Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

GRADUATION

31 Maret 2012.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Lebaran 1434 H

sabisa-bisa kudu bisa pasti bisa

Kunjungan

Sahabat-sahabat dari Yogyakarta.

Kegiatan

Lomba Penegak Pramuka.

Senin, 29 Desember 2014

Kicauan Desember

Ucapan yang tulus bisa lebih ngefek daripada sekedar unjuk diri/unjuk gigi

Belajarlah untuk yakin dengan keputusan yang telah diambil. Hasbunallah wanikmal wakil.

Penyebab qasar safar; penyebab jama kesibukan. (Ust. Saiful Islam Mubarok)

Menurutku wajar jika kita ingin punya "kelebihan" rejeki seperti yg dmiliki org lain; tapiakan menjadi tidak wajar jika berharap agar rejeki orang lain itu hilang.

angan sepelekan kebaikan sekecil apapun, walaupun hanya dg tersenyum saat bertemu org lain.

 Teman yang baik ibarat pohon rindang, yang memberikan keteduhan d saat kepanasan, memberikan buah d saat kita lapar.\

Dalam rentang waktu yang sama, setiap orang punya produktivitas dan kualitas yang berbeda. Silakan mau yang mana, mau d pake waktu nya apa tidak.

Al-'An`ām:132 - masing2 orang memperoleh derajat dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
 
Cetak biru kehidupan alam semesta dan segala isinya dibuat berdasarkan mekanisme kehendak sang pencipta (Sunnatullah); Misalnya Allah menjadikan malam untuk beristirahat, siang untuk mencari penghidupan. Segala sesuatu yang terjadi di alam semesta mutlak kehendak sang pencipta. Dr Shigeo Haruyama menuliskan bahwa "kehedak Tuhan itu tercantum dalam gen kita. Di dalam organ tubuh manusia terdapat mekanisme yang mengatur bahwa barang siapa yang dapat memenuhi keinginan Tuhan, akan (memilki kemungkinan) hidup lebih lama,sementara yang tidak mengikuti petunjukNya, akan gagal" (The Miracle of Endhorphin.)
 
Janganlah marah, bagimu surga (HR. Thabrani). Ketika seorang marah atau tertekan, maka otak mengeluarkan hormon beracun noradrenalin. Di antara racun alami, hormon ini menempati urutan kedua setelah bisa ular. Orang yang kebiasaanya marah, maka ia akan lebih beresiko terkena penyakit, atau memungkinkan ia lebih cepat tua. (Dr. Shigeo Haruyama, The Miracle of Endhorphin)
 
Kita tidak bisa mendengar niat hati orang lain, tak bisa mengetahui maksud hati orang lain, tidak bisa mengetahui apakah yang dilakukan orang lain itu adalah tulus atau sekedar "pencitraan." Yang kita bisa hanya menduga/berprasangka.
 
Jika kita telah memiliki kesadaran diri untuk berani benar dan juga baik dalam menjalankan kehidupan, maka hal itu merupakan tanda bahwa kita berada dalam lingkaran ketuhanan.

Kicauan November

Rumus agama itu bukan bagus atau tidak bagus, tetapi benar atau salah (Ust. Aam Amirudin)

Orang yang tidak berterimakasih kepada manusia, maka dia tidak bersyukur kepada Allah. (Hadits)

An-Nisā:123 -Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dg kejahatan itu.

Al-'An`ām:132 - Dan masing-masing orang memperoleh sesuai dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan

Haraba=perang. Mihrab=tempat perang, yaitu tempat memerangi hawa nafsu

Disunahkan meminta keturunan yang baik kpd Allah. "Rabbana hablana min ajwajina wa durriyyatina qurrata 'ayun...."

Al 'alim. Allah maha tahu segala sesuatu. Allah mengetahui setiap lirikan mata dan maksudnya yang tersembunyi di dalam hati.

 An-Nisā:148 - Allah tidak menyukai ucapan buruk, dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah Maha Mendengar Maha Mengetahui.

Jangan menilai orang lain berdasarkan nafsu pribadi, karena Allah sudah punya pengukuran tersendiri dalam menilai makhluknya (Aa Gym)

Kita akan lebih sulit menemukan kebahagiaan hanya dengan menyibukan untuk membahagiakan diri sendiri, dibanding dengan membahagiakan orang lain.

jika mengaku mencintai, menyayangi, dan mengasihi, tentunya harus menjauhkan diri untuk menyakiti pihak lain.

