Pages

Senin, 24 September 2012

TEORI KEPRIBADIAN


A. Pendahuluan

Pemahaman akan diri merupakan sebuah prasyarat dalam menemukan hakikat kehidupan, karena dengan memahami diri, maka kita akan bisa menemukan siapa pencipta kita, sehingga peran yang dipikul oleh manusia sebagai makhluk bisa terlaksana dengan baik dan benar. Karena itu dalam proses pendidikan diperlukan sebuah usaha untuk bisa menumbuh kembangkan potensi yang dimilikinya.

Tujuan pendidikan adalah membentuk kepribadian yang bisa beradaptasi dengan lingkungan. Manusia merupakan makhluk yang memiliki potensi yang sangat besar, yang saling bergantung satu dengan lainnya, mulai dari potensi fisik, potensi akal (untuk berfikir), dan juga hati (untuk bisa merasa). Tiga potensi tersebut merupakan dasar pembentuk kepribadaian manusia. Atas dasar itulah, pendidkan memilki peran penting dalam menumbuh kembangkan potensi-potensi yang dimiliki tersebut agar mampu dimaksimalkan, sehingga seseorang bisa bertahan (survive) dalam kehidupan, dan berhasil menghadapi tantangan zamannya.

Kepribadian adalah salah satu syarat mutlak bagi manusia untuk memancarkan eksistensinya di dunia, terutama dalam mengejawantahkan anugerah manusia sebagai makhluk, baik mahkluk pribadi ataupun makhluk sosial. Karena itu pemahaman. (Booree, 2005).

Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang konsep teori kepribadian, mulai dari istilah yang biasa digunakan dalam menyebut kepribadian, pengertian teori kepribadian, latar belakang sejarah psikologi kepribadian, perubahan kepribdaian, dan  faktor yang mempengaruhi keragaman kepribadian.

B. Uraian Materi

1. Istilah-istilah dalam Kepribadian

Suryabrata (2010:1) dalam buku psikologi kepribadian menjelaskan bahwa para ahli sering mengistilahkan kepribadian dengan istilah characterologie atau karakterkunde, atau characteristic, typologie, personality, atau di Indonesia dikenal dengan watak, atau perangai.

Allport beranggapan bahwa istilah watak (character) dan kepribadian (personality) adalah satu dan sama, akan tetapi dipandang dari segi yang berlainan; jika orang hendak bermaksud mengenakan norma-norma, penilaian maka digunakan istilah watak, dan kalau orang tidak memberikan penilaian, menggambarkan apa adanya, maka istilah yang tepat adalah kepribadaian (personality). (Suryabrata, 2010:2).

2. Pengertian Teori Kepribadian.

a. Pengertian Teori

Booree (2005:12) mendefinisikan teori sebagai model (contoh) kenyataan yang membantu kita dalam memahami, menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol realitas tersebut. Kemudian, Yusuf dan Nurihsan (2008:2) mengartikan teori sebagai sekumpulan asumsi (dugaan, perkiraan, anggapan,) yang relevan dan secara sistematis saling berkaiatan; hipotesis atau spekulasi tentang kenyataan (realitas) yang belum diketahui kebenarannya secara pasti, sebelum diverifikasi melalui pengajuan dalam kenyatan; dan sekumpulan asumsi tentang keterkaitan antara peristiwa-peristiwa empiris (fenomena).

Fungsi dari teori yaitu untuk: mengarahkan perhatian, atau arah penelitian, dalam arti membantu penentuan fakta-fakta mana yang relevan bagi satu penelitian; merangkum pengetahuan dalam bentuk generalisasi; memprediksi dan meramalkan fakta. (Yusuf dan Nurihsan, 2008:2).

b. Pengertian Kepribadian

Kepribadian biasanya digunakan seseorang dalam hal evaluasi. Hal ini digunakan seseorang dalam mengukur kemampuan sosial nya (social skill) atau merefleksikan dirinya dalam karakter yang lebih unggul (Hall dan Lindzy, 1985)

Kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris personality. Kata personality sendiri berasal dari bahasa latin persona yang berarti topeng yang digunakan oleh aktor dalam suatu permaianan atau pertunjukan. Disini para aktor menyembunyikan kepribadiannya yang asli, dan menampilkan dirinya sesuai dengan topeng yang digunakannya (Yusuf dan Nurihsan, 2008:3).

Allport dalam buku Yusuf dan Nurihsan (2008:3) mendefiniskan kepribadian sebagai sebuah organisasi yang dinamis dalam diri individu tentang sistem psikofisik yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lngkungannya. Pengertian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Dinamis, merujuk kepada peruahan kualitas perilaku (karakteristik) individu, dari waktu ke waktu, atau dari situasi ke situasi

2) Organisasi, yang menekankan kepada pola struktur kepribadian yang independen, yang masing-masing bagian tersebut mempunyai hubungan khusus satu sama lainnya. Hal ini menunjukan bahwa kepribadian itu bukan kumpulan sifat-sifat, dalam arti satu sifat ditambah sifat yang lainnya, melainkan keterkaitan antara sifat-sifat tersebut, yang sama lainnya saling berhubungan atau berinterlasi.

