Pages

Selasa, 18 Desember 2012

CERITA SABRANG (Pendidikan Reproduksi)

Alam mengalami bagaimana dia mulai terbentuk, mengalami awal mula kehidupan sejak munculnya makhluk hidup bersel satu hingga menjadi makhluk yang sempurna. Selama perjalanan itu, alam melakukan seleksi. Mulai dari makhluk bersel satu, kemudian berkembang menjadi hewan laut, reptil, dinosaurus hingga manusia. Siapa-siapa diantara makhluk-makhluk tersebut yang siap bertahan hidup dan siapa-siapa makhluk yang tidak siap bertahan. Hingga akhirnya, alam menentukan bahwa produk terakhirnya adalah manusia.

Darwin tidak sepenuhnya benar. Tapi juga belum tentu seluruhnya salah. Manusia memiliki daya tahan tinggi dan tingkat adaptasi yang baik sehingga sanggup bertahan dalam kurun waktu yang sangat lama. Mari kita lihat salah satu contoh yaitu proses dialam yang memungkinkan dijadikan sebagai pintu untuk masuk dan membuka rahasia-rahasia alam yang lain, yaitu seksualitas.

Tujuan utama dari aktivitas seksual adalah mendapatkan keturunan untuk meneruskan kehidupan jenisnya atau disebut berkembang biak. Bahasa lainnya reproduksi. Hal ini berlaku kepada semua makhluk hidup. Baik itu tumbuhan, hewan maupun manusia. Tumbuhan, hewan, dan manusia memiliki cara berkembang biak yang berbeda. Ada yang membelah diri, ada yang hemaprodit atau berkelamin ganda, ada pula yang berjenis kelamin satu sehingga membutuhkan pasangan untuk kawin. oke, kita ambil contoh sebuah siput yang hidup di Selandia Baru, Potamopyrgus antipodarum. Siput tersebut merupakan jenis siput yang unik. Sebab, satu spesies siput tersebut memiliki dua cara berkembang biak.

Pertama, siput itu melakukan perkembangbiakkan tanpa perlu pasangan (asexsual). Sedangkan yang kedua siput tersebut membutuhkan pasangan (sexsual). Peneliti melakukan penelitian terhadap kedua cara berkembang biak siput tersebut. Dan hasilnya, cara perkembangbiakkan pasangan lebih sukses dibanding siput yang berkembang biak tanpa pasangan. Berarti, alam menilai bahwa perkembangbiakakn dengan pasangan lebih baik dibanding dengan perkembangbiakkan tanpa pasangan.

Persoalan selanjutnya, apakah yang dilakukan dalam proses reproduksi tersebut?. Reproduksi adalah mewariskan genetika atau transfer informasi genetik dari induk atau orang tua kepada anaknya. Apa yang dimaksud dengan genetika? Genetika adalah informasi menyeluruh tentang makhluk hidup yang bersangkutan. Informasi genetika ini memastikan bahwa sapi modelnya seperti yang kita lihat, besarnya sekian itu, hidungnya menghitam, kakinya letaknya disitu, dan seterusnya.

Dalam hal ini, metode asexsual menurunkan 100 pesen informasi genetikanya atau mengkopi penuh sifat dan karakternya kepada anaknya. Sedangkan metode sexsual menghasilkan anak dengan penyesuaian-penyesuaian informasi genetik dari kedua pihak. Artinya, membentuk sesuatu yang baru berdasarkan informasi yang ada.

Ada masing-masing kelebihan dan kelemahan dari dua metode ini. Metode asexsual memiliki kelebihan perkembangbiakkan yang lebih cepat. Sehingga hasilnya lebih banyak. Tapi, resikonya adalah karena sifatnya yang 100 persen mengkopi, maka dia akan sangat rentan terhadap penyakit. Jika salah satu terserang penyakit, maka yang lain juga akan terserang. Lain halnya dengan metode sexsual. Metode ini lebih lambat dalam perkembangbiakkan. Namun, karena gennya merupakan produksi dari dua informasi genetik maka, dia akan lebih tahan terhadap serangan penyakit. Jika satu terkena penyakit yang lain belum tentu terserang.

Kemudian, bagaimana aplikasi teori reproduksi tersebut terhadap bidang pendidikan? esensi pendidikan adalah proses transfer informasi seperti halnya dalam reproduksi. Bedanya, jika dalam reproduksi yang ditransfer adalah informasi genetika. Sementara dalam pendidikan yang ditransfer adalah ilmu pengetahuan.

Mengambil anaolgi siput diatas, untuk mempermudahkan cara berfikir dalam bahasan ini, maka cara perkembangbiakkan tanpa pasangan atau asexsual dalam tema ini akan disebut model reproduksi. Sementara untuk perkembangbiakkan dengan pasangan atau sexsual akan disebut model produksi.

"Model reproduksi jika digunakan dalam sistem pendidikan sangat sesuai dengan bidang kajian ilmu-ilmu eksak. Seperti matematika, fisika, kimia dan sebagainya. Mengapa demikian? Sebab, ilmu-ilmu eksak sangat membutuhkan temuan-temuan atau informasi-informasi yang ditentukan lebih dahulu untuk mendukung kajian-kajian selanjutnya. Cara ini menghasilkan manusia-manusia yang pintar"

"Sedangkan model produksi sangat cocok untuk kajian-kajian sosial dan kemanusiaan. Seperti Psikologi, sosiologi, ilmu politik dan sebagainya. Mengapa demikian? Karena ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan membutuhkan penyesuaian-penyesuaian yang terus-menerus dengan perubahan lingkungan, gaya hidup dan sebagainya berdasarkan informasi-informasi atau teori-teori yang telah ada sebelumnya. Dan sangat besar kemungkinan teori-teori sebelumnya akan gugur. Model ini menghasilkan cara berfikir yang kritis dan analitik".

    "PENDIDIKAN DI INDONESIA MELETAKKAN UJIAN SEBAGAI SYARAT UTAMA KELULUSAN. SEMENTARA UJIAN ADALAH SEBUAH METODE UNTUK MENGETAHUI TINGKAT PEMAHAMAN ATAU INGATAN ANAK DIDIK TERHADAP REFERENSI YANG TELAH DISAMPAIKAN DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR. JIKA PERTANYAANNYA BEGINI, MAKA JAWABAN SESUAI DI BUKU ADALAH BEGINI. TIDAK ADA ALTERNATIF JAWABAN. SEBAB, MODEL SOALNYAPUN ADALAH CEK POIN. JADI YANG DIUJI ATAU DITES ADALAH TINGKAT REPRODUKSI ANAK DIDIK TERHADAP REFERENSI"..
.

"Pendidikan di Indonesia ini sepenuhnya menggunakan model reproduksi. Maka tidak heran jika anak-anak Indonesia sangat pintar sehingga langganan juara olimpiade matematika, fisika, dan sebagainya. Karena mereka adalah produk dari model pendidikan reproduksi. Namun, sulit menemukan anak yang memiliki daya kritis dan analitis yang kuat..."

SUMBER:  Saputra, R. P. 2012. Spiritual Journey, Pemikiran dan Perenungan Emha Ainun Najib (hal 55-60). Jakarta: Kompas
* Sabrang= Noe Letto