Pages

Sabtu, 16 Februari 2013

Tiga Hal Pembawa Keberuntungan


Pada suatu hari, Imam Syafi'i datang berkunjung ke rumah Imam Ahmad bin Hambal. Seusai makan malam bersama, Imam Syafi'i masuk ke kamar yang telah disediakan untuknya dan beliau segera berbaring hingga esok fajar.

Putri Imam Ahmad yang mengamati Imam Syafi'i sejak awal kedatangannya hingga masuk kamar tidur terkejut melihat teman dekat ayahnya itu. Dengan terheran-heran, ia bertanya, 'Ayah,ayah selalu memuji dan mengatajan bahwa ima Syafii itu seorang ulama yang amat alim. Namun setelah kuperhatikan dengan seksama, pada dirinya banyak hal yang tidak  berkenan di hatiku, dan tidak seaim yang kukira."
Imam Ahamad agak terkejut mendengar perkataan putrinya. Ia balik bertanya, "Ia seorang yang alim anakku. mengapa engkau berkata demikian?"
Sang putri berkafa lagi, "Aku perhatikan, ada tiga hal kekurangannya ,Ayah. Pertama, ada waktu disuguhi makan, makannya lahap sekali. Kedua, sejak masuk ke kamarnya, ia tidak shalat malam dan baru keluar dari kamarnya sesudah tiba shlat subuh. Ketiga, ia shola shubuh tanpa berwudlu."
Imam Ahmad merenungkan perkataan putrinya itu, maka utuk mengetahui lebih jelasnya, dia menyampaikan pengamatan putrinya kepada Imam Syafii.
Maka Imam Syafii  tersenyum mendengar pengaduan putri Imam Ahmad tersebut. Lalu ia berkata, “Ya Ahmad, ketahuilah oleh mu. Aku banyak makan di rumahmu karena aku tahu makanan yang ada di rumahmu jelas halal dan thayyib maka aku tidak meragukannya sama sekali. Karena itulah aku bisa makan dengan lahap. Lagi pula aku tahu engkau seorang pemurah. Makanan orang pemurah itu adalah obat, sedangkan makanan orang kikir adalah penyakit. Aku makan semalam bukan untuk kenyang, tetapi untuk berobat dengan makananmu, ya Ahmad. Kemudian, mengapa aku semalam tidak sholat malam? Karena kau meletakan kepalaku di atas bantal tidur, tiba-tiba seakan aku melihat dihadapanku kitab Allah dan sunnahNya. Dengan izin Allah, malam itu aku dapat menyusun 72 masalah ilmu fikih Islam hingga kau tidak sholat malam. Kemudian mengapa aku tidak wudhu ketika solat shubuh? Karena aku pada malam itu tidak tidur sekejappun. Aku semalam tidak tidur sehingga aku sholat fajar dengan wudhu sholat Isya”

Sumber:
 Hidayat, K. 2008. Psikologi Beragama (hal: 237-238). Bandung: Hikmah