Pages

Kamis, 25 Maret 2010

Efektif dengan 7 Kebiasaan

I. Born To Be a WINNER

Manusia Terlahir sebagai Pemenang, Manusia dilahirkan dari proses bertemunya 1 sperma dan 1 ovum. Dari jutaan sperma hanya 1 sperma yang mampu membuahi ovum. Pria normal menghasilkan 250-500 juta sel sperma. 80 % diantaranya mati saat berenang mengarungi cairan rahim yang asam. 20 % yang selamat berenang melawan arus melewati tuba falopi yang panjang. Cuma 50 ribu sel saja yang selamat. Sel yang selamat itu masihlah terus berjuang. Dan hanya dibutuhkan satu sel sperma untuk bisa membuahi. Ialah yang kemudaian berubah menjadi zigot, dan terlahir sebagai manusia. ITULAH KITA.


II. Tipologi Pola Pikir Manusia Abad Ini.

Manusia seharusnya menyadari potensi terbesar yang dimilkinya. Dari riwayat penciptaannya pun bisa terlihat bahwa hakikatnya semua orang adalah pemenang sejati. Tapi sayang, cara pandang yang slah dalam melihat dunia, dan tidak adanya karakter untuk bisa memimpin baik untuk diri sendiri atau orang lain, menyebabkan potensi dasyatnya itu terbelenggu. Nanang Qasim menuliskan dalan 7 awareness pola kepribadian manusia di abad ini dengna 3 bentuk. Pertama mereka yang berfikiran seperti pengemis. Kedua mereka yang berfikiran seperti budak. Dan ketiga merka yang berfikire bijak sebagai seorang raja. Ketiga bentuk pola pemikiran ini dibangaun dalam konsep tipologi kepribadian. Yaitu :

1. Pola Fikir Seorang Pengemis

Karakter dari tipe pola fikir ini antara lain:

Ø Hanya berfikir bagaimana hidup hari ini.

Ø Moto mereka adalah “hidup untuk makan, makan untuk hidup”

Ø Mentalitas peminta-minta bukan pemberi. Mereka membangun akarnya bukan kedalam hatinya, tapi ke permukaan; bukan berharap pada kemampuan dirinya tapi mengharap orang lain

2. Pola Fikir Seorang Budak

ØTidak memikirkan diri sendiri. Bisa berfikir untuk satu bulan, tapi hanya untuk diri dan keluarga.

ØSosok manusia yang termakan ambisi, membungkuk pada harta uang, jabatan

Ø Sering dihinggapi beberapa permasalahan (penyakit) kejiwaan yaitu

a. Self sightedness. yaitu merasa Dirinya menajadi pusat segalanya, hanya memperdulikan fikirannya sendiri, sering asyik dengan apa yang dia lakukan sampai melupakan sekitarnya tanpa sadar

b. Stress Surender. Masalah yang komplek membuatnya menjadi pribadi yang terlihat kalah dalam perjuangan hidup

c. Ups and Down. Perasaan yang tidak menentu, terkadang semangat terkadang juga lelah

d. Chronic Cynicism. Kebiasaan mengkeritik, menyalahkan, dan selalu merasa tersaingi; bukan mencari kebaikan orang lain, tapi mencari kesalahan-kesalahan orang lain tanpa henti “Susah liat orang seneng, seneng liat orang susah”

e. Grouchiness. Menertawakan orang lain. Bukan tertawa karena punya jiwa humoris yang tinggi, tapi menertawakan apa yang tidak layak ditertawakan

f. Polyphasia. Kehilangan fokus/mengerjakan tugas dalam waktu yang sama. Sering terlihat bingung dari mana harus mulainya .

g. Feeling Pestered. Mudah tersinggung dan merasa terganggu oleh orang disekitarnya

h. Psychological Absenteeism Berfikir banyak, berfikir ke belakang tentang apa yang belum dikerjakan sehingga menimbulkan depresi

i. Chrono-Currency Memandang waktu sebagi uang dan sewtiap waktu yang tidak menghasilkan uang dianggap penghamburan dan sia-sia. Inilah bidak sang uang.

