Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

GRADUATION

31 Maret 2012.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Lebaran 1434 H

sabisa-bisa kudu bisa pasti bisa

Kunjungan

Sahabat-sahabat dari Yogyakarta.

Kegiatan

Lomba Penegak Pramuka.

Minggu, 16 Februari 2014

Hati dan Kaitannya dengan Pengetahuan



Hati, sebagai tempat tumbuhnya pengetahuan, laksana sebuah cermin yang memantulkan sifat khusus segala sesuatu. Hal-hal yang bersifat spiritual adalah bentuk-bentuk yang direfleksikan di dalamnya, sedangkan akal adalah refleksi aktual di dalam cermin.

Meskipun hati manusia sendiri mampu mengetahui segala realitas, berbagai penghalang dapat merintanginya, antara lain: (1) Cermin mungkin belum selesai pembentukannya karena usia yang masih muda; (2) Ia mungkin tertutup oleh dosa-dosa; (3) Gangguan-gangguan duniawi dapat menjauhkannya dari Allah; (4) Ia mungkin ternoda oleh sikap membebek (taqlid) terhadap suatu dogma; (5) Kebodohan.

Ada tiga derajat pengetahuan: (1) kepercayaan orang-orang awam ('awamm), yang diperoleh melalui sikap membebek kepada orang-orang yang dianggap benar; (2) keyakinan para teolog (mutakallimun), yang mengandung unsur pembuktian; (3) keyakinan orang-orang suci (shiddiqun), yang, melalui "keyakinan" batin (musyahadah), merasakan pengalaman bersama Allah dari tangan pertama, dan yang pengetahuannya tidak diragukan lagi. Ketiga derajat ini dapat dianalogikan dengan didengarnya kabar mengenai adanya seseorang di dalam rumah. Kemudian, mendengar suaranya dan karena itu dapat disimpulkan bahwa orang itu memang ada, dan akhirnya bertemu langsung dengan orang itu.

Al Ghazali (Alih bahasa oleh Astuti, R). 2013. Metode Penaklukan Jiwa: Pengendalian Nafsu dalam Perpspektif Sufistik. Bandung: Mizan, hal: 313

Kamis, 13 Februari 2014

Belajar Memahamkan



Allah yang maha menggerakan, Allah yang maha mengatur
Tidak ada kebetulan, semuanya adalah AturanNya
Bertemu siapa, mendapatkan apa, merasakan apa adalah aturannya
Allah yang maha Mengatur, maha mengetahui yang terbaik bagi hambaNya.
Aku memohon petunjukMu, rahmatMu
Agar aku tetap lurus di jalanMu
Cukuplah Allah sebagai penolongku
Tuhan seluruh alam raya

maha suci Engkau serta maha Agung
 


Sepertinya Allah sedang menggiring saya untuk senantiasa fokus, teliti untuk membaca tanda-tanda kekuasaanNya. Sudah beberapa kali saya mengaji Al Quran dan yang pas dibaca itu adalah surat Ar Rum (Kalo Gak As Syuara, yang biasa terbuka)

Berikut terjemah dari Qs Ar Rum [30) ayat 17-37 yang beberapa kali ini selalu terbaca saat saya membaca Al Quran:

(17) Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh, (18)  dan bagi-Nya-lah segala puji di langit dan di bumi dan di waktu kamu berada pada petang hari dan di waktu kamu berada di waktu Zuhur. (19  Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi sesudah matinya. Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur).

(20)   Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. (21)  Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (22) Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (23)   Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan. (24)   Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya. (25)   Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur).

(26) Dan kepunyaan-Nya-lah siapa saja yang ada di langit dan di bumi. Semuanya hanya kepada-Nya tunduk. (27) Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. Dan bagi-Nya-lah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (28)   Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. Apakah ada diantara hamba-sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam (memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu; maka kamu sama dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rezeki itu, kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri? Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang berakal.

(29) Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun.

(30)   Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (31)   dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, (32)   yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.

(33)   Dan apabila manusia disentuh oleh suatu bahaya, mereka menyeru Tuhannya dengan kembali bertaubat kepada-Nya, kemudian apabila Tuhan merasakan kepada mereka barang sedikit rahmat daripada-Nya, tiba-tiba sebagian dari mereka mempersekutukan Tuhannya, (34)   sehingga mereka mengingkari akan rahmat yang telah Kami berikan kepada mereka. Maka bersenang-senanglah kamu sekalian, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu).

