Pages

Minggu, 20 Oktober 2013

Seni itu Hiburan



Siang ini saya pergi ke kondangan salah satu teman waktu Aliyah dulu di daerah Ciamis. Saya datang setelah akad selesai, pas dimana acaranya giliran bersalaman dan mengambil hidangan. Saya mengisi dulu daftar tamu, kemudian saya langsung menuju ke tempat pengantin, yang di sana juga teman-teman lain sudah antri, kemudian saya ikut antri, bersalaman dengan penganten sambil mendoakan keduanya, dan setelah itu  mengambil jamuan makan. Selepas mengambil jamuan yang tekah dihidangkan, saya duduk di bangku yang telah disediakan sambil makan, sambil menonton hiburan dangdut yang memang diset oleh panitia untuk menghibur tamu undangan yang datang.

Seni dalam acara pernikahan sepertinya tidak bisa dipisahkan, baik seni tradisional seperti “lengser” dalam adat sunda, atau seni moderen seperti dangdutan yang saya saksikan tadi siang ini. Lengser atau dangdutan merupakan seni yang pada inti sebenarnya adalah alat hiburan. Seni itu hiburan yang bisa membuat seseorang bahagia. Pernikahan itu merupakan kebahagian, jadi pantas kalo isi yang disajikan  dalam acara pernikahan itupun seni yang membuat orang bahagia.

Tapi, saya merasa agak risih, ketika dalam seni dangdutan tadi ada “saweran”nya, yang dilakukan oleh penonton untuk biduannya, karena mau minta lagu sambil goyang bareng di depan;  atau mungkin yang lebih jauh lagi (di tempat nikahan tadi tidak) ada semacam eksploitasi pamer tubuh si biduan yang meliuk-liuk seperti cacing kepanasan, dan disoraki sambil disiuli prikitiwww atau apa. Memang seni itu adalah hiburan dan cara untuk membuat orang senang dan bahagia. Apakah  dengan meliuk-liuk dan bergoyang bareng penonton senang? Sepertinya senang...  Apakah semua penoton senang dan bahagia? Bisa saja tidak, karena memang sifat  hiburan yang membahagiakan itu tergantung dari pemaknaan jiwa para penikmatnya.

Budayawan Emha Ainun Nadjib dalam bukunya Indonesia bagian dari desa saya (2013) menuliskan  bahwa Hiburan merupakan manifestasi hasrat pemenuhan pengalaman kejiwaan yang paling didambakan manusia. Hiburan yang paling prima adalah rasa bahagia. Hiburan yang minimal ialah hiburan picisan  yang sekedar kamuflase,  belaian-belaian semu. Oleh sebab itulah, dunia hiburan saat ini lebih banyak menjual kesemuan, dan bayangan-bayangan yang menina bobokan masyarakat; yang bersifat konsumtif daripada kreatif; karena dipandang lebih mudah dan memberi keuntungan yang lebih besar. Padahal, hiburan itu juga memerlukan kreativitas. Bagi Emha, kreativitas itu sendiri sebenarnya mengajak dan mengantar manusia ke realitas yang tak semu, membuat orang berbahagia.

Masyarakat perlu memilih hiburan dan diberi hiburan yang tidak hanya  membuat senang tapi juga bahagia, yang berupa kepuasan dan ketentraman batin, sehingga tidak melupakan hakikat dirinya sebagai buah karya terbaik yang diciptakan oleh sang pencipta, yang memiliki tugas menjaga keharmonisan kehidupan. Seni hiburan harus bisa mengajak seseorang semakin ingat akan kemaha kuasaan sang pemiliki kehidupan. Oleh sebab itu, seni harus dibuat dan disesuaikan dengan keinginan Tuhannya para malaikat, Tuhannya manusia.

Para penikmat seni perlu diasah keadaan jiwa dan kreatifitasnya, dikuatkan General Educationnya, sehingga ketika dihadapkan dengan Seni, seseorang bisa memaknai dari setiap sajian seni dan mengambil manfaat besar dari seni bagi kehidupannya. Allah itu maha indah, sang pembuat model terindah, dan menyukai keindahan. 

Allahu’alam
Hasbunallah wanikmal wakil