Pages

Selasa, 11 Februari 2014

Nilai adalah Tujuanku

Membaca status salah satu anak didik saya  pagi ini.” Nilai tergantung pada siapa penjaga ruang ujian kita hari ini. Jika penjaganya baik, baiklah nilai kita, namun jika ketat, mampuslah kita!, begitu bunyi status di wall facebooknya. Sudah semenjak senin kemarin sekolah kami mengadakan Ujian Akhir Sekolah (UAS). Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaan kali tidak banyak berubah. Satu bangku satu siswa, dengan berbagai macam tipe soal. Beragamnya tipe soal inilah yang mungkin menjadi momok tersendiri bagi anak didik. Mereka berupaya sekuat dan secanggih mungkin mendapat nilai baik. 

Pengalaman saat menjaga ujian, masih sering didapati anak berkirim jawaban lewat HP, bertukar kertas soal yang telah terisi, atau berlempar kode tangan untuk membagi jawaban. Saya juga sering mengamati, sekumpulan siswa berdiri di depan pintu kelas sesaat sebelum bel masuk ujian. Mereka harap-harap cemas dengan pengawas ruangannya. Jika mereka mendapati pengawas yang longgar, serentak seluruh kelas berjingkrak kegirangan. Namun tidak demikian jika penjaganya ketat, wajah-wajah mereka sontak menjadi lesuh dan patah arang. Sebegitu parahkah siswa kita?.

Kondisi disekolah ini semakin memprihatinkan jika menengok hasil PISA 2013 yang masih menempatkan negara kita didasar perankingan.Bahkan dengan bahasa guyon sebuah artikel menulis ” Pelajar Indonesia Tidak Menyadari Betapa Bodohnya Mereka” (artikel lengkapnya baca di http://portraitindonesia.com/indonesian-kids-dont-know-how-stupid-they-are/).

Saya meyakini bahwa salah satu “kebodohan” ini disumbang oleh keyakinan sebagian besar masyarakat Indonesia jika nilai lebih penting dari proses pendidikan itu sendiri. Mereka berlomba-lomba mengejar nilai yang tinggi, namun melupakan proses sejati dari pendidikan itu sendiri. Budaya nyontek berjamaah, memilih meminta jawaban teman dari pada belajar sendiri adalah bagian penting penyumbang kualitas pendidikan kita yang rendah. Disisi lain, orang tua cenderung peduli terhadap hasil belajar anak (nilai di raport dan sejenisnya) tetapi, mereka tidak perduli terhadap proses belajarnya.

Penulis: Heriyanto Nurcahyo, 2013, http://guraru.org/guru-berbagi/nilai-adalah-tujuanku/