Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

GRADUATION

31 Maret 2012.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Lebaran 1434 H

sabisa-bisa kudu bisa pasti bisa

Kunjungan

Sahabat-sahabat dari Yogyakarta.

Kegiatan

Lomba Penegak Pramuka.

Jumat, 24 Mei 2013

Meaning of meaning


Ada banyak yang bisa kita pelajari, ada banyak yang bisa kita pahami, ada banyak yang bisa kita maknai di kehidupan sekitar kita ini. Kita perlu melakukan proses perenungan mendalam untuk memahami hal-hal itu; dan setelah perenungan itu kita akan menemukan eksitensi kehidupan kita (terlepas dari paham-paham eksistensialisme yang ada), kita akan menjadi diri yang terindividuasi, menjadi individu sepenuhnya, yang memahami keberadaan orang lain di sekitar kita, dan mengerjakan apa yang menjadi kewajiban kita kepada sang maha kuasa. Orang yang mampu berindividuasi, orang yang mampu melakukan aktuaslisasi diri, mengeluarkan segala kemampuan yang dimilkinya, pasti akan semakin tahu untuk apa ia diciptakan, kemana ia akan menuju, apa bekal yang akan dibawa, akan tahu mana titik awal dan titik akhir yang akan dituju... Semakin orang tahu dirinya, semakin ia Mengenal akan Tuhannya..


Ketika kita diam, apatis, enggan untuk melihat, memperhatikan dan memaknai dunia, kita hanyalah menjadi seperti batang-batang pohon tak bergerak, bejana kosong yang diam, batu yang tak pernah protes, atau menjadi bagian-bagian kehidupan yang tak ada manfaatnya... membaca tulisan Cak Nun, saya belajar untuk semakin "sensitif" dengan keidupan sekitar kita, belajar untuk bisa memaknai apa-apa yang ada di sekitar kita ini. Saya belajar untuk tidak "diam" menunggu,.. saya belajar untuk terus bergerak memperhatikan, mengetahui, mengalami, memanfaatkan dan pada ujunngnya saya belajar untuk bisa menjalani tanggung jawab kita sebagai Khalifatullah fil Ardi.
Ciamis, 24-05-2013

Untuk Umbu Presiden Malioboro
Oleh: Muhammad Ainun Nadjib

Malioboro 

Syukur kepada Tuhan yang memperkenankan saya berjumpa dengan Umbu Landu Paranggi. Satu-satunya orang yang pernah digelari sebagai Presiden Malioboro oleh media massa, kalangan intelektual, aktivis kebudayaan 42 tahun yang lalu. Di zaman ketika orang masih mengerti bagaimana menghormati keindahan. Di kurun waktu tatkala manusia masih punya perhatian yang jujur kepada rohani, masih menjunjung kebaikan dan masih percaya kepada kebenaran. 

Kemudian sebagai “jebolan Universitas Malioboro”, hampir setengah abad saya lalui jalan sesat, dan kini saya terjebak di kurungan peradaban di mana manusia mengimani kehebatan, bertengkar memperebutkan kekuasaan, mentuhankan harta benda, bersimpuh kepada kemenangan, serta memompa-mompa diri untuk mencapai suatu keadaan yang mereka sangka keunggulan. 

Secara teknis saya mengenal Umbu sebagai pemegang rubrik puisi dan sastra di Mingguan “Pelopor Yogya” yang berkantor di ujung utara Jl Malioboro Yogyakarta. Bersama ratusan teman-teman yang belajar nulis puisi dan karya sastra, kami bergabung dalam “Persada Studi Klub”. Puluhan tahun kemudian saya menyadari bahwa saya tidak berbakat menjadi penyair, dan ternyata yang saya pelajari dari Umbu bukanlah penulisan puisi, melainkan “Kehidupan Puisi” – demikian menurut idiom Umbu sendiri. 

Antara Tugu hingga Kraton, terdapat empat (4) jalan. Pertama, Margoutomo. Terusannya, sesudah rel KA, bernama Malioboro. Jalan lanjutannya adalah Margomulyo. Kemudian dari Kantor Pos hingga Kraton adalah Jalan Pangurakan. Sekarang jalan itu bernama Jl. Mangkubumi dan Jl. Jendral Ahmad Yani: wacananya, filosofinya, kesadaran sejarahnya, sudah mengalami perubahan dan penyempitan, dari falsafah karakter manusia ke catatan romantisme sejarah. Hari ini bahkan Malioboro adalah pariwisata, kapitalisme dan hedonism pop. 

Wali Pengembara 

Ketika berdiri, kepemimpinan kesultanan Yogya meyakini bahwa setiap manusia sebaiknya memastikan dirinya menempuh “jalan utama”. Tafsir atas “jalan utama” sangat banyak. Bisa pengutamaan akal dan budi, bukan menomersatukan pencapaian kekuasaan, kesejahteraan ekonomi atau eksistensialisme “ngelmu katon” alias kemasyhuran yang pop dan industrial. Bisa juga jalan utama adalah “berbadan sehat, berbudi tinggi, berpengetahuan luas, berpikiran bebas”, atau apapun yang intinya memaksimalkan peran kemanusiaan untuk fungsi “rahmat bagi seluruh alam semesta”. 

