Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

GRADUATION

31 Maret 2012.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Lebaran 1434 H

sabisa-bisa kudu bisa pasti bisa

Kunjungan

Sahabat-sahabat dari Yogyakarta.

Kegiatan

Lomba Penegak Pramuka.

Senin, 21 Oktober 2013

Kekuatan Berfikir Negatif



Kebijaksanaan konvensional mengatakan bahwa jika kita ingin mencapai tujuan maka kita harus berpikir positif. Meski pun strategi ini terdengar menarik, ternyata mereka sering menjadi bumerang. Banyak dari kita lebih berhasil ketika kita fokus pada alasan bahwa kita cenderung gagal.

Dalam serangkaian studi, psikolog Julie Norem dan Nancy Cantor membagi gaya berfikir menjadi “optimis strategis” dan “pesimis defensif”. Seorang optimis strategis selalu  membayangkan hasil yang terbaik dan kemudian bersemangat mewujudkannya. Sedangkan seorang pesimis defensif, bahkan jika ia memiliki pengalaman sukses di masa lalu, Ia tahu kali ini bisa saja berbeda. Orang pesimis defensif ini mulai membayangkan semua hal yang bisa salah. 

Kebanyakan orang berasumsi bahwa bersikap optimis strategis mengungguli pesimis defensif, karena mereka mendapatkan keuntungan dari keyakinan dan harapan yang tinggi. Norem dan Cantor menemukan bahwa orang pesimis defensif mungkin terlihat lebih cemas dalam menetapkan harapan yang lebih rendah untuk dirinya sendiri. Namun mereka tidak melakukan hal yang lebih buruk.

"Pada awalnya, saya bertanya bagaimana mungkin orang-orang dapat melakukan sesuatu dengan baik  mereka dengan pesimisme, " tulis Norem dalam The Power of Positive Thinking Negatif. " Tak lama kemudian , saya mulai menyadari bahwa mereka melakukannya dengan baik karena pesimisme mereka ... berpikir negatif mengubah kecemasan ke dalam tindakan." Dengan membayangkan skenario terburuk, pesimis defensif memotivasi diri untuk mempersiapkan lebih banyak dan berusaha lebih keras.

Jika Anda seorang pesimis defensif, maka strategi-strategi di bawah ini bisa anda jalankan:

  1. Jangan terlalu senang Saat Bekerja. Meskipun bukti-bukti menunjukkan bahwa kesenangan sering membuat kita lebih sukses, lebih bisa meningkatkan energi dan kreativitas, tetapi hal itu bisa menjadi bumerang bagi pesimis defensif. " mood positif mengganggu kinerja pesimis defensif. " Ketika mereka berada dalam suasana hati yang baik, mereka menjadi puas, mereka tidak lagi memiliki kecemasan yang biasanya memobilisasi usaha mereka.
  2. Berikan dorongan penghambat. Bagi para pesimis defensif, kata-kata penyemangat hanya akan menghasilkan penurunan kinerja. Dorongan penyemangat bisa memadamkan kecemasan dan mengganggu upaya mereka menetapkan harapan yang rendah, sehingga tidak ada lagi dorongan aktif usaha mereka.
  3. Jangan Khawatir menjadi orang malang. Merasa khawatir membantu pesimis difensif menghasilkan kecemasan yang diperlukan untuk memotivasi diri.
  4. Simpan Fantasi keberhasilan Anda. Studi menunjukkan bahwa fantasi positif menghambat prestasi. Psikolog Martin Seligman mengungkapkan bahwa ketika ada sesuatu yang salah, orang pesimis melihat kejadian negatif bagian dari  pribadi (aku seorang pembicara publik yang mengerikan), permanen (aku tidak akan menjadi lebih baik), dan menyebar luas (aku akan kehilangan rasa hormat dari rekan-rekan saya dan pasangan saya). Kita perlu pesimis untuk mengantisipasi yang terburuk dan mempersiapkan diri untuk semua itu. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang tidak pernah khawatir memiliki kinerja yang lebih rendah daripada mereka yang khawatir dari waktu ke waktu. Studi lain juga menunjukkan bahwa ketika seorang pengusaha sangat optimis, usaha baru mereka berpenghasilan kurang dan tumbuh lebih lambat, pun begitu ketika seorang CEO sangat optimis, mereka sering  mengambil utang yang sangat  berisiko.