Bertolak dari bismillah, kita dituntut untuk open heart, open mind, dan open will (Al Fatihah Code, 2013, hal: 104)

Barang siapa yang membangun hubungan baik dengan Allah, maka Allah akan menjadikan hubungan dengan orang lain menjadi baik.

Kita lazimnya memilih teman karena siapa mereka. Namun kita akan benar2 mencintai mereka dari bagaimana cara mereka mendukung siapa kita.

Al-Baqarah:197... Berbekallah. Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.

Efikasi diri tinggi membantu kompetensi seseorang berfungsi lebih efektif (Bandura).

Membangun kredibilitas bisa dimulai dengan membiasakan berkata benar.

Apakah rezeki akan ke tuker? Gak usah tegang hadirin... yang penting niat udah, ikhtiar maksimal udah, tinggal tawakal sekarang.

Memang banyak yang memungkinkan bahaya menimpa kepada kita (seperti penyakit dll). Berserah diri saja sama yang punya

Jika berbuat baik membuat orang berprasangka macam-macam, tetaplah berbuat baik.

Kamis, 25 Desember 2014

Belajar makna dengan berseni

Pada waktunya, apresiasi terhadap seni akan memberikan pengaruh terhadap proses pemaknaan bagi diri manusia. Menurut psikolog Victor Frankl, manusia pada dasarnya selalu berusaha mencari makna dalam hidupnya. Melalui berbagai proses dan usaha, manusia terus belajar untuk membentuk makna hidupnya. Orang yang tidak mampu memaknai hidupnya akan lebih mudah untuk jatuh ke dalam ketidak berdayaan.

Mari membangun makna !


Selasa, 23 Desember 2014

Sepertinya jatuh cinta

Suatu hari nanti kau akan menemukan dengan siapa kau akan hidup
Sebelum waktu itu datang, kau harus belajar dulu nilai hidup
Kau harus membiasakan menghidupkan nilai-nilai kehidupan dalam hidupmu
kau harus memantaskan hidupmu menjadi pribadi yang terbaik
dan saat kau bertemu dengan teman hidupmu
Hidupmu akan semakin terlengkapi

Jika kau jatuh cinta, jatuh cintalah pada waktunya
Karena jatuh cinta adalah fitrah dasar, yang harus kau kembangkan
menuju tingkat kematangan
Jika kau jatuh cinta, cintailah yang pantas kau cintai
Karena cinta yang salah hanya akan membawa masalah

dan ini pesan dariku, untukku
Hasbunallah wanikmal wakil

Belajar Proses

Sebagai salah seorang mahasiswa yang ingin segera lulus, belajar dari setiap proses bimbingan (skripsi/tesis/desertasi) adalah "wajib," kita wajib merevisi tulisan yang belum tepat, wajib memperbaiki sikap yang kurang pantas, wajib merunut logika yang belum logis, bahkan untuk sekedar mendengar saran-saran dari siapapun itu, tidak perlu dari pembimbing, wajib dipertimbangkan. Karena dengan belajar proses kita telah membuat perubahan, dan dari perubahan-perubahan itu, kita bisa lebih mendekati ketentuan terabik yang bisa  kita dapatkan.

Tulisan ini sekedar ingin membagikan cerita, yang saya sendiri tidak merencanakannya. ^^
 
Diselang waktu menunggu bimbingan, saya belajar "proses", bahwa segala sesuatu itu perlu proses, gak ada yang instan (sekalipun itu mie yang katanya instan). Selagi menunggu ketemu dosen pembimbing, saya bertemu dosen lain yang menunggu mahasiswanya bimbingan. Dari beliau saya juga belajar proses (menulis, merampungkan tugas akhir, dll). Beliau bilang kalau "kecerdasan itu individual, pengalaman itu senioritas". Dalam berproses, jangan remehkan senior yang punya pengalaman, karena orang yang punya pengalaman, pernah memahami persoalan yang hampir mirip ketika ia berada di dalam situasi juniornya (Dosen pernah jadi mahasiswa). Selain itu, dari beliau juga saya mendapat pesan untuk selalu berikhtiar (berproses), karena ikhtiar itu adalah ibadah. Bukankah manusia diciptakan ke dunia ini salah satunya adalah untuk beribadah? 

Pas bimbingan.
Tadi nya saya mau bimbingan ke pembimbing satu saja dulu, eh dalam prosesnya ternyata lain. Di ruangan tempat saya membuat janji untuk bimbingan, sayapun bertemu pembimbing dua dalam waktu yang bersamaan. Proses bimbingan pun berubah, dari bimbingan pembimbing satu ke pembimbing dua. Dan akhirnya, selain dapat oleh-oleh coretan pembimbing satu, saya dapat arahan juga untuk proses penelitian saya hari ini dari pembimbing dua. 


