Pages

Jumat, 04 September 2015

KONSELING LINTAS BUDAYA



Untuk sepenuhnya memahami konsep konseling lintas budaya, maka perlu dipahami terlebih dahulu pemahaman umum akan istilah budaya dan konseling. Budaya terdiri dari pola dan hasil perilaku yang dikirimkan oleh simbol pada anggota masyarakat tertentu (Sills, 1972). Hal Ini mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, ekonomi, agama, bahasa, dan organisasi sosial yang berupa implisit atau eksplisit. Istilah ini pertama kali disajikan dalam bahasa Inggris dalam konteks antropologis oleh Edward Tyler pada tahun 1871 (Winthrop, 1991).
Konseling telah dijelaskan sejak abad keempat belas sebagai bentuk psikoterapi suportif  konselor dalam memberdayakan klien untuk memecahkan/masalah nya sendiri (Simpson & Weiner, 1989). Sue dan Sue (1990) menjelaskan bahwa konseling sebagai proses komunikasi interpersonal yang melibatkan pesan verbal dan nonverbal. Secara lanjut mereka menyatakan bahwa di Amerika Serikat, konseling menekankan komunikasi verbal, ekspresi emosional, dan memiliki tujuan memperoleh wawasan. 
Konseling lintas budaya menggambarkan hubungan konseling yang melibatkan peserta yang secara budaya berbeda satu sama lain (Atkinson, Morten, & Sue, 1993). Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan hubungan konseling yang terdiri dari seorang konselor dan klien etnis minoritas, tetapi sekarang lebih akurat digunakan untuk menggambarkan semua hubungan lintas-budaya, termasuk yang melibatkan dua atau lebih latar belakang ras atau etnis yang berbeda. Konseling lintas budaya yang efektif terjadi ketika pesan verbal dan nonverbal secara efektif dikirim dan diterima oleh konselor dengan klien, ketika konselor menyadari realitas sosial politik dari ras dan klien etnis minoritas (Sue & Sue, 1990).
Konseling  lintas budaya sering salah digunakan bergantian dengan psikologi lintas-budaya. Psikologi lintas-budaya mengacu pada studi sistematis perilaku yang terjadi dalam budaya yang berbeda dengan tujuan membentuk hukum psikologis bersifat universal dan budaya khusus (lih Atkinson et al, 1993;. Triandis, 1980). Konseling multikultural, bagaimanapun, identik dengan konseling lintas budaya. Pedersen (1994) mendefinisikan konseling multikultural sebagai bantuan yang  melibatkan dua orang atau lebih yang memiliki cara berbeda untuk melihat lingkungan sosial mereka. Dia juga menyatakan bahwa istilah multikultural disebut berbagai kelompok dengan status yang sama, sebagai lawan lintas budaya, yang menyiratkan bahwa satu budaya lebih baik dari yang lain. Untuk alasan ini, ia menyarankan bahwa multikultural istilah digunakan daripada lintas-budaya.

References
Atkinson, D. R., Morten, G., & Sue, D. W. (1993). Counseling American minorities: A cross-cultural perspective (4th ed.). Madison, WI: Mark Publishers.
Pedersen, P. (1994). A handbook for developing multicultural awareness (2nd ed.). Alexandria, VA: American Counseling Association.
Sills, D. L. (Ed.). (1972). International encyclopedia of the social sciences (Vol. 3). New York: Macmillan and Free Press.
Simpson, J. A., & Weiner, E.S.C. (Eds.). (1989). The Oxford English dictionary (2nd ed.). Oxford: Oxford University Press.
Sue, D. W., & Sue, D. (1990). Counseling the culturally different: Theory and practice (2nd ed.). New York: Wiley.
Triandis, H. C. (1980). Introduction to Handbook of cross-cultural psychology. In H. C. Triandis & W. W. Lambert (Eds.), Handbook of cross-cultural psychology. 1. Perspectives (Vol. 1, pp. 1-14). Boston: Allyn & Bacon.
Winthrop, R. H. (Ed.). (1991). Dictionary of concepts in cultural anthropology. Westport, CT: Greenwood Press.

Kutipan Sumber   (MLA Edisi ke-7) 
Berkel, La Verne A. "Cross-Cultural Counseling." Key Words in Multicultural Interventions: A Dictionary. Ed. Jeffery Scott Mio, et al. Westport, CT: Greenwood Press, 1999. 56-57. Gale Virtual Reference Library. Web. 3 Sept. 2015.