Pada akhirnya, gaya berfikir positif atau negatif sebenarnya bisa saja merugikan, dimana Pesimisme bisa menjadi fatalistik, dan optimisme menjadi beracun. Jalan keluar yang lebih baik adalah adalah menemukan rentang yang lebih moderat yang menggabungkan manfaat dari kedua pendekatan tersebut. Pemilihan strategi berfikir yang sesuai merupakan pilihan terbaik, misalnya Jika Anda seorang pesimis defensif, ketika mempersiapkan untuk kinerja terbaik Anda, maka  Anda mungkin harus membuat daftar kelemahan Anda, bukan kekuatan Anda, dan minum segelas kecemasan daripada suntikan kepercayaan diri.

Sumber: http://www.huffingtonpost.com/adam-grant/the-positive-power-of-neg_b_4107096.html, Akses: 21/10/2013

Minggu, 20 Oktober 2013

Seni itu Hiburan



Siang ini saya pergi ke kondangan salah satu teman waktu Aliyah dulu di daerah Ciamis. Saya datang setelah akad selesai, pas dimana acaranya giliran bersalaman dan mengambil hidangan. Saya mengisi dulu daftar tamu, kemudian saya langsung menuju ke tempat pengantin, yang di sana juga teman-teman lain sudah antri, kemudian saya ikut antri, bersalaman dengan penganten sambil mendoakan keduanya, dan setelah itu  mengambil jamuan makan. Selepas mengambil jamuan yang tekah dihidangkan, saya duduk di bangku yang telah disediakan sambil makan, sambil menonton hiburan dangdut yang memang diset oleh panitia untuk menghibur tamu undangan yang datang.

Seni dalam acara pernikahan sepertinya tidak bisa dipisahkan, baik seni tradisional seperti “lengser” dalam adat sunda, atau seni moderen seperti dangdutan yang saya saksikan tadi siang ini. Lengser atau dangdutan merupakan seni yang pada inti sebenarnya adalah alat hiburan. Seni itu hiburan yang bisa membuat seseorang bahagia. Pernikahan itu merupakan kebahagian, jadi pantas kalo isi yang disajikan  dalam acara pernikahan itupun seni yang membuat orang bahagia.

Tapi, saya merasa agak risih, ketika dalam seni dangdutan tadi ada “saweran”nya, yang dilakukan oleh penonton untuk biduannya, karena mau minta lagu sambil goyang bareng di depan;  atau mungkin yang lebih jauh lagi (di tempat nikahan tadi tidak) ada semacam eksploitasi pamer tubuh si biduan yang meliuk-liuk seperti cacing kepanasan, dan disoraki sambil disiuli prikitiwww atau apa. Memang seni itu adalah hiburan dan cara untuk membuat orang senang dan bahagia. Apakah  dengan meliuk-liuk dan bergoyang bareng penonton senang? Sepertinya senang...  Apakah semua penoton senang dan bahagia? Bisa saja tidak, karena memang sifat  hiburan yang membahagiakan itu tergantung dari pemaknaan jiwa para penikmatnya.

Budayawan Emha Ainun Nadjib dalam bukunya Indonesia bagian dari desa saya (2013) menuliskan  bahwa Hiburan merupakan manifestasi hasrat pemenuhan pengalaman kejiwaan yang paling didambakan manusia. Hiburan yang paling prima adalah rasa bahagia. Hiburan yang minimal ialah hiburan picisan  yang sekedar kamuflase,  belaian-belaian semu. Oleh sebab itulah, dunia hiburan saat ini lebih banyak menjual kesemuan, dan bayangan-bayangan yang menina bobokan masyarakat; yang bersifat konsumtif daripada kreatif; karena dipandang lebih mudah dan memberi keuntungan yang lebih besar. Padahal, hiburan itu juga memerlukan kreativitas. Bagi Emha, kreativitas itu sendiri sebenarnya mengajak dan mengantar manusia ke realitas yang tak semu, membuat orang berbahagia.

Masyarakat perlu memilih hiburan dan diberi hiburan yang tidak hanya  membuat senang tapi juga bahagia, yang berupa kepuasan dan ketentraman batin, sehingga tidak melupakan hakikat dirinya sebagai buah karya terbaik yang diciptakan oleh sang pencipta, yang memiliki tugas menjaga keharmonisan kehidupan. Seni hiburan harus bisa mengajak seseorang semakin ingat akan kemaha kuasaan sang pemiliki kehidupan. Oleh sebab itu, seni harus dibuat dan disesuaikan dengan keinginan Tuhannya para malaikat, Tuhannya manusia.

