Logika dan Psikologi tidak bisa dilepaskan dalam proses pendidikan. Ketika logika memasok bentuk rasional untuk menghasilkan pemikiran,
psikologi mempelajari proses berpikir yang sebenarnya. Logika mempertimbangkan
jenis argumen yang benar, bagaimana orang benar-benar berpikir dan menghasilkan
argumen yang logis dan relevan; psikologi memberitahukan pengajar akan hal penting
tentang bagaimana kecenderungan perilaku siswa mereka. Dengan logika seseorang bisa menghasilkan
argumen yang logis; deng psikologi maka seseorang semakin termotivasi untuk melakukan sesuatu
sesuai yang di fikirkannya.
Langkah yang bisa dilakukan oleh guru dalam mengembangkan logika
dengan metode psikologi adalah dengan cara seorang guru memberi penghargaan
kepada siswa yang telah belajar menarik kesimpulan dengan logikanya dengan
pemberian hadiah. Pada mulanya siswanya mungkin belajar hanya untuk mendapatkan
hadiah saja. Namun, secara bertahap, jika ia belajar dengan baik, siswa dapat
menemukan kepuasan dalam berfikir, bukan hanya karena penghargaan yang didapat,
tetapi juga karena buah dari intelektualnya.
Dengan demikian kebiasaan berpikir logis dapat dilatih dengan cara psikologis,
yaitu dengan taktik khusus pengajaran, berdasarkan pemahaman tentang perilaku
manusia.
Pengetahuan dan pelatihan dalam berlogika pada diri seseorang akan mempengaruhi
perilaku orang tersebut. Orang yang telah mempelajari logika akan cenderung lebih rasional,
tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain, serta lebih kompeten dalam
menyampaikan argumen mereka.
Logika dan psikologi itu tidak harus dipertentangkan, tetapi harus
berjalan seiring. Proposisi ini didukung oleh sebagian besar pengamat. John
Dewey mengidentifikasi " psikologi dan logika " dengan "proses
dan produk". Proses psikologis, katanya, menjadi sarana untuk memahami
materi pelajaran dalam bentuk logis. Proses belajar adalah "perkembangan
yang progresif dari organisasi pengalaman yang lebih lengkap untuk mencapai
suatu kematangan”.
Dengan demikian pendidikan di Indonesia seharusnya bisa
memperhatikan tidak hanya aspek logika semata, tetapi juga mempertimbangkan
aspek-aspek psikologis agar pendidikan di Indonesia berjalan dengan baik dan
benar.