j. Ritual Deficit Disoner Perasaan kekosongan rohaniah, kehilangna makna hidup dan sering merindukan spiritual. Memilki kehampaan yang sangat dalam di dalam kehidupan

k. Wearines Terlihat kelelahan tanpa henti, pola tidu yang terganggu, serta seing mengantuk ketika sedang duduk.

l. Loss Comunication Malas berkomunikasi, baik kepda dirinya atuapun kepada orang lain

3. Pola Fikir Raja

Ciri dari tipe tipologi ini antara lain:

Ø Berfikir jauh ke depan, untuk generasi yang akan datang, untuk kemakmuran semuanya.

Ø Kuatnya visi yang mereka yakini

Ø Lebih mendengar suara hati

Ø Menciptakan sesuatu yang berbeda

Ø Menginspirasi dan berkomitmen

Ø Mereka yang mampu memimpin diri dan orang lain


III. anusiag dalam 7 kebiasaan ini yiautu dan terlahirlah manusiaaang panjang. cuma Ciri Kepemimpinan Menurut Stephen Covey

1. Terus belajar

Pemimpin yang berprinsip menganggap hidupnya sebagai proses belajar yang tiada henti untuk mengembangkan lingkaran pengetahuan mereka. Di saat yang sama, mereka juga menyadari betapa lingkaran ketidaktahuan mereka juga membesar. Mereka terus belajar dari pengalaman. Mereka tidak segan mengikuti pelatihan, mendengarkan orang lain, bertanya, ingin tahu, meningkatkan ketrampilan dan minat baru.

2. Berorientasi pada pelayanan

Pemimpin yang mampu melihat kehidupan ini sebagai misi, bukan karir. Ukuran keberhasilan mereka adalah bagaimana mereka bisa menolong dan melayani orang lain. Inti kepemimpinan yang berprinsip adalah kesediaan untuk memikul beban orang lain.

3. Memancarkan energi positif

Secara fisik, pemimpin yang berprinsip memiliki air muka yang menyenangkan dan bahagia. Mereka optimis, positif, bergairah, antusias, penuh harap, dan mempercayai. Mereka memancarkan energi positif yang akan mempengaruhi orang-orang di sekitarnya.

4. Mempercayai orang lain

Mereka yakin orang lain mempunyai potensi yang tak tampak. Namun tidak bereaksi secara berlebihan terhadap kelemahan-kelemahan manusiawi. Mereka tidak merasa hebat saat menemukan kelemahan orang lain. Ini membuat mereka tidak menjadi naif.

5. Hidup Seimbang

Mereka tidak menerima atau menolak sama sekali sesuatu. Meraka sadar dan penuh pertimbangan dalam tindakan. Ini membuat diri mereka seimbang, tidak berlebihan, mampu menguasai diri, dan bijak.

6. Melihat hidup sebagai sebuah petualangan

Mereka melihat hidup ini selalu sebagai sesuatu yang baru. Mereka siap menghadapinya karena rasa aman mereka datang dari dalam diri, bukan luar. Mereka menjadi penuh kehendak, inisiatif, kreatif, berani, dinamis, dan cerdik. Karena berpegang pada prinsip, mereka tidak mudah dipengaruhi namun fleksibel dalam menghadapi hampir semua hal. Mereka benar-benar menjalani kehidupan yang berkelimpahan.

7. Sinergistik

Mereka adalah katalis perubahan. Setiap situasi yang dimasukinya selalu diupayakan menjadi lebih baik. Karena itu, mereka selalu produktif dalam cara-cara baru dan kreatif. Dalam bekerja mereka menawarkan pemecahan sinergistik, pemecahan yang memperbaiki dan memperkaya hasil, bukan sekedar kompromi dimana masing-masing pihak hanya memberi dan menerima sedikit.