Para penikmat seni perlu diasah keadaan jiwa dan kreatifitasnya, dikuatkan General Educationnya, sehingga ketika dihadapkan dengan Seni, seseorang bisa memaknai dari setiap sajian seni dan mengambil manfaat besar dari seni bagi kehidupannya. Allah itu maha indah, sang pembuat model terindah, dan menyukai keindahan. 

Allahu’alam
Hasbunallah wanikmal wakil

Jumat, 18 Oktober 2013

Membangun Sistem Kesadaran Pribadi



Polisi tidur itu semacam sistem yang dibuat dari pengalaman seringnya terjadi kecelakaan. Sistem pada keadaaan tertentu bisa berarti manusia tidak bisa mengatur dirinya sendiri. Sistem pada diri manusia juga harus ada yang mengatur kebebasan dan kehendaknya, yang dibangun dari kesadaran pribadi untuk kebaikan bersama. Semacam polisi tidur yang membangunkan kesadaran, sistem ini harus dibentuk secara sadar dan terencana, melalui proses pendidikan.

Beberapa hari yang lalu, Di sebuah rumah sakit, ada keluarga yang berkunjung melihat saudaranya yang sakit. Keluarga itu membawa anaknya yang masih kecil. Si anak kecil itu tidak bisa diam, ia berlari-lari ke sana kemari. Sang ibu kemudian menggendong dan bilang "Awas jangan nakal (lari-lari), nanti tak kasih dokter lhoo".. pada tempat dan kesempatan lain si ibu bilang "Awas nak jangan main jauh-jauh nanti ada (pen)culik". Kenapa tidak boleh nakal karena dokter? kenapa tidak boleh bermain jauh karena (pen)culik? tidak adakah alasan lain yang ada pada diri anak itu sendiri sehingga ia memahami larangan itu?

Cak Nun, dalam bukunya Indonesia bagian dari desa saya mengungkapkan [hal:136] Anak yang tidak dibiasakan berdisiplin kepada dirinya sendiri, taat atas dasar kesadarannya, maka ketika dewasa ia hanya akan takut dengan sangsi hukum, yang tumbuh dari aturan sosial, yang jika hukum itu pun tidak berjalan sesuai keharusannya, anak pun tidak siap dengan hukum yang dimilikinya sendiri. "jangan maling" nanti dikeroyok penduduk. "Jangan korupsi" nanti dibui. "Jangan ngebut ada Polisi tidur"...
Sudah saatnya kita belajar untuk membangun sistem kesadaran pribadi, kesadaran yang tumbuh dari pemahaman bahwa status kita adalah makhluk yang harus senantiasa menjaga keseimbangan alam semesta ini. Tanggung jawab kita bukanlah hanya pada sesama manusia saja, tetapi juga tanggung jawab kita pada sang pencipta, hidup kita bukan haya di dunia saja, akan ada kehidupan sebenarnya kelak ketika kita tidak lagi ada di dunia ini.

Hasbunallah wanikmal wakil

Kamis, 10 Oktober 2013

Quote from Gus Mus


  1. Kebenaran kita berkemungkinan salah, kesalahan orang lain berkemungkinan benar. Hanya kebenaran Tuhan yang benar-benar benar.
  2. Jangan banyak mencari banyak, carilah berkah. Banyak bisa didapat dengan hanya meminta. Tapi memberi akan mendatangkan berkah.
  3. Tidak ada alasan untuk tak bersedekah kepada sesama. Karena sedekah tidak harus berupa harta. Bisa berupa ilmu, tenaga, bahkan senyum.
  4. Apa yang kita makan, habis. Apa yang kita simpan, belum tentu kita nikmat. Apa yang kita infakkan justru menjadi rizki yang paling kita perlukan kelak.
  5. Abadikan kebaikanmu dengan melupakannya.
  6. Tawakkal mengiringi upaya. Doa menyertai usaha.
  7. “Berkata baik atau diam” adalah pesan Nabi yang sederhana tapi sungguh penting dan berguna untuk diamalkan dan disosialisasikan.
  8. Janganlah setan terang-terangan engkau laknati dan diam-diam engkau ikuti.
  9. Mau mencari aib orang? Mulailah dari dirimu!
  10.  Hati yang bersih dan pikiran yang jernih adalah sesuatu anugerah yang sungguh istimewa. Berbahagialah mereka yang mendapatkannya.
  11. Meski sudah tahu bahwa memakai kaca mata hitam pekat membuat dunia terlihat gelap, tetap saja banyak yang tak mau melepaskannya.
  12. Awalilah usahamu dengan menyebut nama Tuhanmu dan sempurnakanlah dengan berdoa kepadaNya.
  13. Wajah terindahmu ialah saat engkau tersenyum. Dan senyum terindahmu ialah yang terpantul dari hatimu yang damai dan tulus.
  14. Ada pertanyaan yang ‘tidak bertanya’; maka ada jawaban yang ‘tidak menjawab’. Begitu.
  15. Sambutlah pagi dengan menyalami mentari, menyapa burung-burung, menyenyumi bunga-bunga, atau mendoakan kekasih. Jangan awali harimu dengan melaknati langit!
  16. Kalau Anda boleh meyakini pendapatmu, mengapa orang lain tidak boleh?

