Inspiratif ! (31 Oktober 2011)"

Sebagai pewaris para nabi, Ulama berperan penting dalam mentransfer tradisi dan nilai Islam kepada umat, sehingga, setiap apa yang dilakukan dan disampaikan ulama itu selalu memberikan pemahaman-pemahaman bagi para mad'u nya, serta inspirasi dalam menjalankan tugas-tugas kehidupan di dunia.. Kiai sebagai satu panggilan/gelar ulama di Indonesia, memiliki tipe dan kekekhasan sediri dalam watawa saubil haq wa tawa as saubis As Shabri, dalam amal makruf nahi munkar.. seperti hal nya Gus Mus ini, atau alm. K.H Irfan Hilmy, pendiri pondok moderen Darussalam Ciamis, tempat saya menimba ilmu sewaktu Aliyah.. Apa yang disampaikannya, cara penyampaiannya, selalu menggugah hati umat yang diseunya, sehingga termotivasi untuk semakin dekat dengan sang pencipta, semakin peduli, terhadap diri, keluarga atau lingkungan sekitarnya.. Kiai itu emang insiratif.. Alhamdulilahi rabbil'alamin, Allahumma shalli 'ala muhammad "Semoga Para Ulama khusunya di Indonesia dan umumnya diseluruh penjuru dunia selalu berada dalam keridhoan dan ampunan gusti Allah".. 

Hasbunallah wanikmal wakil

THE LEARNER-CENTERED PSYCHOLOGICAL PRINCIPLES


Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berpusat (Learning-Centered)*

FAKTOR KOGNITIF DAN METAKOGNTIF
Prinsip 1: Sifat proses pembelajaran. Pembelajaran yang paling efektif adalah proses yang disengaja untuk membangun makna dari informasi dan pengalaman.
Prinsip 2: Tujuan dari proses pembelajaran. Keberhasilan pelajar, dari waktu ke waktu dan dengan dukungan dan bimbingan instruksional, dapat menciptakan makna, gambaran logis pengetahuan.
Prinsip 3: Membangun pengetahuan. Keberhasilan peserta didik yaitu ketika ia dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang ada dalam cara yang penuh arti.
Prinsip 4: Pemikiran strategis. Pembelajaran dikatakan berhasil jika ia dapat membuat dan menggunakan berpikir repertoar dan strategi penalaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang kompleks.
Prinsip 5: Berpikir tentang berpikir. Strategi urutan yang lebih tinggi untuk memilih dan memantau operasi mental dalam memfasilitasi pemikiran kreatif dan kritis.
Prinsip 6: Konteks pembelajaran. Belajar dipengaruhi oleh faktor lingkungan, termasuk budaya, teknologi, dan praktik instruksional.

FAKTOR MOTIVASI DAN AFEKSI
Prinsip 7: Motivasi dan pengaruh emosional pada pembelajaran. Motivasi pelajar mempengaruhi  Apa dan berapa banyak yang dipelajari. Motivasi untuk belajar, pada gilirannya, dipengaruhi oleh bagian-bagian emosional individu, keyakinan, minat, tujuan, dan kebiasaan berpikir.
Prinsip 8: Motivasi intrinsik untuk belajar. Kreativitas pelajar, berpikir tingkat tinggi, dan rasa ingin tahu alami semua berkontribusi terhadap motivasi belajar. Motivasi intrinsik dirangsang oleh tugas baru, kesulitan, sesuai dengan kepentingan pribadi, menyediakan pilihan pribadi, serta kontrol pribadi.
Prinsip 9: Pengaruh motivasi dalam usaha. Perolehan  pengetahuan yang kompleks dan keterampilan membutuhkan usaha lebih dari pelajar dan panduan praktek (Guide practice). Tanpa adanya motivasi peserta didik untuk belajar, kemauan untuk mengerahkan usaha,  semua ini tidak mungkin berjalan tanpa adanya paksaan.

FAKTOR PERKEMBANGAN  DAN SOSIAL
Prinsip 10: Pengaruh Perkembangan pada belajar Sebagai perkemabngan individu, mereka menemukan kesempatan yang berbeda dan mengalami kendala yang berbeda untuk belajar. Belajar paling efektif bila perkembangan diferensisasi di dalam dan di domain fisik, intelektual, emosional, dan sosial diperhitungkan.
Prinsip 11: Pengaruh sosial pada pembelajaran. Belajar dipengaruhi oleh interaksi sosial, hubungan interpersonal, dan komunikasi dengan orang lain.

FAKTOR PERBEDAAN INDIVIDU 
Prinsip 12: Perbedaan individu dalam pembelajaran. Peserta didik memiliki strategi yang berbeda, pendekatan, dan kemampuan untuk belajar yang merupakan fungsi dari pengalaman sebelumnya dan dari bawaan (hereditas).
Prinsip 13: Belajar dan keragaman. Belajar paling efektif bila perbedaan dalam linguistik, budaya, dan sosial latar belakang peserta didik diperhitungkan.
Prinsip 14: Standar dan Penilaian. Menetapkan standar tinggi dan tepat menantang dan menilai pelajar dan kemajuan belajar ---termasuk diagnostik, proses, dan hasil penilaian---merupakan bagian integral dari proses pembelajaran.