Untuk menguji diri dalam pilihan jalan utama, maka “Malio-boro”. “Malio” artinya “jadilah Wali”, mengelola posisi kekhalifahan, menjadi wakil Tuhan untuk memperindah dunia, “mamayu hayuning bawana”. Malioboro artinya jadilah Wali yang mengembara (“boro”): mengeksplorasi potensi-potensi kemanusiaan, penjelajahan intelektual, eksperimentasi kreatif, berkelana di langit ruhani. Nanti akan tiba di jalan kemuliaan (Margo-mulyo). Dalam idiom Islam, yang diperoleh bukan hanya ilham (inspirasi) dari Tuhan, tapi juga fadhilah (kelebihan), ma’unah (keistimewaan) dan karomah (kemuliaan). 

Di ujung jalan Margomulyo, orang menapaki Pangurakan. Jiwanya sudah “urakan” (ingat Perkemahan Kaum Urakan-nya Rendra di awal 1970an?): sudah berani mentalak kepentingan dunia dari hatinya, “ya dunya ghurri ghoiri, laqat thalaqtuka tsalatsatan”: wahai dunia, rayulah yang selain aku saja, sebab kamu sudah kutalak-tiga. Bahkan “diri sendiri” sudah ditalak, karena “diri sejati” adalah kesediaannya untuk berbagi, kerelaannya untuk menomersatukan orang banyak. Parameter manusia bukanlah “siapa dia”, melainkan “seberapa pengabdiannya kepada sesama”. 

Memilih Presiden 2014 sangat mudah: pandangi wajahnya dan pelajari perilaku hidupnya, apakah penempuh jalan Margoutomo, Malioboro dan Margomulyo. Raja-raja sejati nenek moyang kita mengakhiri hidupnya dengan merohanikan diri, menjadi Begawan, Pandita, Panembahan. Raja yang sibuk mengatur agar penguasa berikutnya adalah sanak familinya, tidak punya kwalitas memasuki jiwa Pangurakan, karena memang tidak pernah memilih jalan utama, mewali-pengembara sehinga lolos masuk jalan mulia. 

Kekasih Umbu 

Ah, tetapi itu terlalu muluk. Untuk Presiden Malioboro ini saya kembali saja ke sesuatu yang kecil dan sepele. Menjelang tengah malam, di tahun 1973, Umbu datang ke kamar kost saya dan mengajak pergi. Sebagaimana biasa saya langsung tancap, berjalan cepat mengejar langkah Umbu yang panjang-panjang. Hampir tiap malam kami jalan kaki menempuh sekitar 15 sd 20 km di jalanan Yogya. Sebulan dua bulan sekali kami mengukur jarak Yogya ke Magelang, ke Klaten, ke Wates, ke Parangtritis, dengan jalan kaki. Atau duduk saja di trotoar sesudah toko-toko tutup hingga pagi para pelajar berangkat sekolah. 

Umbu mengajak saya “mlaku”, bukan “mlaku-mlaku”. “Jalan”, bukan “jalan-jalan”. Ada beda sangat besar antara “ngepit” dengan “pit-pitan”, antara naik sepeda dengan bareng-bareng bersepeda gembira. Sangat beda antara bekerja dengan hiburan, antara berjuang dengan iseng-iseng, antara makan beneran dengan mencicipi, antara jalan kaki sunggugan dengan jalan-jalan. Kalau pakai konsep waktu: yang satu menghayati, lainnya melompat. Yang satu mendalami, lainnya menerobos. Yang satu merenungi, lainnya memenggal. 

Harian lokal Yogya pernah memuat foto sangat besar almarhum Prof. Dr. Umar Kayam di halaman depan sedang naik sepeda, menempuh jarak 150 meter dari Bulaksumur B-12 ke kantornya di E-12. Pak Bon kantor menyongsong juragannya, menyodorkan koran itu dan nyeletuk: “Bapak ampuh tenan. Baru mulai kemarin naik sepeda ke kantor sudah keluar di koran. Kok saya sudah 30 tahun lebih naik sepeda 30-an km tiap hari pulang pergi dari Gunung Kidul ke kantor, kok ndak masuk koran ya Pak..” Maklumlah Pak Bon tidak mengerti apa-apa tentang jurnalisme. Sambil jalan kaki dengan Umbu saya tersenyum-senyum sendiri kalau ingat protesnya Pak Bon. 

Malam itu Umbu menerobos Keraton Yogya bagian tengah dari arah barat, menempuh sekitar 3 km, Umbu mengajak berhenti di warung kecil seberang THR. Duduk. Pesan teh nasgithel, berjam-jam tidak bicara sepatah katapun, ah-uh-ah-uh sendiri-sendiri, hingga pukul empat fajar hari. Beberapa kali dengan dua jari Umbu mengambil batangan rokok di kedalaman sakunya tanpa menoleh ke saya — jangankan mengeluarkan bungkusnya dan menawarkan agar saya juga menikmatinya. 

Ketika jam empat tiba, Umbu bergumam lirih, “Coba lihat keluar, Em….”. Saya bertanya, “Lihat apa, Mas?”, dia menjawab, “Perhatikan nanti ada Bis Malam dari Malang masuk Yogya….”. Saya melompat keluar, berdiri, berjaga-jaga di tepi jalan. Sebab saya mengerti, “Bus” nya tidak penting, tapi “kota Malang” itu sakral baginya. Ia berkait erat dengan kekasih hatinya. 