Selasa, 08 Oktober 2013

Emha Berbicara tentang Orang tua dan Anak

 Penting bagi kita untuk "Mengetahui dimana letak "Kebahagiaan" sehingga kita tidak berjalan kemana-mana selain tempat  yang hendak kita tuju."

 Dalam sub tema buku "Indonesia bagian dari Desa Saya", Emha Ainun Nadjib menuliskan judul  "Anak Polah Bapak Kepradah, Bapak Polah Anak Kepradah" (hal: 67), ada bagian dari tulisannya menuturkan:

Jika menggugu kata-katamu,betapa semu 
sedang perilakumu yang rancu
Tak mungkin ku tiru
Maaf Bapak, ingin aku mengubur Engkau
yang makin dipikul dhuwur
makin ngawur
Dari bacaan itu, yang isinya berupa puisi yang berbahasa campur Jawa-Indonesia, yang kemudian dijelaskan dengan beberapa paragraf yang merangkum maksud puisi dengan penuturan filosofis, Saya mengambil kesimpulan dari tulisan tersebut  bahwa: "Jika tak ada teladan, apa yang bisa diteladani?". Banyak dari  kita yang mengiginkan anak-anaknya menjadi baik, dengan menjelaskan "petuah luhur" yang terkadang tidak bisa lagi dimengerti. Aturan tidak lagi menjadi perhatian anak, karena kita sendiri tidak menunjukan bagaimana aturan itu harus dijalankan. Karena itu,  kita harus bekaca pada diri kita sendiri, sebelum mengajarkan orang lain, dan memperbaiki diri kita sendiri, sebelum memperbaiki orang lain.

Selain itu Emha menuturkan bahwa lingkungan masyakat kita secara keseluruhan belum mampu memberi peluang dan rangsangan untuk  bisa mengembangkan potensi anak secara prima (hal: 92), mengembangkan kemampuan dan kreativitas mereka. Masyarakat kita dewasa ini baru belajar, dan karena baru belajar, maka secara keseluruhan penyerapaan dan penerapannya tentang makna pendidikan masih kecil (hal: 93).

Mentalistas feodalistas masyarakat kita bagaimanapun mempengaruhi terjadinya perkembangan tersebut. Anak-anak kita yang sesungguhnya cerdas, masih belum  bisa tumbuh dan berkembang karena kita punya kecenderungan untuk terlalu mengatur, menentukan, lalu menyutradai anak-anak kita (hal :94)

Karana itu, penting bagi kita untuk menanyakan kembali sistem pendidikan kita, baik dari segi kurikulumnya, guru-gurunya, murid-muridnya, latar belakang masyarakatnya dan variabel-variabel lain yang menunjang keberhasilan pendidikan. Belajar mendidik, memberi rangsangan kreativitas, menyediakan kemerdekaan kepada anak-anak di rumah, di lapangan, di mesjid, di sekolah, adalah cara belajar yang baik yang mampu menyentuh garis batas kemerdekaan manusia agar mendekati ketepatan (hal: 95).

Pertanyaan besar nya adalah"
Siapakah sebenarnya Engkau anak-anakku? bagaimana aku harus memperlakukanmu? Siapakah sebenarnya kami ini? bagaimanakah sebenarnya kami orang tua ini? dan seberapa siapkah kami mendidik engkau anak-anakku?

Jumat, 04 Oktober 2013

Ranah Muara


Rabu, 02 Oktober 2013

I Am a Generalis

Seorang Generalis.. Tiba-tiba fikiran saya mengarah untuk menuliskan kalimat "Saya seorang Generalis". Seorang Generalis dalam fikiran saya ialah seseorang yang mampu mengintegrasikan seluruh pengetahuan dan pengalaman nya, yang bisa menemukan makna esensi dibalik setiap kejadian dan perilaku yang dipilihnya, dan menempatkan nilai-nilai baik dalam setiap perilaku keseharian, sehingga ia memiliki karakter yang baik.