*Summarized from the APA Work Group of the Board of Educational Affairs (1997, November). Learner-centered psychological principles: Guidelines for school reform and redesign. Washington, DC: American Psychological Association.

Senin, 15 April 2013

It's So Simple but Incredible

Apa jadinya aku jika Tuhan menjadikan ku seorang diri
Apa jadinya aku jika tak ada orang yang mau bersamaku
apa jadinya aku jika tak ada teman yang mau berbagi denganku
apa jadinya aku jika tak ada sahabat yang mengisi lembar hidupku
apa jadinya?


Bersosial adalah kebutuhan manusia, yang harus terpenuhi sebagaimana ia memerlukan makan, minum, berpakaian dalam kehidupan nya sehari-hari. Bersosial semacam dorongan aktif bawaan yang sudah tertanam  dalam diri manusia, sebagaimana beragama, yang perlu diarahkan. 

Potensi bersosial dari manusia, berupa dorongan untuk bisa  hidup di tengah-tengah kehidupan manusia-manusia lain, dan membentuk hubungan dengan orang lain. Kebermaknaan Hidup akan lebih terasa ketika manusia mampu hidup dalam kehidupan sosial, sanggup bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat dan juga memiliki sahabat untuk berinteraksi.

Mari belajar bersosial, membangun persahabatan dengan manusia lain.

Bersahabat itu biasa, tetapi efeknya luar biasa; 
Persahabatan itu mahal, tapi sederhana
Punya sahabat itu  membuat hidup lebih BAHAGIA, lebih bermakna
Sahabat  adalah cara Tuhan untuk manusia agar manusia mengetahui siapa dirinya



Jumat, 12 April 2013

Magistra de Pertarosa

Hari ini seperti ada yang membimbing untuk berkenalan  dengan orang yang punya mimpi, orang yang selalu senang membagikan tulisan kuliah "magister profesinya" (berawal dari membaca blog catatan-catatan kuliah anak Magister Piskologi); yang selalu berusaha untuk memaksimalkan potensinya agar bisa bermanfaat bagi orang lain. "Aku ingin hidup seribu tahun lagi, dengan tulisan dan amal kebaikan", tulisnya dalam akun Facebook priadinya (iseng nyari orang yang nulis blog itu di Facebook, dan Woww..). Dari tulisan itu saya merasa bahwa dia ini memang seneng nulis (dan tulisan-tulisannya pun enak dibaca), dan seneng berbagi ilmu. Saya memang tidak kenal siapa, tapi dari situ saya banyak belajar (saya suka ngiri kalo ada orang-orang hebat,)..
  1. Saya belajar (dalam arti yang lebih sempit kuliah), saya membaca, saya mencatat, pasti setiap hari saya lakukan. Kenapa hasilnya jarang  dibagikan? padahal kan sedikit banyak ada yang bisa dimanfaatkan kalau saya coba untuk bagikan. Saya kuliah Magister, misalnya, pasti tidak sedikit ilmu yang bisa didapatkan. Daripada ilmu itu menguap, dan kemudian hilang, lebih baik ditulis terus dibagikan. Saya biasa membeli atau meminjam buku. kemudian saya baca. Kenapa jarang saya tulis hasilnya? Seingat saya, kalo saya baca buku atau ikut kuliah, ikut kajian, pasti ada  yang bikin otak saya "ngeh" tapi kok gak pernah dituliskan dan diabaikan si?! haduhhh.. Wildan wildan.. piye to??? 
  2. Mempelajari teori itu cukup penting, tapi lebih penting kalo teori-teori itu bisa diaplikasikan, dan dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Saya jadi sedikit tercerhakan dengan status Magister ini,  Magistra de Pertarosa (itu cuma istilah saya aja buat nulis judul pertarosan magister atau dalam bahasa Indonesianya "Pertanyaan Magister", pertanyaan diri tentang bagaimana si magister itu, apa si bedanya sama sarjana?) ini bahwa "Magister profesi itu sudah seharusnya belajar di lapangan,"; "Magister itu harus peka melihat gejala-gejala kehidupan masyarakat akhir-akhir ini"; Magister harus bisa "Intervensi" gejala-gejala itu. "Magister itu harus meningkatkan kemampuan belajar dan membacanya, memiliki pendapat dan mampu mengemukakannya" de el el lah buat Magistra de Pertarosa selanjutnya..
Saya fikir, menyadari hal ini hari ini tidaklah terlambat, dan mudah-mudahan memang tidak terlambat.. Dan saya harus berjanji untuk terus menulis, terus belajar, terus konsisten... dan menyediakan waktu saya untuk merenung dan mulai menentukan langkah-langkah kongkrit apa yang akan saya lakukan..