Umbu sedang sangat jatuh cinta kepada seorang pelukis mahasiswi ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) asal Malang, gadis hitam manis, kurus, bergigi gingsul. Umbu mengambil saya sebagai tenaga outsourcing gratisan untuk mengerjakan program-program cintanya. Job description saya mengamati rumah tempat ia kost, posisi kamarnya, arah pintunya, route kegiatannya, dan yang terpenting meneliti apakah si gadis pernah memakai rok. Sebab rata-rata pelukis wanita berpakaian lelaki. Kalau sempat melihatnya pakai rok, harus didata apakah maksi, midi ataukah mini. Ketika pada suatu malam Minggu saya diperintahkan untuk bertamu ke rumah gadis itu sebagai “Duta Cinta”, jauh malam sesudahnya saya diinterogasi: “Apakah dia nemuin Emha pakai rok? Bagaimana bentuk kakinya?” 

Ketika mendadak Bis Malam “AA” meluncur dari arah selatan, saya kaget. Langsung saya teriak dan berlari memberitahu Umbu. Tapi dia tidak menunjukkan perilaku seperti lelaki yang jatuh cinta dan rela berjam-jam menunggu kekasihnya tiba. Di dalam warung Umbu tetap menundukkan wajah, mengisap rokok, tidak bereaksi kepada teriakan saya. Justru ketika suara bis menderu, wajahnya makin menunduk. 

Semula saya pikir si kekasih akan turun di depan THR karena kencan dengan Umbu. Ternyata kemudian saya ketahui bahwa si kekasih bukan sedang naik bis dari Malang ke Yogya. Umbu hanya menikmati nuansa bahwa jalur Malang-Yogya itu paralel dengan jalur cinta yang sedang dialaminya. Ia cukup mendengar suara bus itu lewat, cukup baginya untuk menghadirkan kekhusyukan cintanya. Begitu bus sudah lewat, Umbu mengajak saya pulang, dia ke ujung Malioboro utara, saya balik ke barat Keraton. 

Beberapa hari kemudian Umbu memerintahkan agar saya beli tiket bus malam Yogya-Malang pp. Saya mengantarkannya sampai bus berangkat. Dia melaju. Subuh tiba di Malang, Umbu turun sebelum Tugu masuk pusat kota Malang. Jalan kaki masuk ke wilayah timur. Melintasi Jl Diponegoro, di situ rumah sang kekasih. Berjalan cepat, menundukan wajah, tidak sesekonpun berani menoleh ke rumah si gadis pujaan. Kemudian berputar balik ke jalan besar, mencegat bis menuju Surabaya, terus ke Yogya. Sorenya sudah datang lagi ke tempat kost saya: duduk, ah-uh-ah-uh, mengambil batang demi batang rokok dari sakunya dengan jepitan dua jari-jarinya. Tak ada kata tak ada huruf hingga pagi. 

“Kehidupan Puisi” 

Beberapa tahun kemudian Umbu pindah tinggal di Bali. Demikian juga si kekasih rohaninya, diperistri oleh seorang tokoh di Bali, kelak Tuhan memanggilnya ketika bermain surfing di pantai, sebagaimana Umbu sepanjang hidupnya “surfing” di atas gelombang demi gelombang, tanpa pernah mungkin bertempat tinggal di atas gemuruh lautan. 

Siapapun pasti menyebut percintaan Umbu itu “platonik”, pengkhayal, hidup tidak di dunia nyata. Dunia yang gegap gempita ini memang tidak nyata bagi Umbu. Maka ia tidak pernah memburu wanita itu untuk disentuh dan diperistrikannya. Sampai hari ini Umbu mengayomi anak-anak muda belajar menulis puisi, tapi Umbu sendiri menjauhi eksistensi sebagai penyair. Di tahun 1973 puluhan puisinya akan dimuat oleh Majalah “Horizon” elite media sastra di era 1970an: Umbu diam-diam masuk ke percetakan di mana majalah itu dicetak, mencuri puisi-puisinya sendiri, dan menyembunyikannya sampai hari ini. Umbu sangat curiga kepada kemasyhuran dan popularitas. 

Sejak 50 tahun silam meninggalkan harta kekayaan dan kekuasaannya sebagai “Pangeran” di Sumba. Di pinggiran Denpasar ia menempati rumah tepi hutan karena ia menghormati temannya yang membikinkan rumah itu. Umbu tiap saat berjalan kaki menjauh dari segala sesuatu yang semua orang di muka bumi mengejarnya. Ia menyebut seluruh keputusannya itu dengan idiom “kehidupan puisi”. Saya mengenalinya sebagai “zuhud”: berpuasa dari kemewahan dan gegap gempita dunia. Ia meninggalkan harta, kekuasaan, wanita, kemasyhuran dan menyimpan uang dalam bungkusan plastik dipendam di tanah. 

Saya bukan siapa-siapa di dunia, tetapi kapan ada yang tanya siapa Guru saya, baru nama Umbu yang pernah saya sebut. Puluhan tahun saya berkeliling berjumpa dengan jutaan orang. Rata-rata mereka adalah orang memperlakukan saya sebagai keranjang sampah untuk mengeluhkan dunia, membuang kesedihan dan frustrasi, menumpahkan kebingungan dan rasa tertekan oleh keadaan-keadaan dunia yang menindas mereka. Kecuali Umbu: ia bahagia dan khusyu dalam kesunyian dan “ketiadaan”nya. 