Banyak hal yang di luar dugaan. Tapi saya yakin semua itu sudah diatur Allah. Saya juga yakin kalau apa yang di atur Allah itu adalah hal paling baik untuk kebutuhan makhluknya. Walaupun masih menyisakan revisi yang cukup lumayan, saya yakin Allah akan campur tangan saat saya mau berikhtiar dengan apa yang saya bisa. Hasbunallah wanikmal wakil. Semoga Allah selalu memudahkan setiap langkah dan urusan kita.

Selasa, 11 November 2014

Desain Pengambangan Program Kompetensi Sosial-Emosional

Tulisan berikut merupakan ringkasan dan terjemahan dari hasil penelitian Vaida & Ghimbulut (2014), dengan judul:  Yourself. The Design, Structure and Content of the first Romanian Program on Social Emotional Competencies Development for Young Adults. Bisa di Download di http://search.proquest.com/docview/1553534591?accountid=25704

LatarBelakang Teoritis

Selain pengembangan professional (Profesional development), pengembangan pribadi (personaldevelopment) merupakan aspek penting dalam keberhasilan seseorang untuk terjun di masyarakat. Pengembangan pribadi merupakan sebuah usaha yang tepat dalam menemukan makna hidup, yang memberikan manfaat jelas pada: peningkatan perilaku positif dan mengurangi yang negatif, peningkatan kesehatan dan kesejahteraan,pencegahan penggunaan alkohol, obat-obatan dan agresivitas, penurunan tingkat gangguan emosi, perbaiakan komunikasi, kerja tim dan kepemimpinan (Durlak, Weissberg & Pachan, 2010; Seal, Naumann, Scott & Royce-Davis, 2011). Pengembangan profesional mungkin telah berhasil dijalankan bagi anak muda tetapi pengembangan pribadi, seakan-akan tidak dianggappenting, padahal peengmabnagn pribadi merupakan hal penting dalam menjalankan kehidupan yangebih baik.
Pengembangan sosial-emosional sebagai salah bentuk pengembangan pribadi tentunya  merupakan sebuah proses peningkatan kompetensi sosial dan emosional yang menawarkan pengalaman dan lingkungan belajar yang tepat. Penekanannya terletak pada pembelajaran aktif dan pengembangan kompetensi yang mengarah pada sisi emosi, perilaku dan proses berpikir yang membantu seseorang menjadi anggota masyarakat yang sehat dan kompeten (Elias, 2003)
Konsep pengembangan kompetensi sosial-emosional merupakan integrasi dari teori tentang kecerdasan sosial (Thorndike, 1920; Gardner, 1993), kecerdasan emosional (Bar-On, 2006; Salovey & Mayer, 1990; Goleman, 1995) dan pengembangan kompetensi (Boyatzis, 1982) yang diterapkan untuk pendidikan (Seal et al., 2011).
Tidak seperti dimensi kecerdasan umum atau kepribadian, yang sifatnya tetap dari semenjak di kecil sampai dewasa, kompetensi dalam sosial-emosional khususnya, dapat ditingkatkan melalui proses pembelajaran (Kolb, 1984). Dengan cara ini, pengembangan kompetensi sosial-emosional sangat berguna dan penting pada usia berapa pun dan untuk setiap kelompok apapun (Seal, Boyatzis & Bailey, 2006).
Vaida (2010) telah menyusun dan menguji program pengembangan kompetensi sosial-emosional, yang darisudut teoritis. program ini didasarkan pada prinsip-prinsip Rasional Emotive Behavior Therapy (REBT) (Ellis, 1979), yang merupakan salah satu pendekatan terbaik untuk pendidikan. Program pengembanga ini disebut Your-SELF (Your Social Emotional Learning Facilitator) yang terdiri dari pelatihan mingguan praktis dan bernilai guna  selama 3-4 jam.

The Design of Yourself Program
Untuk memahami bagaimana fungsi program pengembangan kompetensi sosial-emosional, seseorang harus mendefinisikanhal tersebut dalam tiga tingkat (Boyatzis, 2009): yaitu pada the competences level; (2) the social-emotional development level  dan (3) the life skills development level.