3) Sistem psikofisik, yang terdiri dari kebiasaan, sikap, emosi, sentimen, motif, keyakinan, yang kesemuanya merupakan aspek psikis, juga mempunyai dasar fisik dalam diri inidvidu, seperti: syaraf, kelenjar, atau tubuh inividu secara keseluruhan. Sistem psikofisik ini meskipun mempunyai dasar pondasi pembawaan, namun dalam perrkembangannya lebih dipengaruhi oleh hasil belajar.

4) Determine, yang menujukan peranan sistem psikofisik. Dalam diri individu, sistem ini mendasari kegiatan-kegiatan yang khas, dan mempengaruhi bentuk-bentuknya. Sikap, keyakinan, kebiasaan, atau elemen-elemen sistem psikofisik lainnya muncul melalui stimlus, baik dari lingkungan, maupun dari dalam diri individu itu sendiri.

5) Unik, merujuk pada keuinikan dan keragaman tingkah laku individu sebagai ekspresi dari pola sistem psikofisiknya. Dalam proses penyesuaian diri terhadap lingkungan, tidak ada reaksi/respon yang sama dari dua orang, meskipun kembar identik.

Dari penjelasan-penjelasan di atas maka istilah teori kepribadian diartikan sebagai seperangkat “asumsi tentang kualitas tingkah laku manusia berserta definisi empirisnya” (Hall dan Lindzy, 1985:9). Mengenai asumsi ini dapat diberikan contoh sebagai berikut:

a. Semua tingkah laku dilatarbelakangi motivasi.

b. Kecemasan yang tinggi menyebabkan penurunan mutu kegaiatan bekerja atau belajar.

c. Perkembangan (psikofisik) individu dipengaruhi oleh pembawaan, lingkungan, dan kematangan.

Menurut Pervin sebagaimana dikutip oleh Yusuf dan Nurihsan (2008:6), teori kepribadin itu merupakan upaya untuk menjawab pertanyaan “what, how, dan “why”. Pertanyaan “what” terkait dengan karakteristik seseorang dan bagaimana karakteristik tersebut diorganisasikan dalam hubungannya dengan orang lain. Seperti pertnayaan apakah dia itu jujur, ajeg, dan memiliki kebutuhan berprestasi tinggi? Pertanyaan “how” merujuk pada faktor-faktor yang mempengaruhi keprbadian, sementara “why” merujuk kepada motivasional individu berprilaku, sperti pertanyaan mengapa orang mengalami depresi? Jawabannya mungkin karena dia dihina orang, kehilangan orang yang dicintainya, atau karena dia tidak lulus ujian.

3. Latar Belakang Sejarah Penentuan Tipe Kepribadian

Teori kepribadian mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Sebelum mencapai zaman penelitian empiris seperti sekarang Penentuan tipe kepribdaian telah banyak dilakuakan. Suryabrata (2010), membagi usaha yang dilakukan oleh orang-orang untuk merumuskan teori kepribadian sebagai berikut:

a. Usaha-usaha yang bersifat prailmiah

Diantara usaha-usaha dalam menyusun kerangka teori psikologi ada yang sifatnya masih prailmiah. Usaha-usaha yang terkenal antara lain: Chirology (Ilmu gurat wajah) yang didasari atas pemikiran bahwa gurat-gurat tanan itu tidak ada yang sama satu sama lain; Astrology (ilmu perbintangan); Grafologi (ilmu tentang tulisan tangan); Phisiognomy( ilmu tentang wajah); Phreology (ilmu tenatng tengkorak).

b. Usaha yang lebih tinggi nilainya

Usaha dalam menegetahui kepribadian yang dilakukan sebelum menginjak zaman penelitian ilmiah adalah Ajaran tentang cairan tubuh yang dicetusoleh Hippocrates dan Galenus. Hipocrates (460-370 sebelum masehi) adalah bapak kedokteran. Ia terpengaruh oleh kosmologi Empedokles, yang menganggap bahwa alam semesta ini tersusun atas dasar tanah, air, udara, dan api, dengan sifat dukungannya yaitu: kering, basah, dingin dan panas. Hippocartes berpendapat bahwa dalam diri seseorang terdapat empat macam sifat tersebut yang didukung oleh keadaan konstitusional yang berupa cairan-cairan yang ada dalam tubuh orang itu, yaitu:

1) Sifat kering terdapat dalam chole (empedu kuning)

2) Sifat basah terdapat dalam melanchole (empedu hitam)

3) Sifat dingin terdapat dalam phlegma (lendir), dan

4) Sifat panas terdapat dalam sanguis (darah)

Kemudian Galenus menyempurnakan ajaran Hippocrates tersebut, dan membeda-bedakan kepribadian manusia atas dasar keadaan proporsi campuran cairan-cairan tersebut. Kalau cairan-cairan tersebut sifatnya dominan, mka bisa mengakibatkan adanya sifat-sifat dan kejiwaan yang khas, yang kemudian Galenus menyebutnya dengan tempramen. Tabel 1 di bawah akan menjelaskan ikhtisar tersebut:

Tabel 1. Tipologi Hippocrates-Galenus

Cairan Dominan Prinsip Tipe Sifat Khasnya

Chloe Tegangan Kholeris Hidup (besar semangat), keras, hatinya mudah terbakar, daya juang tinggi, optimis

Melanchole Penegaran (rigidity) Melankholis Mudah kecewa, daya juang kecil, muram, pesimis

Phlegma Plastisitas Phlegmatis Tak suka terburu-buru, tenang, tidak mudah dipengaruhi, setia

Sanguis Ekspansivitas Sanguinis Hidup, mudah berganti haluan, ramah.