Di mana-mana sajapun orang riuh rendah mengejar dunia, tetapi di mana-manapun saja orang ribut curhat tentang dunia. Ke manapun saya pergi, ke delapan penjuru angin, dari bawah sampai atas, pada segmen dan level sosial yang manapun, yang terutama saya dengar dan disampaikan kepada saya adalah keluhan-keluhan tentang dunia: kemiskinan, kesulitan mencari nafkah, susahnya dapat kerjaan, seretnya usaha. 

Terkadang saya balik tanya, dengan terminologi Agama: “Lha kamu hidup ini mencari dunia atau akhirat?”. Kalau ia menjawab “mencari dunia”, saya tuding “salahmu sendiri dunia kok dijadikan tujuan”. Kalau jawabannya “mencari akhirat”, saya katakan “kalau kamu mencari akhirat kenapa mengeluhkan dunia”. Kan sudah jelas sejak dahulu kala bahwa “urip ming mampir ngombe”, hidup hanya mampir minum. Namanya juga mampir, singgah sejenak, bukan bertempat tinggal. Sudah jelas dunia hanya tempat persinggahan sementara di tengah perjalanan, kok disangka kampung halaman. 

Sayangnya Tuhan menyatakan – dan mungkin memang sengaja menskenario demikian — “kebanyakan manusia tidak mau berpikir”, atau minimal “banyak di antara manusia yang tidak menggunakan akal”. Karena kemalasan mengolah logika dan sistem ratio, orang menyangka “dunia” dan “akhirat” itu dua hal yang berpolarisasi, berjarak dan bahkan bertentangan. Orang ketakutan menyikapi dunia kritis karena mengira kalau mencari akhirat maka tak mendapatkan dunia. Orang mengira kalau tidak habis-habisan kejar uang maka ia tidak memperoleh uang. 

Mengejar uang adalah pekerjaan dunia, pekerjaan paling rendah. Bekerja keras adalah pekerjaan akhirat, di mana dunia adalah salah satu tahap persinggahannya untuk diolah. Orang yang fokusnya bekerja keras memperoleh lebih banyak uang dibanding orang yang fokusnya adalah mengejar uang. Orang yang yang mencari dunia, mungkin mendapatkan dunia, mungkin tidak. Orang yang mengerjakan akhirat, ia pasti dapat akhirat dan pasti memperoleh dunia. 

Begitu kumuh dan joroknya situasi ummat manusia berebut dunia. Dan begitu indah dan bercahayanya “kehidupan puisi” Umbu. Suatu hari saya mohon izin untuk membuktikan bahwa keindahan sesungguhnya adalah puncak kebenaran dan kebaikan. Peradaban manusia sampai hari ini menjalankan salah sangka yang luar biasa terhadap keindahan. 

Rabu, 22 Mei 2013

I Won't Give Up Jason Mraz



















When I look into your eyes,
Saat kutatap matamu
It's like watching the night sky
Seolah sedang kupandangi langit malam
or a beautiful sunrise,
Atau indahnya mentari terbit
There's so much they hold
Banyak arti dari dua hal itu
And just like them old stars,
Begitu pula bintang-bintang di atas sana
I see that you've come so far,
Kulihat tlah kau tempuh perjalanan panjang
to be right where you are,
Tuk sampai di tempatmu kini 
How old is your soul?
Berapakah umur jiwamu?


CHORUS:
I won't give up on us,
Takkan kuberhenti berusaha
even if the skies get rough
Meskipun langit mulai menghitam
I'm giving you all my love
Kuberi kau seluruh cintaku
I'm still looking up
Aku masih tetap melangkah

And when you're needing your space
Dan saat kau ingin sendiri
to do some navigating
Untuk bertualang
I'll be here, patiently waiting,
Aku kan di sini, sabar menunggu
to see what you find.
Tuk melihat yang kau temukan

'Cause even the stars they burn,
Karena meskipun bintang terbakar
some even fall to the earth.
Bahkan ada yang jatuh ke bumi
We got a lot to learn.
Banyak yang kita pelajari
God knows we're worth it
Tuhan tahu kita layak menerimanya
No, I won't give up
Aku takkan menyerah

I don't want to be someone
Aku tak ingin menjadi seseorang
who walks away so easily
Yang pergi dengan mudahnya
I'm here to stay
Aku akan tinggal
and make the difference that I can make
Dan membuat perbedaan
Our differences, they do a lot to teach us,
Perbedaan kita, banyak yang mereka ajarkan pada kita
how to use the tools and gifts we got,
Cara manfaatkan alat dan anugerah yang kita punya
yeah, we got a lot at stake
Yeah, banyak yang kita pertaruhkan
and in the end you're still my friend.
Dan pada akhirnya kau kan tetap jadi temanku
At least we did intend for us to work.
Setidaknya kita berniat pertahankan hubungan kita
We didn't break, we didn't burn.
Kita tak patah arang, kita tak terbakar
We had to learn how to bend,
Kita harus belajar menunduk,
without the world, caving in.
Tanpa dunia ikut runtuh
I had to learn, what I've got
Aku harus belajar, apa yang kupunya
And what I'm not and who I am.
Dan yang tak kumiliki dan siapa diriku