8. Berlatih untuk memperbarui diri

Pemimpin yang berprinsip secara teratur melatih empat dimensi kepribadian manusia: fisik, mental, emosi, dan spiritual. Mereka selalu memperbarui diri secara bertahap. Dan ini membuat diri dan karakter mereka kuat, sehat dengan keinginan untuk melayani yang sangat kuat pula.

Kedelapan ciri di atas bisa dibentuk dengan cara membuat sebuah kebiasaan-kebiasaan yang efektif. Kebiasaan-kebiasaan itulah yang membentuk karakter, dan karakter itulah yang membentuk kepribadian. Stephen Covey membuat kebiasaan itu dalam 7 bentuk kebiasaan yang efektif, yang berguna dalam peningkatan kualitas hidup manusia.

“taburlah gagasan, petiklah perbuatan, taburlah perbuatan petiklah kebiasaan, taburlah kebiasaan, petiklah karakter, taburlah karakter, petiklah nasib. (Stephen Covey)

IV. 7 Kebiasan Baik yang Efektif (Stephen Covey)

1. Menjadi Proaktif

Menjadi proaktif adalah sesuatu yang lebih dari sekadar mengambil inisiatif. Proaktif berarti menyadari bahwa kita bertanggung jawab terhadap pilihan-pilihan kita dan memiliki kebebasan untuk memilih berdasarkan prinsip dan nilai, dan bukan berdasarkan suasana hati atau kondisi di sekitar kita. Orang-orang yang proaktif adalah agen-agen perubahan, dan memilih untuk tidak menjadi korban, untuk tidak menjadi reaktif; mereka memilih untuk tidak menyalahkan orang lain.

2. Mulai dengan tujuan akhir

Individu, keluarga, tim, dan organisasi membentuk masa depan mereka dengan terlebih dahulu menciptakan sebuah visi mental untuk segala proyek, baik besar maupun kecil, pribadi atau antarpribadi. Mereka tidak sekadar hidup dari hari ke hari tanpa tujuan yang jelas dalam pikiran mereka. Mereka mengidentifikasi diri dan memberikan komitmen terhadap prinsip, hubungan, dan tujuan yang paling berarti bagi mereka.

3. Dahulukan yang utama

Mendahulukan yang utama berarti mengatur aktivitas dan melaksanakannya berdasarkan prioritas-prioritas yang paling penting. Apa pun situasinya, hal itu berarti menjalani kehidupan dengan didasarkan pada prinsip-prinsip yang Anda rasakan paling berharga, bukan oleh agenda dan kekuatan sekitar yang mendesak Anda.

4. Berfikir Menang-menang

Berpikir menang-menang adalah kerangka pikiran dan hati yang berusaha mencari manfaat bersama dan saling menghormati di dalam segala jenis interaksi. Berpikir menang-menang adalah berpikir dengan dasar-dasar Mentalitas Berkelimpahan yang melihat banyak peluang, dan bukan berpikir dengan Mentalitas Berkekurangan dan persaingan yang saling mematikan. Kebiasaan ini bukanlah berpikir secara egois (menang-kalah) atau seperti martir (kalah-menang). Kebiasaan ini adalah berpikir dengan mengacu pada kepentingan "kita," bukan "aku."

5. Berusaha Memahami Dulu, Baru Kemudian Berusaha Dipahami.

Jika kita mendengar dengan maksud untuk memahami orang lain, dan bukan sekadar untuk mencari celah untuk menjawab, kita bisa memulai komunikasi dan pembentukan hubungan yang sejati. Peluang-peluang untuk berbicara secara terbuka dan untuk dipahami kemudian akan datang secara lebih alamiah dan mudah. Berusaha untuk memahami memerlukan pertimbangan matang; berusaha untuk dipahami memerlukan keberanian. Efektivitas terletak pada menyeimbangkan atau menggabungkan keduanya.

