Untuk sepenuhnya
memahami konsep konseling lintas budaya, maka
perlu dipahami terlebih dahulu pemahaman umum akan
istilah budaya
dan konseling. Budaya terdiri dari pola dan hasil perilaku yang dikirimkan oleh simbol pada anggota masyarakat tertentu (Sills, 1972).
Hal Ini mencakup pengetahuan, kepercayaan,
seni, ekonomi, agama, bahasa, dan organisasi sosial yang berupa implisit atau eksplisit. Istilah ini pertama kali
disajikan dalam bahasa Inggris dalam konteks antropologis oleh Edward Tyler
pada tahun 1871 (Winthrop, 1991).
Konseling telah dijelaskan sejak abad keempat belas
sebagai bentuk psikoterapi suportif konselor dalam memberdayakan
klien untuk memecahkan/masalah nya sendiri (Simpson & Weiner, 1989). Sue
dan Sue (1990) menjelaskan bahwa konseling sebagai
proses komunikasi interpersonal yang melibatkan pesan verbal dan nonverbal.
Secara lanjut mereka menyatakan bahwa di Amerika Serikat, konseling menekankan komunikasi verbal, ekspresi emosional, dan memiliki tujuan
memperoleh wawasan.
Konseling lintas budaya menggambarkan hubungan konseling
yang melibatkan peserta yang secara budaya berbeda satu sama lain (Atkinson,
Morten, & Sue, 1993). Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan
hubungan konseling yang terdiri dari seorang konselor dan klien etnis minoritas, tetapi sekarang lebih
akurat digunakan untuk menggambarkan semua hubungan lintas-budaya, termasuk
yang melibatkan dua atau lebih latar belakang ras atau etnis yang berbeda.
Konseling lintas budaya yang efektif terjadi ketika pesan verbal dan nonverbal
secara efektif dikirim dan diterima oleh konselor dengan klien, ketika
konselor menyadari realitas sosial politik dari ras dan klien etnis minoritas (Sue & Sue, 1990).
Konseling lintas
budaya sering salah digunakan bergantian dengan psikologi lintas-budaya.
Psikologi lintas-budaya mengacu pada studi sistematis perilaku yang terjadi dalam budaya yang berbeda dengan tujuan membentuk hukum psikologis bersifat universal dan budaya khusus
(lih Atkinson et al, 1993;. Triandis, 1980). Konseling multikultural,
bagaimanapun, identik dengan konseling lintas budaya. Pedersen (1994) mendefinisikan konseling multikultural sebagai bantuan
yang melibatkan dua orang atau lebih yang memiliki
cara berbeda untuk melihat lingkungan sosial mereka. Dia juga menyatakan bahwa
istilah multikultural disebut berbagai kelompok dengan status yang sama,
sebagai lawan lintas budaya, yang menyiratkan bahwa satu budaya lebih baik dari
yang lain. Untuk alasan ini, ia menyarankan bahwa multikultural istilah
digunakan daripada lintas-budaya.
References
Atkinson, D. R., Morten, G., & Sue, D. W. (1993). Counseling
American minorities: A cross-cultural perspective (4th ed.). Madison, WI:
Mark Publishers.
Pedersen, P. (1994). A handbook for developing
multicultural awareness (2nd ed.). Alexandria, VA: American Counseling
Association.
Sills, D. L. (Ed.). (1972). International encyclopedia of
the social sciences (Vol. 3). New York: Macmillan and Free Press.
Simpson, J. A., & Weiner, E.S.C. (Eds.). (1989). The
Oxford English dictionary (2nd ed.). Oxford: Oxford University Press.
Sue, D. W., & Sue, D. (1990). Counseling the
culturally different: Theory and practice (2nd ed.). New York: Wiley.
Triandis, H. C. (1980). Introduction to Handbook of
cross-cultural psychology. In H. C. Triandis & W. W. Lambert (Eds.), Handbook
of cross-cultural psychology. 1. Perspectives (Vol. 1, pp. 1-14). Boston:
Allyn & Bacon.
Winthrop, R. H. (Ed.). (1991). Dictionary of concepts in
cultural anthropology. Westport, CT: Greenwood Press.
Kutipan Sumber (MLA Edisi ke-7)
Berkel, La Verne A.
"Cross-Cultural Counseling." Key Words in Multicultural
Interventions: A Dictionary. Ed. Jeffery Scott Mio, et al. Westport,
CT: Greenwood Press, 1999. 56-57. Gale Virtual Reference Library. Web. 3
Sept. 2015.