Oleh:
Bulkeley, K. (2012). Dreaming in adolescence: A “blind” word search
of a teenage girl's dream series. Dreaming, 22(4), 240-252.
doi:10.1037/a0030253
Latar Belakang
Riset sistematis tentang isi mimpi di masa kecil
(Foulkes, 1999) dan
dewasa (Domhoff, 1996; Hall, 1966) telah
menunjukkan bahwa mimpi mencerminkan
kekhawatiran emosional individu dalam kehidupan terjaganya. Isi mimpi pada masa remaja
kurang mendapat perhatian, tetapi
penelitian saat ini telah menghasilkan Dua temuan
umum yang menonjol, yaitu:
Pertama,
perubahan isi mimpi selama masa remaja, berhubungan dengan pergeseran dalam perkembangan kognitif dan sosial. Dalam analisis
laboratorium Foulkes tentang mimpi REM anak-anak Amerika, usia 3-15, ia
menemukan bahwa pada usia remaja pola isi
mimpi telah bergeser ke tingkat kegiatan sosial dan
kognitif yang lebih tinggi ( Foulkes, 1999). Kemudian studi longitudinal Strauch (2005) tentang mimpi REM, pada 24 anak Swiss, usia 9-15, menemukan
bahwa unsur-unsur aneh pada isi
mimpi menurun dengan bertambahnya usia, sedangkan plot mimpi menjadi lebih
kompleks aktif, dan berbentuk verbal. Maggiolini,
Azzone, Provantini, dan Vigano (2003) dalam
analisis mimpi pada 326 anak-anak
Italia, usia 11-19, menunjukkan bahwa kata-kata yang berhubungan dengan
"keluarga" menurun selama usia remaja.
Siegel (2005) menyimpulkan bahwa anak-anak yang tubuh dewasa, mereka lebih mampu mengingat
mimpi, kemudian narasi mimpi mereka meningkat lebih panjang,
dan mereka memiliki interaksi karakter yang lebih rumit.
Temuan
umum kedua menujukan bahwa gadis remaja tampaknya
lebih rentan daripada anak laki-laki dengan mimpi buruk yang berulang. Nielsen
et al (2001), berbasis penelitian kuesioner pada mimpi 610 orang Kanada dengan usia 13-16,
mengungkapkan bahwa remaja perempuan melaporkan
mimpi lebih buruk pada setiap usia, yang tidak
terjadi ketika anak-anak. Nielsen et al.
menyimpulkan bahwa "Temuan ini menyoroti prevalensi mimpi mengganggu untuk remaja
perempuan". Oberst, Charles, dan Chamarro (2005) melakukan studi terhadap 120 anak
Spanyol usia 7-18. Mereka menemukan bahwa anak-anak saat bertambah dewasa, lebih sedikit menjadi korban agresi dalam sebuah mimpi. Tapi ini tidak berlaku bagi remaja perempuan, yang relatif lebih tinggi mengalami menjadi korban di segala usia dalam mimpi.
Jones dan Schulze memerikasa secara mendalam
kehidupan impian lima gadis Eropa Utara antara usia 13 dan 18 dan menemukan
banyak hubungan antara masalah emosional gadis-gadis dalam kehidupan terjaga dan tema mimpi yang negatif - dalam mimpi mereka (Jones & Schulze, 2005). Secara
keseluruhan, temuan ini menunjukkan bahwa isi mimpi merupakan barometer
emosional terutama kesulitan dan tantangan yang dihadapi oleh remaja perempuan.
Artikel ini merupakan bagian dari serangkaian anslisis dari 223 mimpi yang telah dicatat
dalam buku harian pribadi seorang
gadis Amerika, "Bea" (bukan
nama sebenarnya) dari usia 14 sampai 21.
Hasil analisis ini memberikan pemahamana di mana isi mimpi mencerminkan minat,
keprihatinan, dan kesulitan emosional
seorang gadis remaja.
Metode dan Partisipan
Dalam penelitianya, peneliti menggunakan metode blind word searches, untuk memberikan hasil
yang lebih tepat, rinci, dan tujuan daripada
yang ditawarkan oleh beberapa penelitian sebelumnya.
Partisipan alam peneleitian ini adalah seorang gadis Amerika, "Bea" (bukan
nama sebenarnya). Bea dihubungi G. William Domhoff pada
awal 2010 setelah membaca sebuah
artikel di majalah The New York
tentang penelitiannya. Dia menawarkan
untuk membiarkan dia mempelajari buku harian Bea tentang mimpi-mimpinya, yang telah dijaganya selama beberapa tahun
untuk kepentingan pribadinya sendiri.