CHORUS

I'm still looking up.
Aku tetap melangkah

Well, I won't give up on us.
Aku takkan berhenti berusaha
(No, I'm not giving up.)
(Aku takkan menyerah)
God knows I'm tough, he knows.
Tuhan tahu aku kuat, Dia tahu.
(I am tough, I am love.)
(Aku kuat, aku adalah cinta.)
We got a lot to learn.
Banyak yang kita pelajari
(We're life, we are love.)
(Kita adalah hidup, kita adalah cinta)
God knows we're worth it.
Tuhan tahu kita layak menerimanya
(And we're worth it.)
(Dan kita layak menerimanya)

Jumat, 17 Mei 2013

Bernasyid


Belajarlah dengan yang ada
Dari alam dan juga semesta
Belajarlah pasti semua
Ada baik ada hikmahnya

Gunung bertasbih, suarakan kekuasaanNya
 laut bertasbih, memuji kekuatanNya
Semua mahluk bertasbih
Tunduk dan taat padaNya….
Mengagungkan kebesaranNya

Letusan gunung Merapi
Sapuan ombak  sunami
Banjir dan gempa di bumi
 semua tasbihnya alam

mari kita sadari
berbenah diri  kuatkan iman di hati
mari kita sadari
Allah sang pengausa langit dan bumi…

24 Wajah Billy


Identitas Buku
Judul Buku                          : 24 Wajah billy
Penulis                               : Daniel Keyes
Penerbit                             : Qanita
Jenis Gangguan Psikologi       : Gangguan Kepribadian ganda

Ringkasan Kisah
Ketika membaca novel 24 wajah Biily, ada beberapa pertanyaan yang muncul dalam benak saya. "Bener gak ya kepribadian ganda itu bisa terjadi?" ; "kenapa itu muncul hanya di Negara barat?"; Dan mengapa arah dari kepribadian-kepribadian lain yang muncul itu mengarah kepada sesuatu yang sifatnya defense, atau bahkan perbuatan negative (seperti kriminal)? ; dan dari mana ia bisa mempelajari kepribadian-kepribadian yang lain dari dirinya???. 
24 wajah Billy karya Daniel Keys menceritakan tentang seorang yang bernama William Stanley Miligan, seorang tersangka dari  banyak kasus kriminal dalam sejarah Amerika pada akhir 1970-an yang dianggap tidak bersalah atas berbagai tindak kriminal dengan alasan tidak waras karena dia memiliki kepribadian majemuk.

Billy Maligan ditahan sebagai pelaku tindak pidana perampokan bersenjata, dan pemerkosaan di kampus Ohio State University. Berdasarkan kesaksian dari para korban akhirnya kepolisian setempat berhasil menangkap si pelakunya yang bernama Billy Milligan. Dalam proses penyiapan persidangan dari para pengacar yang ditugasi membela Billy, ditemukan bahwa Billy memiliki kepribadian majemuk dan beberapa dari kepribadian tersebut melakukan tindak kriminal tanpa diketahui oleh pribadi-pribadi lainnya.

Akhirnya Billy mendapatkan perawatan dari Dr. David Caul dan mendapati bahwa pribadi-pribadi dalam dirinya secara sukarela bersatu, pribadi-pribadi itu menemukan bahwa keahlian  yang mereka miliki sebagai  masing-masing individu kehilangan ketajamannya. Billy sering menyebut situasi ini dengan kalimat “gabungan semuanaya lebih sedikit daripada jumlah dari bagian-bagian yang ada”. Kemudian hal hal yang diajarkan oleh dokter David Caul kepada pribadi-pribadi Billy adalah untuk bisa mengkomunikasikan antar pribadi. Dr Caul berharap agar pribadi-pribadi yang ada pada Billy menyatu, dan berfungsi utuh, tak peduli jadi pribadi yang seperti apa, seorang ahli bisniskah, atau seorang ahli kriminal. Ke 24 kepribadian yang ada pada Billy yaitu:
1.      William Stanley Milligan (Billy), 26 tahun. Sosok pribadi asli. Tidak tamat Smu. Tinggi 180 cm, mata biru rambut coklat.
2.      Arthur. 22 tahun. Seorang yang rasional, tanpa emosi, berbicara dengna logat Inggris. Belajar sendiri ilmu fisika dan kimia, dan mempelajari ilmu kedokteran. Fasih membaca dan menulis arab. Berfikir Konserfatif dan menganganggap dirinya atheis.
3.      Ragen Vadascovinich, 23 tahun. Pengelola rasa benci. Berbicara bahasa Inggris denga logat Slavita yang jelas. Ahli senjata, seorang karateka. Pernah terlibat dengan penjahat dan pecandu obat.
4.      Allen, 18 tahun. Memiliki sifat manipulatif. Bisa memainkan drum, dan melukis.
5.      Tommy, ahli melepaskan diri dari segala macam kunci dan simpul ikatan, Sifatnya sering melakukan antisocial.
6.      Danny anak yang selalu ketakutan. Takut kepada orang lain, terutama kaum laki-laki.
7.      David, penanggung rasa nyeri. Amat peka denga intuisi.
8.      Christene. Anak yang menderita dyslexia senang meggambar dan mewarnai kupu-kupu.
9.      Christoper, abang Christine. Seorang penurut yang bermasalah.
10.  Adalama. Wanita lesbian
11.  Philip, penjahat yang brutal
12.  Kevin si perencana. Merencacnakan perapokan Toko obat Gray
13.  Walter, 22 tahun, Orang Australia. Menganggap dirinya sebagai pemburu binatang yang hebat.
14.  April, si perempuan beregsek. Berlogat Boston, Seseorang yang penuh gagasan terencana
15.  Samuel, 18 tahun Seorang Yahudi. Dialah satu-satu nya yang percaya kepada Tuhan
16.  Mark. Orang yang tidak memiliki inisiatif. Tidak berbuat apa-apa sebelum disuruh orang lain. Sering melakukan tugas berat yang monoton.
17.  Steve, 21 tahun. Si peniru gelagat-gelagat orang. Sambil meniru gerakan rang lain, dia menertawakan mereka.
18.  Lee, seorang Pelawak
19.  Jason orang yang sering melakukan tekanan untuk dirinya
20.  Robert, si pemimpi, seseorang yang terus menerus berhayal tentang bepergian dan bertualang
21.  Shawn. Seorang yang tuna rungu
22.  Martin, 19 tahun, seseorang yang suka pamer kemewahan
23.  Timothy, 15 tahun, seorang yang sering ketakutan
24.  Sang Guru, ingatan keseluruhan mucnul pada diri Billy ini. Seorang yang amat cerdas, peka dan punya rasa Humor. Dia yang menegerti keseluruhan dirinya.