Pada level  kompetensi, kami mendasarkan desain kami pada definisi dari Waters & Sroufe (1983), yang beranggapan bahwa seorang individu akan memilki kompeten dalam bidang tertentu ketika dia mampu menemukan solusi adaptif terhadap masalah yang mungkin muncul dan memanfaatkan ketersidiaan peluang lingkungan. Pada pendekatan ini, kami memastikan untuk mengajarkan peserta dalam program untuk: (a) mengidentifikasi masalah di lingkungan mereka; (b) mencari solusi yang layak untuk masalah tersebut; (c) menerapkan dan menguji solusi ini dan (d) mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang menarik yang muncul di lapangan mereka.

Salah satu aspek yang paling penting tentang kompetensi adalah bahwa kompetensi dapat dikembangkan pada tahapan usia berapa pun. Penelitian yang dilakukan selama beberapa dekade terakhir telah membuktikan bahwa orang dapat mengubah perilaku mereka, sikap dan juga citra diri mereka menjadi lebih baik (Boyatzis, 2009). Kami menganggap hal-hal tersebut dari sudut emotive behaviour  education (Barlow, 1988), program pelatihan atau "self-help" program (Kanfer & Goldstein, 1991), yang berkesimpulan sama bahwa  seseorang memilki kemampuan untuk berubah, yang  ini karena adanya  pengembangan kompetensi, sehingga menyebabkan keahlian di daerah tertentu.

Pada tingkat sosial-emosional,kami  mendefinisikan konsep Johnson & Johnson (dalam Zins et al., 2004) yaitu sebagai bentuk keahlian dan keterampilan interpersonal serta pengembangan keterampilan prososial  yang memungkinkan tercapainya solusi yang akan dicapai . Pendekatan ini dimaksudkan untuk menawarkan kepada peserta kerangka yang tepat untuk mempraktekkan perilaku dan sikap prososial (menyadari kebutuhan orang lain, membantu orang lain, memulai proyek atau terlibat dalam proyek-proyek sosial), mengidentifikasi dan memecahkan permasalahan, dan melatih kemampuan interaksi sosial.

Pada tingkat kecakapan hidup, kami menggunakan definisi  WHO (World Health Organization) yang didepfinisikan sebagai "kemampuan untuk menunjukkan perilaku positif dan adaptif yang memungkinkan individu untuk secara efisien mengatasi tantangan sehari-hari". Untuk pemahaman yang lebih baik, kami juga menggunakan definisi  UNICEF (United Nations International Children's Emergency Fund), yang menganggap kecakapan hidup sebagai "kemampuan psikososial adaptif dan perilaku positif yang memungkinkan individu menangani secara efektif tuntutan dan tantangan kehidupan sehari-hari, yang dikelompokkan dalam tiga kategori keterampilan berupa: 1) keterampilan kognitif untuk menganalisis dan menggunakan informasi, 2) keterampilan pribadi untuk mengembangkan pribadi dan mengelola diri sendiri serta keterampilan antar-pribadi untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain ". Menguatkan dua definisi ini dengan UNESCO (United Nations Education, Science and Culture Organization) menggambarkan sepuluh kecakapan hidup penting yang harus dimiliki yaitu: problem solving, critical thinking, creative thinking, decision making, efficient communicationinterpersonal relationship skills, (self) awareness skills, empathy and coping with stressful or emotional situations. Badan kesehatan dunia WHO pun membagi kecakapan hidup ke dalam tiga kategori utama: (1) critical thinking and decision making skills (termasuk pemecahan masalah dan pengumpulan informasi); (2) interpersonal and communication skills (komunikasi verbal dan nonverbal, mendengarkan aktif, mengekspresikan emosi dan umpan balik, negosiasi dan perilaku asertif, empati, kerja tim); (3) adapting and self-management skills (keterampilan yang meningkatkan locus of control, harga diri, kesadaran diri, penetapan tujuan, manajemen wktu dan stres, kemampuan berpikir positif dan kemampuan relaksasi). 
Dari tiga pendekatan ini ( competence level, social-emotional skills and life skills), kami menyimpulkan bahwa banyak kemampuan tersebut hampir sama atau tumpang tindih. Karena itu dipilihlah yang sesuai dan mendukung dari tujuan program yang akan diselnggarakan.
Pada tahun 2007 dan 2013, the Collaborative for Academics in Social-Emotional Learning (CASEL), sebuah organisasi terbesar di dunia yang berfokus untuk mempelajari manfaat dari social emotional program, menawarkan panduan tentang penataan bentuk program. Mereka merekomendasika  akronim SAFE, yang berarti Sequential (percontohan), Active (keaktifan), Focus (Fokus), dan Explicit (kejelasan)  (Durlak et al, 2010 dalam Vaida & Ghimbulut 2014).  Sequential berarti suatu program harus mengandung dan menggunakan satu set kordinasi  dan kegiatan yang saling berhubungan, untuk membantu mencapai tujuan. Aktif berarti bahwa suatu program harus memberikan pembelajaran aktif untuk mengembangkan kemampuan baru. Fokus berarti bahwa program ini memiliki paling sedikit satu komponen yang didedikasikan untuk pengembangan kemampuan pribadi atau sosial. Dan eksplisit berarti bahwa program ini mengembangkan kemampuan khusus untuk pengembangan sosial-emosional, tidak hanya kemampuan umum.
Kami juga menggunakan panduan ini untuk praktik terbaik dan memeriksa bahwa program YourSELF  memilki empat kriteria yang disebutkan oleh Durlak et al. (2010): sekuensial, aktif, terfokus dan eksplisit.
a. Kami menyimpulkan bahwa program ini memiliki karakter yang berurutan, karena semua kegiatan dan latihan saling berhubungan dan terkoordinasi untuk mencapai tujuan penelitian.
b. Karakter aktif diberikan dalam mayoritas kegiatan yang digunakan, dari metode presentasi,permainan peran, pembuka percakapan, latihan teambuilding, simulasi,dan semua kegiatan pada tujuan yang sama - yaitu memotivasi dan melibatkan peserta sehingga pembelajaran dan satu aktif.
c.   Karakter terfokus berasal dari sebagian besar komponen program, yang ditujukan untuk hal yang sama - mengembangkan kompetensi sosial-emosional peserta dalam program ini, untuk adaptasi yang lebih baik dengan kenyataan. Kegiatan khusus seperti pengenalan emosi, identifikasi kekuatan dan kelemahan, empati dan rasa hormat terhadap orang lain, pemecahan masalah, manajemen stres dan pengaturan hubungan baru, semuanya mengarah pada yang sama lima kategori utama tujuan umum yang membangun esensi dari perkembangan emosi sosial.
d.  Karakter eksplisit berasal dari semua informasi yang disajikan sejauh ini, informasi yang berfokus pada fakta bahwa Diri sebagai program berikut terutama untuk mengembangkan kompetensi sosial emosional (kesadaran diri dan kesadaran sosial, keterampilan sosial, rasa hormat terhadap orang lain, pengambilan keputusan dan drive untuk perubahan).

