Waktu menunjukan pukul 06.38 Waktu Indonesia Barat, tepatnya bagian jam dinding rumah saya, di daerah Sukajadi, Sukahurip, Cihaurbeuti, Ciamis Jawa Barat. Waktu yang memang diisi oleh banyak nya hilir mudik orang-orang untuk menuju tempat kerja seperti Siswa dan Guru yang lagi OTW ke Sekolah, petani yang siap menuju ke sawah, pedagang yang sudah buka warungnya melayani pembeli, ibu-ibu yang lagi beres-beres, dan sederet aktifitas pagi berwarna lainnya.
Saya pun tak mau ketinggalan orang lain, walaupun masih belum ada pekerjaan tetap karena baru aja lulus kuliah, tapi saya akan mencoba untuk menetapka diri untuk melakukan sesuatu hal positif. Ya Menulis ini salah satunya yang akan coba saya GIAT dan AKTIFkan kemabali, mengisi pagi untuk menjempur rizki. Lumayan bisa menambah kemampuan verbal dan mengisi wakt saya.
untuk memulainya, saya mencoba terlebiih dahulu mempostingkan tulisan yang belum dipostingkan ( lupa lagi nulisnya kapan, tapi kira-kira satu setengah sampe dua tahunan yang lalu deh,,) saat saya mengadakan perjalanan silaturahim ke rumah saudara-saudara saya.. Ini salah satu tulisannya...
Karena kita harus terbiasa dengan
setiap tindakan dan pemikiran yang sadar, kita harus sadar, mulai mau
menyadarkan diri, dan menyadarkan orang lain. Kesadaran yang terbentuk dari
rasa sadar kita akan pentingnya kesadaran akan membuat kita merasa bisa dan mau
untuk menjalani setiap jengkal langkah wajib hidup kita. Kesadaran yang sesuai fitrah akan mengajak kita menuju rasa bahagia. "Bahagia bukanlah sesuatu yang hadir dari banyak nya harta, bahagia ada di dalam dada, didalam keimanan yang tertancap kuat akan Allah subhanahu wata'ala. Kebahagian itu ada dalam agama dan beragama" setidak nya itu pendapat saya.
Rasa keberagamaan itu lah yang bisa memupuk subur arti dari sebuah kewajiban kita hidup tolong menolong antar sesama yang selalu dilandaskan atas usaha mencari keridhoan Allah swt. Tolong menolong bisa membanggun rasa kebersamaan dan membangun sikap kepercayaan antar sesama...
Membangun Kepercayaan
Rasa kepercayaan yang sudah
terbangun, baiknya terus di jaga dan dipelihara. Karena rasa kepercayaan itu
hadir tidak dengan begitu saja. Ia hadir dari sebuah usaha pendekatan dan
pemahaman akan realitas hidup masyarakat, dan perilaku kita keseharian. Seperti itulah kurang lebih yang
saya simpulkan dalam beberapa menit percakapan dengan “mamang” (adek dari bapak)
akan keberhasilannya dalam membangun usaha dan membangun kepercayaan
dilingkungan barunya. Kurang lebih lima belas tahun beliau bekerja di daerah Jatisari,
Cikampek, Jawa Barat, di sebuah desa yang masyarakatnya notabene nya orang yang ber-agama tapi sangat jauh dari perilaku
seorang yang beragama; masyarakaat yang membisaakan diri dengan kehidupan asal
senang, seperti mabuk mabukan, judi, kawin cerai, curi mencuri dan sebagainya.
seperti itulah kehidupan disana.
Tapi yang menarik adalah bagaimana “mamang” saya ini bersosialisasi dengan lingkungannya, berbaur dengan masyarakatnya dan mewarnai aktivitas hidup di masyarakat tersebut. Lihat saja, ketika saya berkunjung ke sana, beliau ini sedang menambah ruang pabrik tahu nya untuk dijadikan pabrik oncom. Yang membantu bukan saja para pekerja nya saja, tapi masyarakat pun ikut mebantu, bukan hanya yang bisaa, yang sudah magister, seorang dosen pun warga sana ikut membantu dan mau disuruh, berbeda dengan kebisaaan warga di sana yang acuh jika dengan yang lain.
Selain itu, keamanan pun terjaga.
Sangat paradok memang, ketika banyak tetangganya yang mngeluhkan barangnya
kecurian, beliau selalu merasa tanang, karena orang-orang tidak berani untuk
mencurinya… hal ini tidak terjadi begitu saja tapi karena adanya
pendekatan-pendekatan yang sifatnya menolong
tanpa pamrih, adanya keikhlasan untuk
membantu dan menolong orang lain. Orang yang sudah hatinya tersentuh dengan
perilaku kita yang ikhlas tanpa pamrih akan lebih mudah mempercayai kita.
So?? Irhamuu man fil Ardi farhamuhum man fissama .. Berkasih sayang lah dengan sesama orang-orang dibumi, maka yang dilangitpun akan mengasihi kita. Hasbunallah wanikmal wakil