Billy menerima kenyataan bahwa dirinya memang multi kepribadian. Tapi, Billy memutuskan untuk membuat kisah hidupnya menjadi sebuah buku agar menjadi sebuah pelajaran berharga bagi beberapa orang tua yang bertindak jahat pada anak-anak mereka. Daniel Keyes sebagai penulis ditunjuk sebagai orang yang nantinya memaparkan bagaimana kisah hidup Billy Milligan dan beberapa orang yang ada dalam kehidupannya. Namun, bagaimana dia akan memulai jika tokoh dalam diri Billy hanya menyampaikan serpihan-serpihan ingatan yang mereka miliki (http://nasional.kompas.com/read/2010/06/21/02153880/Mengulas.24.Wajah.Billy)

Dalam catatan akhirnya, Dr Daniel Keyes menuliskan bahwa subjek yang yang telah didagnosis berkepribadian majemuk terdapat perbedaan mencolok antara pribadi inti dan pribadi alter, serta satu pribadi dengan prbadi lainnya. Dalam perubahan gelombang otak subjek diketahui subjek memiliki ketidakseimbangan gelombang theta dan Delta pada belah otak kanan belakang. Dr Putnam mengatakan sebagai salah seorang yang membahas tentang berkepribadian majemuk mengatakan “Studi tentang kepribadian majemuk menawarkan kepada kita semua sesuatu yang terkait dengan kendali fikiran dan tubuh. Sesungguhnya para penderita kepribadian majemuk bisa saja merupakan satu dari sekian banyak eksperimen alamiah, yang lebih banyak hal kepada kita tentang diri kita sendiri.

Hikmah yang bisa dipelajari
Megetahui akan diri sendiri itu adalah sebuah kekuatan untuk bisa mengoptimalkan seluruh kemampuan dalam kehidupan. Tetapi dalam prosesnya, untuk mengetahui siap diri itu secara utuh tidaklah selalu mudah. Adakalanya kita harus bersinggungan  dengan orang lain, banyak berinstrospeksi, melihat orang lain/bercermin dengan kehidupan lain dan mengoptimalkan kemampuan.

Kisah Billy yang saya baca (walau hanya beberapa bagian) memberi pemaham itu. Bahwa sesungguhnya dalam diri kita itu terdapat beberapa pribadi yang berbeda. Kita tidak selalu bisa mengenali secara utuh siapa diri kita. Kemudian bentuk pendidikan yang kita terima waktu kecil sampai sekarang,  lingkungan, keluarga tempat kita tumbuh, langsung ataupun tidak memberikan andil dalam pribadi kita Karena itu untuk menjadikan sehat, maka pendidikan kita harus sehat (belajar yang benar, mempelajari yang benar) lingkungan dan kelurga kita harus memberikan contoh dan perilaku yang sehat (keamanan, kasih sayang, perhatian, dan lain-lain).

Selain itu, setiap perilaku yang mendasari seseorang itu memiliki sebab tertentu. Billy yang mengeleuarkann ke 24 keperibadian yang berbeda, mungkin dipicu oleh ketidakpuasan akan dirinya terhadap dirinya sendiri, atau respon sosial di sekelilingnya. Jadilah ia berubah-ubah menampakan kepribadian yang berbeda. Karena itu tidak selalu perbuatan yang kita anggap jahat (baca: kriminal) itu karena pelaku adalah orang jahat. Kita harus bisa memahami sesuatu secara konteksnya. Sebagaimana ketika jaman Khalifah abu Bakar, yang tidak memotong tangan (dalam hukum islam orang yang mencuri harus dipotong tangan) orang yang mencuri karena pencuri itu tidak memiliki harta dan kelaparan.

