Pages

Jumat, 12 April 2013

Magistra de Pertarosa

Hari ini seperti ada yang membimbing untuk berkenalan  dengan orang yang punya mimpi, orang yang selalu senang membagikan tulisan kuliah "magister profesinya" (berawal dari membaca blog catatan-catatan kuliah anak Magister Piskologi); yang selalu berusaha untuk memaksimalkan potensinya agar bisa bermanfaat bagi orang lain. "Aku ingin hidup seribu tahun lagi, dengan tulisan dan amal kebaikan", tulisnya dalam akun Facebook priadinya (iseng nyari orang yang nulis blog itu di Facebook, dan Woww..). Dari tulisan itu saya merasa bahwa dia ini memang seneng nulis (dan tulisan-tulisannya pun enak dibaca), dan seneng berbagi ilmu. Saya memang tidak kenal siapa, tapi dari situ saya banyak belajar (saya suka ngiri kalo ada orang-orang hebat,)..
  1. Saya belajar (dalam arti yang lebih sempit kuliah), saya membaca, saya mencatat, pasti setiap hari saya lakukan. Kenapa hasilnya jarang  dibagikan? padahal kan sedikit banyak ada yang bisa dimanfaatkan kalau saya coba untuk bagikan. Saya kuliah Magister, misalnya, pasti tidak sedikit ilmu yang bisa didapatkan. Daripada ilmu itu menguap, dan kemudian hilang, lebih baik ditulis terus dibagikan. Saya biasa membeli atau meminjam buku. kemudian saya baca. Kenapa jarang saya tulis hasilnya? Seingat saya, kalo saya baca buku atau ikut kuliah, ikut kajian, pasti ada  yang bikin otak saya "ngeh" tapi kok gak pernah dituliskan dan diabaikan si?! haduhhh.. Wildan wildan.. piye to??? 
  2. Mempelajari teori itu cukup penting, tapi lebih penting kalo teori-teori itu bisa diaplikasikan, dan dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Saya jadi sedikit tercerhakan dengan status Magister ini,  Magistra de Pertarosa (itu cuma istilah saya aja buat nulis judul pertarosan magister atau dalam bahasa Indonesianya "Pertanyaan Magister", pertanyaan diri tentang bagaimana si magister itu, apa si bedanya sama sarjana?) ini bahwa "Magister profesi itu sudah seharusnya belajar di lapangan,"; "Magister itu harus peka melihat gejala-gejala kehidupan masyarakat akhir-akhir ini"; Magister harus bisa "Intervensi" gejala-gejala itu. "Magister itu harus meningkatkan kemampuan belajar dan membacanya, memiliki pendapat dan mampu mengemukakannya" de el el lah buat Magistra de Pertarosa selanjutnya..
Saya fikir, menyadari hal ini hari ini tidaklah terlambat, dan mudah-mudahan memang tidak terlambat.. Dan saya harus berjanji untuk terus menulis, terus belajar, terus konsisten... dan menyediakan waktu saya untuk merenung dan mulai menentukan langkah-langkah kongkrit apa yang akan saya lakukan..

HASBUNALLAH WANIKMAL WAKIL