Setelah memperoleh persetujuannya,
Domhoff, menawarkan agar peneliti mempelajari mimpi Bea secara
dengan “blind basis”, dengan
tidak mengetahui apa-apa tentang kehidupan
pribadinya, hanya sebagai tindak lanjut dari penelitian
tentang seri mimpi "Van" (Bulkeley & Domhoff, 2010).
Studi baru dari seri Bea merupakan upaya untuk memperluas pendekatan Blind-analysys dengan menerapkannya pada daerah yang relatif tidak
dikenal penelitian, yaitu,
mimpi remaja.
Diary Bea dibagi menjadi dua
set mimpi, pertama seri disaat Bea di sekolah menengah (N =
183), yang sebagian besar saat Bea berusia 14 sampai 16, dan yang lainnya saat tahun-tahun pertamanya di perguruan tinggi (N = 40), saat Bea berusia 18 -21. Bea kemudian mengirim Domhoff 63 laporan mimpi lain dari kedua periode waktu, sehingga total menjadi 286 mimpi. Laporan-laporan
tambahan tidak digunakan selama Blind analysys,hanya laporan pada dua set awal saja yang menjadi bahan analisis.
Setelah
menjelaskan kepada Bea batas analisis mimpi, meyakinkan kerahasiaannya, Domhoff
meneruskan dua set mimpi kepada peneliti dengan tidak ada informasi dari luar bahwa
yang dianalisis merupakan seorang gadis.
Peneliti tidak tahu usia pemimpi atau situasi sekolah pada masa ia merekam seri-seri
mimpi, dan peneliti tidak tahu apa-apa lagi tentang kehidupan nyata nya pada
awal studnya.
Hasil dan Kesimpulan
Hasil penelitian ini menujukan bahwa isi mimpi mencerminkan minat,
keprihatinan, dan kesulitan emosional
seorang gadis remaja. Hubungan terkuat
antara mimpi dan terjaga sebenarnya berhubungan
dengan masalah emosional daripada perilaku eksternal (Domhoff, Meyer– Gomes,
& Schredl, 2005-2006, Hall & Nordby, 1972). Artinya mimpi lebih erat kaitannya dengan
perasaan-peraan emosional daripada aktifitas sehari-hari. Banyak mimpi buruk tidak mencerminkan pengalaman terjaga yang sebenarnya, tetapi secara akurat, mimpi
mencerminkan kemungkinan yang mengerikan, dan
skenario terburuk yang bea hadapi saat terjaga.
Mimpi buruk Bea mencerminkan kekhawatiran tentang hal-hal yang mungkin terjadi,
tetapi belum tentu peristiwa itu sebenarnya
terjadi. Dengan demikian penelitian ini menunjukan
bahwa mimpi merupakan ekspresi yang bermakna dari kebenaran
emosional, terutama di sekitar isu-isu sejarah keluarga dan hubungan pribadi,
terutama untuk remaja perempuan.
REFERENSI
Domhoff, G. W.,
Meyer-Gomes, K., & Schredl, M. (2005–2006). Dreams as the expression of
conceptions and concerns: A comparison of German and American college students.
Imagination, Cognition and Personality, 25, 269–282.
doi:10.2190/FC3Q-2YMR-9A5F-N52M
Domhoff, G. W.,
& Schneider, A. (2008). Studying dream content using the archive and search
engine on DreamBank.net. Consciousness and Cognition, 17,
1238–1247. doi:10.1016/j.concog.2008.06.010
Domhoff, G. W.,
& Schneider, A. (2008). Similarities and differences in dream content at
the cross-cultural, gender, and individual levels. Consciousness and
Cognition, 17, 1257–1265. doi:10.1016/j.concog.2008.08.005
Foulkes, D. (1999).
Children's dreaming and the development of consciousness. Cambridge, MA:
Harvard University Press.
Hall, C., &
Nordby, V. (1972). The individual and his dreams. New York, NY: New
American Library.
Jones, A. C.,
& Schulze, S. (2005). The role of dream analysis for exploring emotional
content during early adolescence. Health SA Gesondheid, 10,
33–46.
Maggiolini, A.,
Azzone, P., Provantini, K., Vigano, D., & Freni, S. (2003). The words of
adolescents' dreams: A quantitative analysis. Dreaming, 13,
107–117. doi:10.1023/A:1023354225941
Siegel, A.
(2005). Children's dreams and nightmares: Emerging trends in research. Dreaming,
15, 147–154. doi:10.1037/1053-0797.15.3.147
Strauch, I.
(2005). REM dreaming in the transition from late childhood to adolescence: A
longitudinal study. Dreaming, 15, 155–169.
doi:10.1037/1053-0797.15.3.155
Oberst, U., Charles,
C., & Chamarro, A. (2005). Influence of gender and age in aggressive
dream content of Spanish children and adolescents. Dreaming,
15,
170–177. doi:10.1037/1053-0797.15.3.170