Sesekali kita juga harus bisa  berkatarsis, jangan memendam semua permasalahan fikiran dan perasaan ke alam bawah sadar (represi), karena ia akan menumpuk dan membuat sakit kita sendiri. Ketika kita berbagi, sebagai mana yang dilakukan Billy kepada penulis novel 24 wajah Billy ini,  yang Billy ini bersedia menceritakan seluruh kejadian dalam hidupnya, menujukan kebutuhan akan rasa berbagi, dan bisa menimbulkan kesadaran pribadi atas semua permasalahan dan jalan keluarnya bisa di dapat. Hal ini bisa menolong keadaan Billy selanjutnya. Berbagi akan memberikan keuatan tersendiri untuk kita bisa melepas dan meredakan permaslahan dalam hidup kita.

Jumat, 10 Mei 2013

Mulia karena Memuliakan


Allah...
Katanya manusia itu makhluk paling mulia
Dimana mulianya ya Allah?
Aku merasakan nafsuku ini melahirkan perzinahan
Bahkan keinginanku selalu berlebih dari apa yang ku miliki
Bahkan amarahku melahirkan kebencian

Aku bertnya kepadaMu Ya Allah
Dan aku mendapatkan jawaban itu..

Aku ini Allah
Kamu tidak perlu mulikan Aku
Aku ini sudah mulia..

Lalu apa yang harus ku lakukan ya Allah?

Dengar dulu..
Kamu mati, Aku tetap Mulia
Bahkan nabi mu yang kau puja, yang kau teladani mati
Aku bertambah mulia

Ya,, Ya Allah, aku ingin seperti dia, bagaimana caranya?

Aku ini maha mulia
Aku tidak butuh kemulian manusia
Aneh orang-orang itu memuliakan Aku
Kamulah yang butuh kemulian Aku
Jadi kalau kau ingin kemulian Aku
Kau muliakanlah hamba-hambaKu
Orang-orang yang tidak bersekolah, kau berikan pendidikan
Mereka yang tidak berpakaian, kau berikan busana yang indah
Yang yatim piatu, jadilah engkau pemberi kasih sayang
Maka apabila semua itu kau jalani, kau akah Ku berikan kemuliaan
Di situlah letaknya kenapa kau Kuberikan nama ciptaan Ku yang paling mulia
Karena engkau adalah orang yang bisa memuliakan orang lain

(Rasul bersabda) Ummati ummati ummati
Bukan famili famili famili 

(DIK DOANG)



Rabu, 08 Mei 2013

Catet !



Bandung 8 Mei 2013, 16.48
Hidup itu masalah, karena setiap orang yang  mengalami kehidupan pasti selalu merasakan masalah. Masalah bagi setiap orang memang berbeda, karna masalah itu lebih banyak dihadirkan oleh persepsi-persepsi dalam fikiran seseorang, bukan dari orang lain; seperti misalnya seorang mahasiswa yang harus mengumpulkan tugas, tetapi tugas nya belum dikerjakan sedikitpun, karena ia harus bekerja, materinya hilang kena virus, lampu mati, laptop ngeheng, flashdisk yang nyimpen data-datanya juga ilang, kepala pusing dan lain sebagainya. Jika pemuda itu menganggap hal tersebut adalah masalah, maka itu adalah masalah. Tetapi kalo mahasiswa itu menganggap bahwa ia akan tetap bekerja, nyari lagi materinya, nunggu lampu mati sambil membaca-baca buku, dan berfikir positif, pasti ia kan menganggap bahwa kejadian-kejadian itu buka masalah, malah mungkin ia berfikir bahwa ini adalah tantangan. Jadi masalah mahasiswa tadi bukan karena ia harus bekerja, atau laptopnya ngehang kena virus atau lampun mati dan sebaginya, masalah nya adalah karena mahasiswa itu membuat hal itu masalah difikirannya. Walaupun demikian, tetap saja setiap orang pasti punya masalah.

Pelajaran berharga dalam menghadapi setiap permasalah saya dapatkan dari kisah perjalan hidup dosen saya kemaren ini, profesor yang menurut saya tidak kelihatan sepuh (karena biasanya profesor itu selalu didentikan dengan orang yang sudah tua, beruban, dan berkacamata);  profesor yang menjadi dosen pengampu dalam dua mata kuliah yang saya ambil di SPS UPI Bandung. Dosen pertama, menceritakan bagaimana rentetan kejadian-kejadian yang tidak direncanakan dalam hidupnya itu hadir dan berbuah manis dalam kehidupannnya, akibat dari “ketaatannya kepada ke dua orang tuanya”. Diantara 11 orang saudaranya (profesor ini merupakan 12 orang beraudara), ia adalah orang yang selalu taat dan patuh kepada kedua orang tuanya, disuruh memijat orang tuanya mau, disuruh ini disuruh itu mau, penurut deh pokoknya. Kemudian,  ketika ia harus meninggalkan tempat tinggal dan memasuki universitas, ia mengisahkan ternyata banyak orang yang sayang kepadanya, sehingga ia mendapat tempat tinggal dengan Cuma-Cuma, alias gratisan, hal ini menurut pendapatnya adalah karena doa orang tua, ia juga memperoleh beasiswa secara penuh dari mulai strata satu sampai doktoralnya.

Kemudian, dosen kedua memberikan suatu pesan singkat tapi sangat dalam. Ia berkata bahwa  “saya hidup dengan keyakinan”. Jika menghadapi segala seuatu ia selelau menyerahkan diri kepada Allah, meminta pertolongan kepadaNya, dan selalalu menyertkan Allah dalam setiap keputusannya. Menurut beliau, hidup akan jelimet jika kita bikin jelimet, karena itu yakinlah bahwa ada Allah yang selalu menyertai dan mengawasi kita.