(35) Atau pernahkah Kami menurunkan kepada mereka keterangan, lalu keterangan itu menunjukkan (kebenaran) apa yang mereka selalu mempersekutukan dengan Tuhan? (36)   Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa suatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa. (37)   Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Sesungguhnya Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan (rezeki itu). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman.


Selasa, 11 Februari 2014

Memahami Gagasan Agama

Agama tidak dapat tumbuh subur  pada saat di mana kemajuan material membumbung tinggi. Karena, ketika itu manusia biasanya membebaskan diri dari ikatan-ikatan keruhanian, bahkan menciptakan Falsafah dan pandangan hidup yang dijadikan dalih  untuk menanggalkan tuntunan-tuntunan agama (Will Durant, dalamShihab, Q. 2008. Lentera Al Quran Kisah dan Hikmah Kehidupan. Bandung: Mizan, hal: 105)

Islam tidak melarang penganutnya untuk kaya, namun Islam sangat mengecam adanya perlombaan untuk menumpuk harta, berfoya-foya, dan mengabaikan orang miskin. Untuk itu Islam sangat menganjurkan untuk senantiasa hidup sederhana, dalam arti adil, yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya, dan juga fungsional yang berarti sesuatu itu memilki nilai guna, atau selalu digunakan. Orang yang berpenghasilan di atas sejuta dalam sehari, tentunya tidak disebut berlebihan bila ia memiliki telepon seluler canggih misalnya, yang ia biasa gunakan untuk keperluan bisnisnya, pun demikian ia juga tidak disebut berlebihan apalagi memiliki lebih dari satu telepon selulernya karena ia memiliki banyak relasinya. Dengan demikian, disebut berlebihan atau tidaknya sesuatu tergantung dari kegunaannya (kualitas) bukan banyaknya (kuantitas).

Kebaikan yang dilakukan pasti akan berbuah kebaikan pula. Namun bisa jadi karena berlebihan, maka sesuatu yang baik itu menjadi buruk. Misalnya makan, makan itu baik, dan bisa memberikan kebaikan berupa tenaga yang dibutuka manusia. Tetapi jika makan secara berlebihan, maka makan tersebut akan berubah menjadi buruk. Untuk itu dalam makan ini, maka kita tidak boleh bersikap berlebihan. Makanan yang memang lezat saat disantap tentunya akan lebih memberi rasa bahagia bila makanan itu pun dibagikan dengan orang lain. Saat kita memberi sesuatu, maka kita akan mendapat kebahagiaan, atau paling tidak memberi kebahagiaan kepada orang lain.

Kebahagiaan itu adalah bagian yang sangat diinginkan oleh setiap orang. tetapi bersediakah kita mengorbankan kesenangan misalnya untuk mendapat kebahagiaan yang lebih? bersediakah kita menangguhkan hak pribadi untuk melaksanakan kewajiban? memperlakukan orang lain seperti memperlakukan diri sendiri? Mampukah kita mengingat kesalahan kita kepada orang lain dan melupakan kesalahan orang lain terhadap kita? mampukah kita mengingat perbuatan baik orang lain kepada kita dan melupakan perbuatan baik kita kepada orang lain? atau Bersediakah kita memberikan barang terbaik kita untuk digunakan orang yang lebih membutuhkan? dan bisakah kita menyediakan empat hari saja dalam seminggu untuk berbuat kebaikan?

Orang yang bahagia adalah orang yang memiliki timbangan kebaikan yang lebih berat dibandingkan dengan timbangan keburukannya. Mari berbuat baik, hari ini, mulai dari diri sendiri, mulai dari hal terkecil.

Hasbunallah waikmal wakil





Memahami dan Memahamkan Pemahaman

Setiap pelanggaran cepat atau lambat pasti akan ada sangsi atau hukuman atas pelanggaran itu. Kita harus Waspada!
Manusia selalu terdorong untuk menunjukan eksistensinya. Keinginan untuk dikenal, ingin selalu diakui, atau sangat ingin sekali dihargai menujukan bahwa manusia memang menginginkan dirinya eksis. Bereksistensi ini merupakan kebutuhan psikologis manusia yang terwujud dalam bentuk cinta (dicintai atau mencintai). Setiap orang ingin dicintai, ingin bisa mencintai, baik itu terhadap manusia, barang, atau lainnya. Saat orang bertanya apa itu cinta, sebenarnya ia sedang menujukan bahwa ia sedang membutuhkan legitimasi keberadaannya.