Berdasarkan meta-analisis yang sama (Durlak et al., 2010), para peneliti di CASEL menyusun panduan yang memungkinkan mereka yang tertarik di lapangan untuk memeriksa apakah sebuah program pembelajaran sosial-emosional tersebut merupakan program  pengembangan atau tidak (Newman, 2011 ). Oleh karena itu, untuk program yang akan dipertimbangkan dalam kategori ini, kriteria berikut harus terpenuhi:
a Program tersebut harus  efisien, berdasarkan desain eksperimental atau kuasi eksperimental.
b   Harus memiliki minimal satu hasil positif dan signifikan terhadap salah satu daerah yang diidentifikasi dalam meta-analisis Casel (Durlak et al, 2010)
c  Harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat digunakan dengan program reguler lainnya dan tidak memerlukan kondisi khusus.
d  Harus dbangun bahwa pengembangan sosial-emosional memilki tujuan-tujuan yang mungkin tercapai.

Struktur dan Isi Program
Isi dari program ini mencakup semua lima bidang utama yang direkomendasikan oleh para ahli CASEL: self-awareness, self-management, social awareness, relationship skills and responsible decision making. Selain lima ini, kami pun merekomendasikan pa yangdisampaikan Seal et al. (2011): self respect/ respect towards others and leadership, as well as other categories considered essential for a good life adjustment: communication, teamwork as well as promoting mental and physical health
 
