Pages

Selasa, 11 Februari 2014

Memahami Gagasan Agama

Agama tidak dapat tumbuh subur  pada saat di mana kemajuan material membumbung tinggi. Karena, ketika itu manusia biasanya membebaskan diri dari ikatan-ikatan keruhanian, bahkan menciptakan Falsafah dan pandangan hidup yang dijadikan dalih  untuk menanggalkan tuntunan-tuntunan agama (Will Durant, dalamShihab, Q. 2008. Lentera Al Quran Kisah dan Hikmah Kehidupan. Bandung: Mizan, hal: 105)

Islam tidak melarang penganutnya untuk kaya, namun Islam sangat mengecam adanya perlombaan untuk menumpuk harta, berfoya-foya, dan mengabaikan orang miskin. Untuk itu Islam sangat menganjurkan untuk senantiasa hidup sederhana, dalam arti adil, yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya, dan juga fungsional yang berarti sesuatu itu memilki nilai guna, atau selalu digunakan. Orang yang berpenghasilan di atas sejuta dalam sehari, tentunya tidak disebut berlebihan bila ia memiliki telepon seluler canggih misalnya, yang ia biasa gunakan untuk keperluan bisnisnya, pun demikian ia juga tidak disebut berlebihan apalagi memiliki lebih dari satu telepon selulernya karena ia memiliki banyak relasinya. Dengan demikian, disebut berlebihan atau tidaknya sesuatu tergantung dari kegunaannya (kualitas) bukan banyaknya (kuantitas).

Kebaikan yang dilakukan pasti akan berbuah kebaikan pula. Namun bisa jadi karena berlebihan, maka sesuatu yang baik itu menjadi buruk. Misalnya makan, makan itu baik, dan bisa memberikan kebaikan berupa tenaga yang dibutuka manusia. Tetapi jika makan secara berlebihan, maka makan tersebut akan berubah menjadi buruk. Untuk itu dalam makan ini, maka kita tidak boleh bersikap berlebihan. Makanan yang memang lezat saat disantap tentunya akan lebih memberi rasa bahagia bila makanan itu pun dibagikan dengan orang lain. Saat kita memberi sesuatu, maka kita akan mendapat kebahagiaan, atau paling tidak memberi kebahagiaan kepada orang lain.

Kebahagiaan itu adalah bagian yang sangat diinginkan oleh setiap orang. tetapi bersediakah kita mengorbankan kesenangan misalnya untuk mendapat kebahagiaan yang lebih? bersediakah kita menangguhkan hak pribadi untuk melaksanakan kewajiban? memperlakukan orang lain seperti memperlakukan diri sendiri? Mampukah kita mengingat kesalahan kita kepada orang lain dan melupakan kesalahan orang lain terhadap kita? mampukah kita mengingat perbuatan baik orang lain kepada kita dan melupakan perbuatan baik kita kepada orang lain? atau Bersediakah kita memberikan barang terbaik kita untuk digunakan orang yang lebih membutuhkan? dan bisakah kita menyediakan empat hari saja dalam seminggu untuk berbuat kebaikan?

Orang yang bahagia adalah orang yang memiliki timbangan kebaikan yang lebih berat dibandingkan dengan timbangan keburukannya. Mari berbuat baik, hari ini, mulai dari diri sendiri, mulai dari hal terkecil.

Hasbunallah waikmal wakil