Sayangnya, keinginan tersebut tidak selalu mengarahkan manusia pada hal-hal yang baik, yang sesuai dengan jalur "kebenaran" yang telah ditetapkan oleh Allah. Jika seseorang terlalu menginginkan dirinya Eksis, maka daya upayanya akan didorong agar keinginan tersebut terpenuhi. Keinginan yang berlebihan itu pada akhirnya hanya akan memanjakan nafsu manusia, yang pada akhirnya hanya akan merugikan orang tersebut. Terus bagaimana agar eksistensi seseorang itu menghasilkan kemanfaatan? cara nya adalah dengan melakukan segala sesuatu secara totalitas, tetapi tidak berlebihan. Karena sesuatu yang berlebihan tidak akan mendatangkan kemanfaatan yang baik. Misalnya, seorang pelajar agar ia mampu bereksistensi sebagai seorang pelajar maka ia harus belajar dengan baik; atau seorang pengajar, agar ia bisa bereksistensi, maka ia harus mengajar dengan penuh tanggung jawab terhadap apa yang ia ajarkan untuk orang lain, selain bertanggung jawab, ia pun harus menjadi teladan yang memungkinkan orang-orang yang diajarinya meniru perilaku baik yang dicontohakan. Ingatlah bahwa bukan pekerjaan yang bisa membuat kita besar, tetapi kepribadian kita lah yang membuat pekerjaan kita itu besar; dan melalui kepribadian yang baik itulah seseorang akan semakin bereksistensi dengan baik.
Karena kita berada dalam kesatuan yang saling terikat, wajarkah kita berujar "hak pribadi" tanpa memperdulikan hak orang lain? Prof. Qurais Shihab menuturkan dalam bukunya Lentera Al Quran (2008: 280) bahwa Cinta kita peroleh dari ibu, bapak, keluarga, dan  kita semua. Pengetahuan kita raih dari para ilmuwan yang mengajar kita, demikian pula dari pengalaman kita dan pengalaman orang lain. rasa aman diperolehh dari kehadiran polisi, tentara, dan para hakim adil dan bijaksana. Seniman menyejukan jiwa kita, ilmuwan membuka cakrawala pikiran kita. Demikian seterusnya
Allah yang maha welas asih telah menjadikan keberadaan alam ini dengan seimbang, dan setiap kejadian merupakan perwujudan ke maha kuasaanNya. Bencana yang melanda manusiapun merupakan bentuk pengaturan Allah untuk tetap "menyeimbangkan" apa yang telah dilakukan manusia terhadap alam di dunia ini, karena setiap bencana itu merupakan rangkaian peristiwa dan hukum serta sistem kerja alam raya yang saling bersinggungan. Cukuplah Allah sang maha pengatur yang mewujudkan eksistensinya secara penuh, dan biarlah kita makhluknya ini hanya memantulkan cahaya kebesaranNya, yang sangat dibutuhkan oleh keberadaaan manusia. Yang besar adalah Allah, manusia itu kecil, maka jangan pernah menuhankan manusia.  Iyya ka na'budu, wa Iyya ka nasta'in.... 

Maha suci Allah, Tuhan Kami. Segala puji tercurah hanya untukmu. Aku memohon ampunanaMu serta taubat dari Mu.

Allahu'alam

Nilai adalah Tujuanku

Membaca status salah satu anak didik saya  pagi ini.” Nilai tergantung pada siapa penjaga ruang ujian kita hari ini. Jika penjaganya baik, baiklah nilai kita, namun jika ketat, mampuslah kita!, begitu bunyi status di wall facebooknya. Sudah semenjak senin kemarin sekolah kami mengadakan Ujian Akhir Sekolah (UAS). Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaan kali tidak banyak berubah. Satu bangku satu siswa, dengan berbagai macam tipe soal. Beragamnya tipe soal inilah yang mungkin menjadi momok tersendiri bagi anak didik. Mereka berupaya sekuat dan secanggih mungkin mendapat nilai baik. 

