“Kalau niatmu adalah niat membela orang-orang lemah,
Insyallah akan diberikan oleh Nya kekuatan yang berlipat-lipat”. Ini merupakan
salah satu kutipan pemikiran Emha Ainun Nadjib. Saya sendiri tahun 2010 an
mulai akrab dengan pemikiran Cak Nun (sapaan Emha Ainun Nadjib) lewat kegiatan
maiyah yang diselenggarakan tiap bulan pada tanggal 17 di Jogjakarta. Banyak
hal yang saya pelajari dari beliau. Mulai dari cara berfikirnya yang out of
box, rasionalitasnya dalam memecahkan permasalahan atau menjawab sebuah
pertanyaan, gaya sufi nya yang moderen, semangatnya dalam menyuarakan hubungan
yang harmonis antar sesama makhluk, musikalitas yang ia sampaikan melalui Kiai
kanjengnya dan banyak lagi hal lain. Mungkin bagi sebagaian kalangan ia tidak
begitu disukai karena dianggap terlalu mengentengkan agama, dianggap mencampur
adukan banyak agama dan lain-lain. Tapi itulah gaya seorang Cak Nun menurut
saya. Berikut merupakan kutipan-kutipan lain yang saya baca dari situs nya
kenduricinta.com. Semoga menginspirasi.
Kalau Anda mengalami kesulitan dan penderitaan, tolong
ambil konsep bahwa semua itu penting untuk ada. Anda membutuhkannya untuk
tumbuh. Kalu tidak, Anda gagal sebagai manusia
Kesukaran hidup itu seperti asahan. Semakin diasah, kita
harus semaki mengkilat dan tajam. Hidup adalah tentag menjalani proses ini, bukan sebuah target
Kalau Anda bahagia, ambil 10% darinya untuk
sedih, untuk prihatin dan eling bahwa bersama kegembiraan ada kemungkinan
muncul kesedihan. Gembira jangan sampai 100% sampai lupa darata. Sebaliknya
kalau Anda sedang terpuruk, sedih, menderita, jangan 100 % juga, karena 10 %
nya itu menggembirakan. Harus ada kegembiraan diam-diam karena dari kesedihan
itu mungkin Allah akan memberikan kegembiraan yang lebih besar daripada yang
anda harapkan. Jangan sampai 100% sedih dan 100% gembira. Ini masalah noto
ati.
Kunci kesehatan adalah jangan berfikir untuk
tidak jujur. Begitu berfikir untuk tidak jujur, akan tercipta konslet-konslet
dan disharmoni pada sel sel tubuh kita dan ini akan menimbulkan penyakit.
Anda harus menjadi manusia yanng mujtahid. Itiba
boleh, ngikut boleh, tapi anda harus tau persis apa yang harus anda ikuti. Nah
yang banyak terjadi sekarang ini adalah taklid. Satu ikut ini yang lain ikut
ini. Satu nuduh itu, yang lain ikut nuduh. Manut grubyuk kalo
bahasa jawa nya, atau dalam pribahasa lain “rubuh-rubuh gedang”
Akal merupaka kuci dari kamanusiaan. Akal
adalah ketika otak mendapat sentuhan iradah dan ilmu Allah sehigga terjadilah
proses berfikir.
Kita bukan hanya harus mampu melayani, tapi
juga harus mampu menikmati pekerjaan melayani itu. Kita harus menikmati baik
itu kekayaan atau kemelaratan
Kepemimpinan Rasulullah adalah kepemimpinan
nilai. Selama kurang lebih tuhan tahun beliau memimpin di madinah, munculah 47
pasal Piagam Madinah yang lahir bukan dari kaum intelektual tapi dari
komunitas-komunitas rakyat langsung melalui perundingan. Bisa saja Rasulullah
membuat aturan, tetapi beliau sangat menahan diri.
Temukanlah bunyi sejati, rasa sejati,
kesadaran sejati, sebab kita hidup di tengah gelimang kepalsuan yang luar biasa
menenggelamkan kita.
Kalau Anda serius menyelidik bahasa sejati,
Anda akan menemukan bahwa sejak berabad-abad silam bangsa ini merupakan bangsa
hebat. Bangsa yang seharusnya kolaps tetapi mampu bertahan bangsa yang
pedapatan per kapitantanya teredah tapi makannya paling enak, tertawaya paling
banyak, mobilnya paling mewah. Ada atau tidak ada nya pemerintah, bangsa
Indonesia tidak masalah
Hidup ini tidak ada hubunganya denga Syiah,
NU, Muhammadiyam atau Sunni. Jangan menuduh-nuduh orag dari identitasnya.
Masalahnya Cuma satu: kelakuannya baik atau tidak. Pedoman apakah dia Islam
atau tidak secara hukum adalah apakah syahadatnya, tata cara shalatnya sesuai
atau tidak
Jika saya disuguhi 10 makanan kemudian saya
tidak suka semuanya, apakah boleh? Kalau
saya tidak memakan satpun boleh apakah haram? Golput itu pilihan jangan
dianggap bukan pilihan