Berbuat baik kepada diri sendiri, orang lain; dan selalu berprasangka baik kepada Allah bisa menjadi sebuah cara mengatasi setiap masalah yang kita hadapi. Berbuat baik kepada diri sendiri misalnya dengan tidak bermaksiat, menjaga lisan, menjaga pandangan, dan lain sebagainya. Berbuat kepada orang lain misalnya dengan taat kepada orang tua, membantu teman yang kesusahan, dan lain-lain. Karena setiap keridhoan orang tua itu adalah keridhoan Allah; dan setiap apa yang kita lakukan untuk orang lain, maka itu pasti akan kembali kepada kita. So, Mari berbuat baik, berprasangka baik, kepada Allah, karena Allah.  

Hasbunallah wanikmal wakil.

Minggu, 05 Mei 2013

Fenomena Sholat yang Disiakan (Yusuf Mansur Network)


Az Zuhri berkata, Saya datang kepada Anas bin Malik di Damaskus, kebetulan ia sedang menangis. Lalu saya bertanya, Mengapa engkau menangis? Ia menjawab, Saya tidak tahu lagi amal yang kudapati di masa Nabi yang masih diindahkan (dipedulikan) orang sekarang, selain shalat itu pun sudah disia-siakan orang. Anas bin Malik sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam yang terakhir kali wafat di usia yang panjang (99 tahun) sehingga mengetahui kondisi zaman setelah sekian lama Rasulullah wafat ada orang-orang yang menyia-nyiakan shalat.

Fenomena zaman sekarang yang begitu banyak orang yang tidak hanya dari kalangan muda tapi juga yang tua di negeri-negeri Muslim yang menyia-nyiakan shalat sesuai dengan informasi yang disampaikan ayat berikut ini. 

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. (QS: Maryam :59) 

Abu Said Al-Khudri meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: Akan datang suatu generasi sesudah enam puluh tahun, mereka melalaikan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, maka orang-orang ini akan menemui kecelakaan dan kerugian. Kemudian datang lagi suatu generasi, mereka membaca al-Quran tetapi hanya di kerongkongan (mulut) saja (tidak masuk ke hati) dan semua membaca al-Quran, orang mukmin, orang munafik dan orang-orang jahat dan fasik (tidak dapat lagi dibedakan mana orang mukmin sejati dan mana orang yang berpura-pura beriman) (HR:Ahmad, Ibnu Hibban dan Hakim) 

Dalam sebuah hadits lain, Rasulullah bersabda,� Abu Umamah al Bahiliy bahwa Rasulullah bersabda;� Ikatan-ikatan Islam akan lepas satu demi satu. Apabila lepas satu ikatan, akan diikuti oleh lepasnya ikatan berikutnya. Ikatan Islam yang pertama kali lepas adalah pemerintahan dan yang terakhir adalah shalat. (HR: Ahmad) 

Semoga di akhirat kelak, diri, keluarga, kerabat dan generasi penerus kita tidak dikumpulkan bersama Fir'aun dan Haman. Untuk itu selama nyawa masih dikandung badan ajak diri sendiri dan mereka untuk tidak mengabaikan shalat. 

Allah telah mewajibkan shalat lima waktu kepada hamba-Nya. Sabda Nabi, Barangsiapa menunaikan shalat pada waktunya, maka di Hari Kiamat shalat itu akan menjadi cahaya dan bukti baginya. Dan barang siapa mengabaikannya, maka ia akan dikumpulkan bersama Firaun dan Haman. (HR: Ibnu Hibban dan Ahmad). 

Sumber 

Be different



Jangan lakukan sesuatu yang menimbulkan kebosanan di akhirnya; lakukan apa yang bisa membuat kita bahagia di saat-saat akhir..

aku hampir berfikir bahwa sekolah tinggi itu sekedar hanya gengsi

aku juga sempet berfikir bahwa sekolah tinggi itu agar ada selembar ijazah yang membantu melincinkan pekerjaan
Tapi sekarang aku berfikir
jika aku hanya mengejar itu, apa bedanya aku dengan mereka yang gak sekolah?
bermain gengsi, mencari bayak materi, hampir setiap orang bisa mendapatkannya
"be different is better than better"

aku sekolah bukan sekedar untuk gengsi atau selelmbar ijazah
tapi lebih dari itu
aku sekolah itu untuk menghaluskan budi
menata fikir, dan melatih keterampilan
membenarkan akhlak
memahami kehidupan
mensyukuri keadaan
membekali diri kehidupan selanjutnya
dan "aku Semakin dekat dengan Allah"


aku sekolah itu
agar aku bermanfaat
agar aku menjadi ada
agar aku bahagia
karena di sekolah aku belajar, dan dari belajar aku bahagia
belajar itu kebahagian
dan "aku Semakin dekat dengan Allah"


hal ini yang jarang dimiliki oleh mereka yang tidak bersekolah

perbaharui niat sekarang
maksimalkan usaha dan doa
semoga Allah selalu memberkahi setiap sisa-sisa usiaku
semoga apa yang aku lakukan membuat "Semakin dekat dengan Allah"
Hasbunallah wanikmal wakil