Pages

Senin, 24 September 2012

Bahagia Seutuhnya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ




فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللَّـهِ وَاذْكُرُوا اللَّـهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ )الجمعة (10:

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu berbahagia. (QS. Al Jum’ah [62]: 10)

Kebahagiaan pada dasarnya adalah emosi senang atas kondisi yang ada pada diri seseorang. Memang sulit untuk menggambarkan kata yang tepat untuk bahagia. Yang pasti semua orang ingn bahagia. Dunia menyuguhkan banyak hal yang tak terduga oleh manusia. Karena itu manusia perlu memiliki sikap untuk menjalaninya. Sikap seseorang dalam menjalani kehidupan akan memberikan sudut pandang dan pilihan akan bahagia atau kecewa itu sendiri.

Ada beragam cara manusia dalam mendapatkan kebahagiaan. Ada yang mencarinya dengan berusaha mendapatkan materi dan kekayaan sebanyak mungkin. Inilah yang disebut dengan physical happiness. Kebahagiaan fisik adalah ketika seseorang merasa bahagia ketika mendapat gaji besar, bonus tahunan, mobil mewah ataupun rumah megah; penampilan dan wajah yang cantik dan rupawan; atau pakaian dan perhiasan yang indah. Physical happiness membuat seseorang terjebak pada pola hidup konsumerisme. Ia menjadi sangat konsumtif karena mengejar kebahagiaan dengan memiliki materi.

Ada pula orang yang merasa bahagia ketika mendapatkan pujian, penghargaan, atau pengakuan atas prestasi yang diraih. Itulah yang dinamakanemotional happiness. Riuhnya tepukan, piagam dan medali penghargaan, serta pujian dari masyarakat luas akan membuatnya begitu bahagia.

Physical dan emotional happiness cenderung sulit untuk dipenuhi karena sifat manusia selalu merasa tidak pernah puas. Kita bisa melihat pada pemberitaan di media masa tentang maraknya kasus korupsi. Hampir semua pelaku korupsi tingkat tinggi adalah orang yang berada di tingkat ekonomi menengah ke atas. Hal ini secara gamblang menunjukkan bahwa manusia selalu merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya. Menyandarkan kebahagiaan pada materi, tidak mungkin dicapai karena keinginan manusia selalu bertambah.

Mengejar physical dan emotional happiness kerap berujung pada kekecewaan bahkan stres. Pada pemilihan calon legislatif lalu, kita bisa melihat banyaknya orang yang menjadi sakit jiwa dari mulai yang ringan hingga berat ketika mereka gagal terpilih. Yang lebih tragis lagi bahkan ada yang sampai melakukan bunuh diri. Keinginan untuk memiliki jabatan tinggi agar mendapat penghasilan dan penghargan yang lebih tinggi, malah berujung mengenaskan.

Banyak orang yang gagal dalam upaya mencari kebahagiaan, terutama di kalangan remaja. Tingginya jumlah pengguna narkoba bahkan cenderung meningkat dari tahun ke tahun, merupakan bukti nyata banyak orang yang keliru memaknai arti kebahagiaan. Mereka terjebak pada kebahagiaan semu sehingga lari pada dugem,clubbing, gaya hidup konsumerisme, atau obat terlarang yang jelas sangat merusak dan menghancurkan diri.

Physical dan emotional happiness membutuhkan biaya besar, menimbulkan pemborosan, juga menimbulkan kesenjangan sosial, karena umumnya manusia makin serakah dan sibuk mengejar kepentingannya dirinya sendiri tanpa peduli pada orang lain. Korupsi, pembalakan hutan, pemalsuan obat, pengoplosan minyak, adalah perilaku manusia yang hanya mengejar kebahagiaan duniawi.

Apa Itu Kebahagiaan?

Kebahagiaan dalam bahasa arab disbut Falah. Perincian kata Falah itu merupakan komponen-komponen dari kebahagiaan. Kata turunannya dari Aflaha yaitu yuflihu, yuflihani Tuflihu, tuflihani, yuflihna (itu tidak ada dalam Al Quran ), dan tuflihuna (disebut sebelas kali dan selalu didahului La’allakum). Dengan mengetahui kalimat la’allkum Tuflihun maka kita diberi pelajaran bahwa semua perintah Tuhan dimaksudkan agar kita hidup bahagia.

Kata Falah biasanya bergandengan dengan beberapa kata lain penyebabnya. Nah kata-kata itulah petunjuk yang diberikan oleh Allah untuk bisa meraih kebahagiaan.

وَاتَّقُوا اللَّـهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ…

Bertakwalah Kepada Allah agar kalian berbahagia. QS Al Baqarah [2]: 189.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّـهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ) آل عمران (200:

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, agar kalian berbahagia. (QS. Ali Imran [3]:200)

Jalaludin Rakhmat (2010) menyebutkan bahwa Kebahagiaan bukan hanya ketentraman dan kenyamanan saja. Kenyamanan atau kesenangan satu saat saja tidak melahirkan kebahagiaan, tetapi juga harus ditambah dengan dengan menetapnya perasaan itu dalam diri. Artinya kebahagiaan itu bukan merupakan kesenangan sesaat, tetapi kesenangan itu harus tetap ada dalam diri kita. Maka dengan menetapnya rasa itu kita akan sedang mendapat bahagia.

Kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan keyakinan (iman) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu. Bilal bin Rabah merasa bahagia dapat mempertahankan keimanannya meskipun dalam kondisi disiksa. Imam Abu Hanifah merasa bahagia meskipun harus dijebloskan ke penjara dan dicambuk setiap hari, karena menolak diangkat menjadi hakim negara. Para sahabat nabi, rela meninggalkan kampung halamannya demi mempertahankan iman. Mereka bahagia. Hidup dengan keyakinan dan menjalankan keyakinan. (www.pesantrenvirtual.com)

Ayat-Ayat tentang Kebahagiaan

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَن تَأْتُوا الْبُيُوتَ مِن ظُهُورِهَا وَلَـٰكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَىٰ وَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا وَاتَّقُوا اللَّـهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴿البقرة: ١٨٩﴾

Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya[116], akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu bahagia (QS. AL Baqoroh [2]: 189)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْتُفْلِحُونَ ﴿المائدة: ٣٥﴾

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat kebahagiaan. (QS. Al Maidah [5]: 35)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ﴿المائدة: ٩٠﴾

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat kebahagiaan. (QS. Al Maidah [5]: 90)



قُل لَّا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ فَاتَّقُوا اللَّـهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ﴿المائدة: ١٠٠﴾

Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat kebahagiaan." (QS. Al Maidah [5]: 100)

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللَّـهِ وَاذْكُرُوا اللَّـهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ﴿الجمعة: ١٠﴾

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu berbahagia. (QS. Al Jum’ah [62]: 10)

أَوَعَجِبْتُمْ أَن جَاءَكُمْ ذِكْرٌ مِّن رَّبِّكُمْ عَلَىٰ رَجُلٍ مِّنكُمْ لِيُنذِرَكُمْ وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِن بَعْدِ قَوْمِ نُوحٍ وَزَادَكُمْ فِي الْخَلْقِ بَسْطَةً فَاذْكُرُوا آلَاءَ اللَّـهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴿الأعراف: ٦٩﴾

Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu? Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat kebahagiaan (QS. Al ‘araf [7]: 69)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّـهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴿الأنفال: ٤٥﴾

Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu bahagia. (QS. Al Anfal [8]: 45)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴿الحج: ٧٧﴾

Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kebahagiaan. (QS. Al Hajj [22]: 77 )

وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِن زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّـهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ﴿النور: ٣١﴾

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu bahagia (QS. An Nur [24]:31)

Sebagaimana di jelaskan di awal, beberapa perilaku yang diperintahkan Allah akan mendatangkan kebahagiaan. Menutup aurat, menjaga kemaluan, menjauhi khamar, atau lainnya itulah yang mendatangkan kebahagiaan. Jadi jelas dengan demikian bahwa hakikat dan sumber Kebahagiaan itu adalah keterikatan hati kita dengan Allah swt (Ketakwaan).

Reframing

هُوَ الَّذِي يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنشِئُ السَّحَابَ الثِّقَالَ

Allah memperlihatkan kepadamu halilintar untuk menimbulkan ketakutan dan harapan. Dia pula yang membentuk awan mendung itu. (al-Ra‘d [13]: 12).

Tamsil Al-Quran ini benar-benar indah dan menarik: halilintar dapat menimbulkan ketakutan dan bisa pula melahirkan harapan. Musibah dan bencana bisa menumbuhkan kearifan, bisa pula melahirkan keputusasaan. Kekayaan, kekuasaan, dan ketenaran bisa menjadi sumber bahagia. Pun bisa menjadi biang derita. Semua tergantung pada cara kita memandang dan menghadapi kenyataan hidup. Sesungguhnya hidup hanya soal sudut pandang.

Bahagia atau menderita adalah sebuah pilihan. Musibah itu adalah realitas objektif, penderitaan adalah realitas subjektif. Musibah adalah dunia di luar kita, penderitaan adalah pictures in our head. Begitupun dengan kebahagiaan. Kebahagiaan tidak ditentukan oleh kebahagiaan, kebahagiaan ditentukan oleh perasaan ketersambungan dengan tujuan hidup. KEBAHAGIAAN ITU OBJEKTIF,KEBAHAGIAAN ITU SUBJEKTIF. Happines is not in the more possesion of money; It lies in the joy of achivement, in the thrill of creative effort.

Karena itulah, agar kita senantiasa bahagia, maka kita harus menseting fikiran kita untuk senantiasa positif. Kita seting fikiran kita untuk melihat realitas sebagai kebahagiaan. Kita atur cara pandang kita untuk senantiasa melihat kebaikan, bukan sebaliknya. Sekali lagi ditegaskan bahwa bahagia itu adalah pilihan. Mari kita pilih bahagia.

Kesimpulan

BAHAGIA adalah PILIHAN dan Sudut pandang terhadap realitas. Tapi walau demikian, kita harus tetap menyadari bahwa hakikat dan sumber Kebahagiaan itu adalah keterikatan hati kita dengan Allah swt. Semua Musibah, kesenangan dan lainnya adalah kebaikan Allah untuk manusia, untuk menguji manusia siapakah yang terbaik amalnya dan agar manusia bisa naik tingkat.

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (QS. Al Mulk [67]:2)

Karena itu untuk mari kita isi hari-hari kita dengan keta’atan kepada Allah, berfikir positif, dan optimis, agar kita bisa melalui kehidupan kita ini dengan bahagia.

Kerja keras dan optimisme semestinya menjadi satu paket kehidupan. Akan selalu ada hasil jika ada fokus pada apa yang dikerjakan; selalu ada konsekuensi dari apa yang kita pilih. (jalaludin rakhmat)



Wallahu’alam


DAFTAR PUSTAKA

Rahmat, Jalaludin, 2010. Tafsir Kebahagian: Bandung: Serambi Ilmu Semesta

http://tanzil.info/

http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1216&Itemid=1

http://www.esqmagazine.com/2009/08/04/318/meraih-kebahagiaan-sejati.html