HASBUNALLAH WANIKMAL WAKIL

Kamis, 11 April 2013

Bukan sembarang syair




Ngawiti ingsun nglaras syi’iran (aku memulai menembangkan syi’ir)
Kelawan muji maring Pengeran (dengan memuji kepada Tuhan)
Kang paring rohmat lan kenikmatan (yang memberi rohmat dan kenikmatan)
Rino wengine tanpo pitungan 2X (siang dan malamnya tanpa terhitung)

Duh bolo konco priyo wanito (wahai para teman pria dan wanita)
Ojo mung ngaji syareat bloko (jangan hanya belajar syari’at saja)
Gur pinter ndongeng nulis lan moco (hanya pandai bicara, menulis dan membaca)
Tembe mburine bakal sengsoro 2X (esok hari bakal sengsara)
 Akeh kang apal Qur’an Haditse (banyak yang hapal Qur’an dan Haditsnya)

Seneng ngafirke marang liyane (senang mengkafirkan kepada orang lain)
Kafire dewe dak digatekke (kafirnya sendiri tak dihiraukan)
Yen isih kotor ati akale 2X (jika masih kotor hati dan akalnya)

Gampang kabujuk nafsu angkoro (gampang terbujuk nafsu angkara)
Gampang kabujuk nafsu angkara
Dina papaes herangna dunia
Iri jeung dengki harta tatangga

Ing pepaese gebyare ndunyo (dalam hiasan gemerlapnya dunia)
Iri lan meri sugihe tonggo (iri dan dengki kekayaan tetangga)
Mulo atine peteng lan nisto 2X (maka hatinya gelap dan nista)

Ayo sedulur jo nglaleake (ayo saudara jangan melupakan)
Wajibe ngaji sak pranatane (wajibnya mengkaji lengkap dengan aturannya)
Nggo ngandelake iman tauhide (untuk mempertebal iman tauhidnya)
Baguse sangu mulyo matine 2X (bagusnya bekal mulia matinya)

Kang aran sholeh bagus atine (Yang disebut sholeh adalah bagus hatinya)
Kerono mapan seri ngelmune (karena mapan lengkap ilmunya)
Laku thoriqot lan ma’rifate (menjalankan tarekat dan ma’rifatnya)
Ugo haqiqot manjing rasane 2 X (juga hakikat meresap rasanya)

Al Qur’an qodim wahyu minulyo (Al Qur’an qodim wahyu mulia)
Tanpo tinulis biso diwoco (tanpa ditulis bisa dibaca)
Iku wejangan guru waskito (itulah petuah guru mumpuni)
Den tancepake ing jero dodo 2X (ditancapkan di dalam dada)

Kumantil ati lan pikiran (menempel di hati dan pikiran)
Mrasuk ing badan kabeh jeroan (merasuk dalam badan dan seluruh hati)
Mu’jizat Rosul dadi pedoman (mukjizat Rosul(Al-Qur’an) jadi pedoman)
Minongko dalan manjinge iman 2 X (sebagai sarana jalan masuknya iman)

Kelawan Alloh Kang Moho Suci (Kepada Alloh Yang Maha Suci)
Kudu rangkulan rino lan wengi (harus mendekatkan diri siang dan malam)
Ditirakati diriyadohi (diusahakan dengan sungguh-sungguh secara ihlas)
Dzikir lan suluk jo nganti lali 2X (dzikir dan suluk jangan sampai lupa)

Uripe ayem rumongso aman (hidupnya tentram merasa aman)
Dununge roso tondo yen iman (mantabnya rasa tandanya beriman)
Sabar narimo najan pas-pasan (sabar menerima meski hidupnya pas-pasan)
Kabeh tinakdir saking Pengeran 2X (semua itu adalah takdir dari Tuhan)

Kelawan konco dulur lan tonggo (terhadap teman, saudara dan tetangga)
Kang podho rukun ojo dursilo (yang rukunlah jangan bertengkar)
Iku sunahe Rosul kang mulyo (itu sunnahnya Rosul yang mulia)
Nabi Muhammad panutan kito 2x (Nabi Muhammad tauladan kita)

Ayo nglakoni sakabehane (ayo jalani semuanya)
Alloh kang bakal ngangkat drajate (Allah yang akan mengangkat derajatnya)
Senajan asor toto dhohire (Walaupun rendah tampilan dhohirnya)
Ananging mulyo maqom drajate 2X (namun mulia maqam derajatnya di sisi Allah)

Lamun palastro ing pungkasane (ketika ajal telah datang di akhir hayatnya)
Ora kesasar roh lan sukmane (tidak tersesat roh dan sukmanya)
Den gadang Alloh swargo manggone (dirindukan Allah surga tempatnya)
Utuh mayite ugo ulese 2X (utuh jasadnya juga kain kafannya)