Kesimpulan
Kebutuhan dan kegunaan pelatihan yang berkesinambungan dan / pengembangan profesional pribadi untuk orang dewasa muda jelas, sebagaimana dibuktikan oleh teori human capital (Lucas, 1993). Secara umum, modal manusia dapat didefinisikan sebagai jenis pendidikan formal, dan pelatihan dalam pembangunan sosial-emosional tentu cocok dengan kategori ini. Di luar produktivitas, efisiensi pelatihan dapat diukur berdasarkan empat kriteria, menurut model Kirkpatrick (1987), dan pengalihan pengetahuan dan keterampilan (Kraiger, Ford & Salas, 1983). Kriteria pertama dalam model ini adalah reaksi, yaitu cara bereaksi terhadap pelatihan (dalam hal informasi, kegiatan, dan pelatih). Tujuannya adalah untuk membuat para peserta merasa bahwa mereka memiliki pengalaman yang berharga, karena pelatih telah dipersiapkan dengan baik, dan mereka ingin mengulang pengalaman itu. Kriteria kedua kekhawatiran pembelajaran, lebih tepatnya berapa banyak peserta belajar, yang dapat diukur dengan tujuan pembelajaran. Kriteria ketiga adalah tentang emosi dan perilaku atau cara peserta menggunakan informasi yang mereka peroleh dan bagaimana cara mereka menerapannya. Penting untuk diingat bahwa perubahan perilaku tertentu hanya muncul dalam kondisi yang tepat dan jika kadang-kadang hal itu tidak muncul, karena bisa disebabkan oleh kenyataan bahwa mereka belum dihargai, bukan karena mereka belum belajar. Kriteria keempat dan terakhir dari model ini adalah tentang hasil, yang dapat diatur oleh pelatih atau pelaku sosial lainnya. Umumnya, mereka yang menghitung hasil dapat bermanfaat bagi semua orang yang terlibat.

Referensi
Bar-On, R. (2006). The Bar-On model of emotional-social intelligence (ESI). Psicothema, 18(suppl.), 13-25. 
Barlow, D. H. (1988). Anxiety and its disorders: The nature and treatment of anxiety and panic. New York: Guilford Press.
Boyatzis, R. E. (1982). The competent manager: A model for effective performance. NY: John Wiley & Sons.
Boyatzis, R. E. (2009). Competencies as a behavioral approach to emotional intelligence. Journal of Management Development, 28(9), 749-770.
CASEL (2013). CASEL Guide. Effective Social and Emotional Learning Programs, retrieved from http://casel.org/guide/ 
Durlak, J. A., Weissberg, R. P., & Pachan, M. (2010). A meta-analysis of after-school programs that seek to promote personal and social skills in children and adolescents.  American Journal of Community Psychology, 45, 294–309.
Elias, J.M. (2003).  Academic and Social  –  Emotional Learning.  International Academy of Education. Retrieved from http://www.ibe.unesco.org.
Gardner, H. (1993).  Frames of mind: The theory of multiple intelligences. New York, NY: Basic Books.
Goleman, D. (1995). Emotional intelligence: why it can matter more than IQ. New York: Bantam.
Kanfer F.H. & Goldstein A.P. (1991): Helping People Change. New York: Pergamon Press.
Kirkpatrick, D.L. (1976), Evaluation of training, in Craig, R.L. (Ed.), Training and Development Handbook, 2nd ed., McGraw-Hill, New York, NY, 301-319.
Kolb, D. A. (1984). Experiential learning: Experience as the source of learning and development. New Jersey: Prentice-Hall.
Kraiger, K., Ford, J.K. and Salas, E. (1993). Application of cognitive, skill-based, and affective theories of learning outcomes to new methods of training evaluation, Journal of Applied Psychology, Vol. 78, 311-28.
Lucas,  R.E.  (1993).  Making a miracle, Econometrica,  vol.61,  251 –272.
Newman, J.Z. (2011).   Call for Evaluation Studies of Social and Emotional Learning Programs. CASEL: University of Illinois at Chicago. 
Salovey, P. & Mayer, J.D. (1990). Emotional Intelligence. Baywood Publishing. 
Seal, C. R., Boyatzis, R. E., & Bailey, J. R. (2006). Fostering emotional and social intelligence in organizations.  Organization Management Journal, 3(3), 190-209.
Seal, C.R., Naumann, S., Scott, A. & Royce-Davis, J. (2011). Social-emotional development: a new model of student learning in higher education. Research in Higher Education Journal, 10, 1-13.
Thorndike, E.L. (1920). Intelligence and its uses. Harper Magazine, 140, 227-235.
Vaida, S. (2012). The Effects of a Social Emotional Learning Program on the Thinking Pattern of a Group of University Students.  Problems of Psychology in the 21st Century, 4(4):62-70.
Waters, E., & Sroufe, L. A. (1983). Social competence as a developmental construct. Developmental Review, 3, 79–97.
Zins, J. E., Weissberg, R. P., Wang, M. C., & Walberg. H. J. (Eds.). (2004). Building academic success on social and emotional learning: What does the research say? New York: Teachers College Press.