Dewasa ini, banyak orang yang bersekolah bertujuan untuk mendapat pekerjaan yang layak. hal ini tidak lah salah, karena dewasa ini, banyak perusahaan yang membutuhkan para pekerja berpendidikan  (ijazah) dalam lowongan pekerjaannya. Sekolah dan Universitas yang memang diseting untuk menghasilkan lulusan-lulusan yang siap kerja semakin banyak diminati. Dan ini juga  tidaklah salah, karena setiap orang menginginkan kehidupan yang baik, dengan salah satu indikatornya adalah mendapat pekerjaan yang prestisius dengan gaji yang  baik. Materi yang diajarkan pun semakin menjurus ke arah kerja apa, dan cara bekerjanya gimana. Kehidupa menjadi Vocational Oriented, sehingga ada hal yang dilupakan dari semua itu,  dasar keimanan yang mempertimbangan nilai, dan moralitas yang harus dimilki oleh setiap orang.

Setiap orang ingin bahagia. Tetapi terkadang sikap yang diambilnya menyalahi keinginan untuk bahagia. Beberapa penelitian menujukan bahwa keinginan seseorang untuk menjadi bahagia dapat membuat orang merasa kesepian (Mauss, I. B., Savino, N. S., Anderson, C. L., Weisbuch, M., Tamir, M., & Laudenslager, M. L. (2012)). Kesepian merupakan salah satu prediktor negatif paling kuat bagi kebahagiaan dan kesejahteraan. Dalam konteks Barat, orang cenderung untuk mendefinisikan kebahagiaan dengan hasil pribadi (Uchida dkk., 2004), yang akibatnya, menghargai kebahagiaan dapat mengakibatkan seseorang fokus terhadap dirinya sendiri, dan berpotensi merusak hubungan sosial. Ketika orang menempatkan nilai tinggi pada hasil, mereka mungkin menjadi lebih peduli dengan diri mereka sendiri dan kurang peduli dengan orang lain (Mauss, I. B., Savino, N. S., Anderson, C. L., Weisbuch, M., Tamir, M., & Laudenslager, M. L. (2012). The Pursuit of happiness can be lonely. Jurnal APA).

Penelitian di atas merupakan salah satu bukti bagaimana orang ingin bahagia, tetapi salah mengambil jalan kebahagiaan. Ketidak pedulian terhadap orang lain, keingian menang sendiri, menjatuhkan orang lain, dan sikap-sikap yang menunjukan kepentingan diri sendiri pada akhirnya hanya akan membuat keinginan bahagia berubah menjadi kecewa dan penyesalan. Pun demikian dengan Godaan-godaan lain seperti kekuasaan jika tidak ada dasar iman tentunya hanya akan membuat seseorang semakin tergelincir ke jurang kehinaan dan kehancuran.

Kekuasaan yang tidak didasari dengan identias moral yang baik dapat mengarahkan seseorang terhadap perilaku mementingkan diri sendiri, suatu perilaku di mana seseorang lebih mementingkan kepentingan dirinya sendiri dibandingkan kepentingan orang lain. Pengalaman psikologis dari kekuasaan dapat meningkatkan kesadaran moral di kalangan orang-orang dengan identitas moral yang kuat, namun menurunkan kesadaran moral di kalangan orang-orang dengan identitas moral yang lemah. Pada gilirannya, kesadaran moral individu mempengaruhi bagaimana mereka berperilaku dalam kaitannya dengan kepentingan pribadi mereka. (De Celles, K.A, Margolis, J.D, DeRue, D.S, Ceranic, T.L. 2012. Does Power corroupt or Enable? When and Why power facilitaties Self intersted Bahaviour. Jurnal of Applied Psychology APA Vol 97 No 3 hal 681-689 )

Jelas di sini bahwa kemampuan seorang generalis dibutuhkan, kemampuan untuk menemukan makna esensi yang paling esensi dari apa yang sedang dicari, pemeliharaan nilai-nilai baik serta moralitas,  kemampuan untuk mengembangkan dan mengintegrasikan setiap pengetahuan dan pengalaman, sehingga  menghasilkan orang-orang yang tidak hanya  terampil tangannya, tetapi juga menjadi orang-orang yang cerdas fikirannya, dan lembut hatinya,  sebagai wakil-wakil  Allah di bumi.

Wallahu'alam
Hasbunallah wanikmal wakil, nikmal maula wa nikmanasir