Pages

Sabtu, 28 Desember 2013

Belajar Mengenali Keadaan Jiwa

Alah menciptakan hati dengan tujuan untuk ilmu, hikmah, makrifat, mencintai Allah, menyembahNya, merasakan kebahagiaan saat mengingatNya dan lebih memilih Allah dari pada hasrat yang lain, serta memohon pertolonganNya dari segala hasrat dan anggota tubuh lainnya. Hati yang sakit adalah hati yang tidak mampu lagi menjalankan fungsinya selaras dengan tujuan penciptaannya (Imam Al Ghazali)
 
Keberadaan kita bisa saja sangat terpengaruhi dengan keberadaan orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa dilepaskan dari interaksi dengan orang lain. Kita bisa saja menjadi jalan penyebab orang lain membentuk kepribadiannya, dan bisa juga sebaliknya. 

Manusia adalah rangkaian harmois keteraturan alam, yang jika satu orang tidak bisa menjalankan keharusannya, maka akan banyak orang yang mengalami kesulitan/terhalangi untuk bergerak menuju keharusannya. Seperti kisah Al Junaid yang disampaikan dalam  Buku Imam Al Ghazali yang diterbitkan penerbit Mizan Bandung dengan judul "Pengendalian nafsu dalam Perpspektif Sufistik, Metode menaklukan Jiwa" (2013: 12-127)

Al Junaid berkata, "Suatu malam, ketika aku tak dapat tidur, aku bangkit dan membaca doa (wirid). Akan tetapi, tidak kurasakan kebahagiaan yang bisa kurasakan. Aku ingin tidur, namun tidak bisa; aku duduk, namun itu tidak membuatku tenang. Kemudian aku keluar. ternyata di luar kulihat seseorang berbaring di jalan, berselimutkan mantel. Ketika dia mengetahui keberadaanku, dia berkata, 'hai Abu Al Qasim, mengapa lama sekali baru datang?' Aku menjawab 'Iya Tuan. Kenapa anda datang tanpa memberi tahu sebelumnya?' orang itu menjawab, 'Waktu telah ditentukan, aku telah memohon kepada Allah untuk menggerakan hatimu kepadaku'. Aku pun berkata, 'itulah yang terjadi padaku. Oleh karena itu, apa yang engkau perlukan dariku?' orang itu kemudian bertanya, kapan penyakit hati dapat disembuhkan? Aku menjawab, 'ketika jiwamu mengalahkan nafsumu' Kemudian kepada dirinya sendiri orang itu berkata, 'dengar telah tujuh kali jiwaku mejawabmu dengan jawaban ini, tetapi kamu tidak mau juga mendengarkannya kecuali dari Al junaid. Kini Kamu sudah mendengarnya'. lalu tanpa sepengetahuan Al Junaid orang itu pergi'"

Kisah Al Junaid di atas menunjukan bahwa bisa jadi ketenangan atau kebahagiaan itu tidak bisa kita dapatkan karena ada orang lain yang membutuhkan bantuan kita, dan kita belum membantunya. Bisa jadi orang itu orang terdekat dengan kita; dan bisa jadi juga, ketenangan atau kebahagiaan itu merupakan akibat perilaku kita terhadap orang lain. Jika kita pernah menyakiti orang lain, tentu saja jalan ketenangan atau kebahagiaan akan mendapatkan halangan, sehingga kita tidak memiliki perasaan tenang dan bahagia.

Kemampuan kita untuk melihat permasalahan-permasalahan jiwa sangatlah penting. Kita harus peka terhadap keberadaan kita dan adanya orang lain di samping kita. Imam Al Ghazali (2013:119-122) menyarankan bagi kita untuk mengenali keadaan jiwa kita dengan empat hal , yaitu:
  1. Menemui seorang Syaikh yang mampu mengenali kelemahan-kelemahan jiwa, mampu melihat sifat-sifat buruk kita (Mungkin saat ini kita sulit untuk menemukan orang seperti ini, tapi tiga hal selanjutnya bisa menjadi pilihan baik).
  2. Hendaklah dia mencari sahabat sejati, yang memiliki kepekaan hati dan agama yang kuat; yang bersedia untuk menunjukan kesalahan-kesalahan kita. "Jadi jangan takut dengan keritik ya :D"
  3. Mengambil pelajaran dari orang yang memusuhi kita, tentang bagaimana kelemahan-kelemahan kita
  4. Bergaul dengan masyarakat, melihat kekurangan yang ada pada masyarakat tersebut dan berintrospeksi seakan-akan keburukan itu juga ada pada kita.
Semoga kita dimudahkan untuk senantiasa melihat keadaan jiwa kita dan segera memperbaikinya; dan semoga kita senantiasa mendapat petunjuk kebenaran dan mau menjalankannya.

Allahu'alam
Hasbunallah wanikmal Wakil