4. Perubahan Kepribadian

Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun kenyataan sering ditemukan adanya perubahan kepribadian, perubahan itu dipengaruhi oleh faktor gangguan fisik dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut diantaranya:

a. Faktor fisik, seperti: Gangguan otak, kurang gizi, mengkonsumsi obat terlarang, minuman keras, dan gangguan organik (sakit atu kecelakaan)

b. Faktor lingkungan sosial budaya, seperti: krisis politik, ekonomi, dan keamanan yang menyebabkan terjadinya masalah pribadi (stres, depresi) dan masalah sosial (pengangguran, premanisme, dan kriminalitas)

c. Faktor diri sendiri, seperti: tekanan emosional, idetifaskasi atau imitasi terhadap orang lain yang berkerpibadaina menyimpang.

5. Faktor yang Memspengaruhi Keragaman Teori Kepribadaian

Perkembangan teori kepribadian tidak terlepas dari pribadi pembangunan teori itu sendiri, pengalaman hidupnya, dan suasana kehidupan dimana dia berada. Menurut Steffire dan Matheny (dalam Yusuf dan Nurihsan, 2008) ada beberpa faktor yang mempengaruhi keragaman teori kepibadian, yaitu sebagai berikut:

a. Personal, teori merupakan refleksi dari kepribadaian pembangunnya.

b. Sosiologis, corak kehidupan sosial budaya tempat pembangun teori itu hidup

c. Filsafat, cara pandang yang dianut oleh pembangun teori tentang suatu fenomena kehidupan

d. Agama, keyakinan yang dianut oleh pembangun teori.

6. Mazhab Besar dalam Teori Kepribadian

Teori-teori kepribadian sekarang, tidak lepas dari tiga mazhab besar, peletak dasar ilmu psikologi barat. Tiga mazhab besar itu yaitu: Psikoanalisis, Behavioristik,dan Humanistik.

Psikoanalisis adalah aliran pertama dalam pembangunan teori kepribadian modern, dengan membagi struktur kepribadian menjadi id (komponensn biologis) ego (komponen psikologis), dan superego (komponen sosial) (Corey, 2009:14). Tokoh utama dalam mazhab ini adalah Sigmund Freud. Pandangan Freudian tentang sifat manusia pada dasarnya adalah pesimistik, deterministik, mekanistik, dan reduksional. Manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi tak sadar, kebtuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis naluriah, dan peristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama kehidupan (Corey, 2009:15).

Behavioristik adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Dalil dasarnya yaitu tingkah laku itu tertib, dan bahwa eksperimen yang dikendalikan dengan cermat akan menyingkap hukum yang mengendalikan tingkah laku. Behavioristik memandang manusia dengan kecenderungan-kecederunngan positif dan negatif yang sama. Dan pribadi manusia dibentuk oleh lingkungan sosial budayanya. (Corey, 2009: 195).

Humanistik berkembang setelah banyaknya pendekatan behavioristik, dan menilai bahwa padangan behavioristik terlalu mekanis. Berbeda dengan pandangan psikoanalisis yang memandang manusia negatif, humanistik berasumsi bahwa pada dasarnya manusia memiliki potensi-potensi yang baik, minimal lebih banyak baiknya dari pada buruknya. Aliran ini memfokuskan pada telaah kualitas-kualitas insani. Yakni kemampuan khusus manusia yang ada pada manusia, seperti kemampuan abstraksi, aktualisasi diri, makna hidup, pengembangan diri, dan rasa estetika. Kualitas ini khas dan tidak dimiliki oleh makhluk lain. Aliran ini juga memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki otoritas atas kehidupannya sendiri. Asusmsi ini menunjukkan bahwa manusia makhluk yang sadar dan mandiri, pelaku yang aktif yang dapat menentukan hampir segalanya. Karena itu dalam membangun teori kepribadian, penciptaan makna, kesadaran diri, kebebasan dan tanggung jawab sangat ditekankan (Corey, 2009:55-56).





DAFTAR PUSTAKA

Boeree, C.G. 2005. Personality theories (cetakan ke II). Yogyakarta: Primashopie

Corey, G. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama

Hall, C.,Lindzey,G. 1985. Personality Theories.

Suryabrata, S. 2010. Psikologi Kepribadian (cetakan 17). Jakarta: Rajawali

Yusuf, S., Nurihsan. J. 2008. Teori Kepribdaian. Bandung: Rosdakarya.