Pengalaman saat menjaga ujian, masih sering didapati anak berkirim jawaban lewat HP, bertukar kertas soal yang telah terisi, atau berlempar kode tangan untuk membagi jawaban. Saya juga sering mengamati, sekumpulan siswa berdiri di depan pintu kelas sesaat sebelum bel masuk ujian. Mereka harap-harap cemas dengan pengawas ruangannya. Jika mereka mendapati pengawas yang longgar, serentak seluruh kelas berjingkrak kegirangan. Namun tidak demikian jika penjaganya ketat, wajah-wajah mereka sontak menjadi lesuh dan patah arang. Sebegitu parahkah siswa kita?.

Kondisi disekolah ini semakin memprihatinkan jika menengok hasil PISA 2013 yang masih menempatkan negara kita didasar perankingan.Bahkan dengan bahasa guyon sebuah artikel menulis ” Pelajar Indonesia Tidak Menyadari Betapa Bodohnya Mereka” (artikel lengkapnya baca di http://portraitindonesia.com/indonesian-kids-dont-know-how-stupid-they-are/).

Saya meyakini bahwa salah satu “kebodohan” ini disumbang oleh keyakinan sebagian besar masyarakat Indonesia jika nilai lebih penting dari proses pendidikan itu sendiri. Mereka berlomba-lomba mengejar nilai yang tinggi, namun melupakan proses sejati dari pendidikan itu sendiri. Budaya nyontek berjamaah, memilih meminta jawaban teman dari pada belajar sendiri adalah bagian penting penyumbang kualitas pendidikan kita yang rendah. Disisi lain, orang tua cenderung peduli terhadap hasil belajar anak (nilai di raport dan sejenisnya) tetapi, mereka tidak perduli terhadap proses belajarnya.

Penulis: Heriyanto Nurcahyo, 2013, http://guraru.org/guru-berbagi/nilai-adalah-tujuanku/

Senin, 10 Februari 2014

Ngahaleuang 3

Sepotong Episode (Edcuoustic)
 
sebuah kisah masa lalu hadir di benakku
saat kulihat surau itu
menyibak lembaran masa yang indah
bersama sahabatku

reff:
sepotong episode masa lalu aku
episode sejarah yang membuatku kini
merasakan bahagia dalam diin-Mu
merubah arahan langkah di hidupku

setiap sudut surau itu menyimpan kisah
kadang kurindu cerita yang
tak pernah hilang kenangan
bersama mencari cahayamu


Jumat, 07 Februari 2014

Ngahaleuang 2

KASIH PUTIH (SNADA)

Dalam dunia ini
Banyak yang tiada mengerti
Hidup yang kita jalani
Mesti berbagi

Dalam cinta kasih
Kita bersama berdiri
Bergenggaman jemari
Menyatukan hati

Dia berikan
Kepada seluruh manusia
Kasih sayang
Karena kita semua tiada berbeda

Bila kau mau sadari
Cinta kasih tak memilih
Kau dan aku kita semua sama

Bila kau mau berbagi
Apalagi yang dinanti
Kasih putih karunia sejati 


Ngahaleuang

Hidayah Illahi (The Fikr)

Sedari dulu hati inipun merindu
akan ketenangan jiwa ketentraman hidup
Dimana lagi aku temukan arti sebuah hidup
Kemana lagi kudapati cinta yang hakiki

Ternyata datangnya sinaran
seiring kesungguhan mencari jalan
kebenaran jalan keridhoan

Akan selalu kusyukuri nikmat yang telah diberi
petunjuk hidayat suci Illahi Robbi
Akan selalu kusyukuri nikmat yang telah diberi
petunjuk hidayat suci Illahi (Illahi)
hamba kan mengabdi

Sedari dulu hati inipun merindu
akan ketenangan jiwa ketentraman hidup
Dimana lagi aku temukan arti sebuah hidup
Kemana lagi kudapati cinta yang hakiki

Ternyata datangnya sinaran
seiring kesungguhan mencari jalan
kebenaran jalan keridhoan

Akan selalu kusyukuri nikmat yang telah diberi
petunjuk hidayat suci Illahi Robbi
Akan selalu kusyukuri nikmat yang telah diberi
petunjuk hidayat suci Illahi (Illahi)
hamba kan mengabdi