Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

GRADUATION

31 Maret 2012.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Lebaran 1434 H

sabisa-bisa kudu bisa pasti bisa

Kunjungan

Sahabat-sahabat dari Yogyakarta.

Kegiatan

Lomba Penegak Pramuka.

Jumat, 29 Maret 2013

Nilai Lagu Gundul Pancul

"Gundul gundul pacul-cul,
gembelengan
Nyunggi nyunggi wakul-kul, gembelengan
Wakul ngglimpang
segane dadi sak latar"
(Sunan Muria) 

Pada beberapa tulisan, lagu anak gundul-gundu pacul ini dikarang oleh Sunan Kalijaga, tetapi mendengar penjelasan K.H. Ashar (yang menurut beliau didengar dari ayahnya), lagu ini dibuat oleh Sunan Muria, dan yang menulis liriknya R.C Hardjosubroto dalam buku lagu-lagu daerah... Siapa pun itu yang nulis, yang penting dalam lagu ini ada nilai yang bisa dipelajari. Adapun itu yaitu: 

Gundul itu keadaan kepala tidak berambut. Rambut adalah mahkota, dan kepala adalah pemimpin. Jadi "Rakyat itu adalah pemimpin yang tak bermahkota".
Pacul itu alat untuk mencangkul, yang bisa memberi kejahteraan masyrakat. Jadi "tugas pemimpin adalah pemberi kejahteraan bagi masyarakat."
Orang Jawa mengatakan pacul adalah papat kang ucul (empat yang lepas). Artinya bahwa: pemipin harus mampu menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya. Pemimpin selalu mau melihat kebenaran (simbol mata), mencium wangi kebaikan (simbol hidung), berbicara benar berlaku adil (simbol mulut), dan mendengar keluhan-keluhan masyarakat (simbol telinga).
Nyunggi wakul, gembelengan 
Nyunggi wakul artinya: membawa bakul (tempat nasi) di kepalanya. Banyak pemimpin yang lupa bahwa dia mengemban amanah penting membawa bakul dikepalanya. Karena itu Pemimpin itu harus bisa memegang amanah, kalo ia asal/gembelengan/sombong, maka ia akan kehilangan jati diri atau status dia sebagai pemimpin..

to be continued

Minggu, 17 Maret 2013

Ilmu Makan Sejati

Pengetahuan memiliki jarak tertentu dengan ilmu, walaupun dalam kebahasaan, kata pengetahuan selalu bersatu dengan ilmu menjadi ilmu pengetahuan. Ilmu baru terjadi ketika ia telah menyatu dengan diri kita, bukan hanya sekedar kita tahu, tapi ilmu juga ditandai oleh realitas menyeluruh, dimana pengatahuan menjadi bagian dari  kita,  dari badan kita, akal fikir kita, emosi kita dan termasuk kearifan jiwa kita. Pengatahuan baru sekedar tataran rendah dari persyaratan eksistensi manusia.

Ilmu "Makan sejati" ialah makan sungguh-sungguh untuk perut. adapun kebanyakan kita lakukan selama ini adalah memberi makan kepada nafsu. Perut itu terbatas, karena itu Allah mengajarinya untuk tahu membatasi diri. Sementara nafsu adalah api yang tiada terhingga sekala perbesaran dan pemuaiannya.

Untuk ingat lapar, cukup perut yang melakukannya, tetapi untuk berhenti sebelum kenyang, manusia memerlukan dimensi rohani tinggi kemanusiaannya untuk mengingatnya. Ia juga memerlukan nalar ilmu dan kearifan yang lebih tinggi agar ia memperoleh ketepatan pula dalam aktivitas "makan" yang lain di bidang-bidang kehidupan.


Ilmu makan yang diajarkan Rasulullah "hanya makan ketika lapar dan berhenti makan sebelum kenyang" juga berlaku untuk segala makan dalam kehidupan lainnya. Alangkah sedihnya melihat manusia yang tak henti-hentinya makan, padahal ia tak lapar, serta banyak manusia yang tidak habis-habis makan, padahal ia amat kekenyangan... 


Sumber: Emha Ainun Najib, 2012, Tuhan Pun Berpuasa. Jakarta: Kompas Media Nusantara. hal: 35-43)