6. Bersinergi

Sinergi adalah alternatif ketiga—bukan cara saya, cara Anda, tetapi sebuah cara ketiga yang lebih baik daripada apa yang bisa kita capai sendiri-sendiri. Sinergi merupakan buah dari sikap menghormati, menghargai, dan bahkan merayakan adanya perbedaan di antara orang-orang. Sinergi bersangkut paut dengan upaya untuk memecahkan masalah, meraih peluang dan menyelesaikan perbedaan. Ini seperti kerja sama kreatif di mana 1 + 1 = 3 , 1 1 , 111 ... Atau lebih banyak lagi.

Sinergi juga merupakan kunci keberhasilan dari tim atau hubungan efektif mana pun. Sebuah tim yang bersinergi adalah sebuah tim yang saling melengkapi, di mana tim itu diatur sedemikian rupa sehingga kekuatan dari para anggotanya bisa saling menutupi kelemahan-kelemahannya. Dengan cara ini kita mengoptimalkan kekuatan, bekerja dengan kekuatan tersebut, dan membuat kelemahan dari masing-masing orang menjadi tidak relevan.

  1. Asahlah Gergaji

Mengasah gergaji berkenaan dengan upaya kita untuk memperbarui diri secara terus-menerus pada empat bidang dasar kehidupan: fisik, sosial/emosional, mental, dan spiritual. Ini adalah kebiasaan yang meningkatkan kapasitas kita untuk menjalankan semua kebiasaan lain yang akan meningkatkan efektivitas kita.

Tiga kebiasaan yang pertama bisa diringkas dalam sebuah pernyataan empat kata yang amat sederhana: Membuat dan memenuhi janji. Kemampuan untuk membuat janji adalah proaktivitas (Kebiasaan 1). Apa yang dijanjikan adalah Kebiasaan 2, dan memenuhi janji adalah Kebiasaan 3.

Tiga kebiasaan selanjutnya bisa diringkas dalam sebuah kalimat pendek: Libatkan orang dalam permasalahan dan carilah penyelesaiannya bersama-sama. Hal ini memerlukan rasa saling menghormati (Kebiasaan 4), saling memahami (Kebiasaan 5), dan kerja sama kreatif (Kebiasaan 6).

Dan terakhir di Kebiasaan 7, Mengasah Gergaji, adalah meningkatkan kompetensi di empat bidang kehidupan: tubuh, pikiran, hati, dan jiwa. Kebiasaan ini memperbarui integritas dan rasa aman seseorang yang berasal dari kedalaman dirinya sendiri (Kebiasaan 1, 2, dan 3) dan memperbarui semangat maupun karakter untuk membentuk tim yang saling melengkapi.

Prinsip-Prinsip Yang Diwujudkan Dalam 7 Kebiasaan

3 Hal penting dalam 7 kebiasaan ini yaitu: Pertama, prinsip-prinsip itu bersifat universal. Artinya, prinsip-prinsip itu mengatasi batas-batas budaya dan terkandung dalam semua agama utama dunia maupun falsafah hidup yang tak lekang oleh waktu. Kedua, prinsip-prinsip ini abadi—tak pernah berubah. Ketiga, prinsip-prinsip ini terbukti dengan sendirinya.

Dalam hal prinsip-prinsip yang mendasari 7 Kebiasaan, manusia tidak bisa membantah pentingnya tanggung jawab atau inisiatif, memiliki tujuan, integritas, saling menghormati, saling memahami, kerja sama kreatif, atau pentingnya untuk terus-menerus memperbarui diri. Tujuh Kebiasaan adalah prinsip-prinsip yang menyangkut karakter yang membentuk siapa dan apa diri manusia. Kebiasaan-kebiasaan ini memberikan basis bagi kredibilitas, wewenang moral, dan keterampilan yang membuat manusia bisa memiliki pengaruh besar dalam sebuah organisasi, termasuk keluarga, komunitas, dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Covey, Stephen. 2005. THE 8th HABIT Melampaui Efektivitas, Menggapai Keagungan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Yusuf, Nanang Qasim. 2006. The 7 Awareness. Jakarta: Grasindo