Pages

Kamis, 25 April 2013

TERAMPIL MENDENGARKAN


  1. Kejelasan tujuan pembicaraan. Ketidakjelasan tujuan seseorang dalam menyam­paikan satu topik pembicaraan terkadang bisa membuat lawan bicaranya enggan mendengar­kan. Keinginan pendengar untuk mengetahui tu­juan pembicaraan menjadi sesuatu yang mustahil jika yang menyampaikannya sendiri tidak me­ngetahui apa yang tengah dibicarakan. Tidak je­lasnya tujuan pembicaraan mungkin juga akan melahirkan kekeliruan pemahaman bagi pende­ngar. Ketika seseorang memanggil Anda yang sedang tergesa-gesa meninggalkan ruangan, mi­salnya, lalu berkata kepada Anda "Saya ingin meminta pendapatmu tentang satu hal" tanpa menjelaskan tujuannya, Anda tentu takkan meng­hiraukan perkataannya dan langsung pergi.  
  2. Pandangan mata. Menggunakan pandangan mata saat berbicara akan memancing pendengar untuk lebih memperhatikan. Oleh karena itu, ketika Anda mendapati teman dia­log Anda tidak lagi memperhatikan omongan Anda, lalu Anda sekilas menatap mata mereka satu per satu maka kemungkinan besar mereka akan kembali fokus memperhatikan Anda. Sejumlah penelitian menyata­kan bahwa bagi seorang pembicara gerakan kedua mata merupakan cara paling ampuh untuk bisa ber­interaksi dengan para pendengar. Chollar dalam artikelnya yang berjudul In The Blink of Eye dalam majalah Psychology Today (Maret, 1988), me­nulis, "Meningkatnya intensitas kedipan mata (selalu berkedip) menandakan situasi emosi atau fisik pende­ngar, seperti gelisah, marah, atau bosan." Sebaliknya, menurunnya intensitas kedipan mata, "menunjukkan bahwa pendengar masih membutuhkan pengetahuan yang lebih banyak atau membutuhkan tatapan kedua mata si pembicara yang lebih banyak (Andrew Wolvin/Carolyn Gwynn Coakley, Listening Mc Graw Hill, Fifth Edition, 1996 hlm. 122)
  3. Perkataan yang sopan dan mudah dipahami. Kata-kata yang sopan dan mudah dimengerti akan membuat orang lain serius mendengarkan. Rasulullah saw menjanjikan kedudukan tinggi bagi orang yang berbicara dengan kata-kata yang santun dan lembut di telinga para pendengar. Beliau bersabda, "Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat kamar-kamar yang bagian luarnya bisa dilihat dari bagian dalam­nya dan bagian dalamnya bisa dilihat dari bagian lu­arnya." Salah seorang sahabat dari Baduwi bertanya, "Milik siapa kamar-kamar itu, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Milik orang yang kata-katanya baik, memberi makan orang yang membutuhkan, membiasakan berpuasa, dan yang shalat di malam hari saat semua orang terlelap tidur."
  4. Menyebut nama pendengar sebagai perumpamaan. Bayangkan ketika nama Anda disebut dalam pembi­caraan dua orang yang berada di sebelah Anda. Apa yang akan Anda lakukan? Anda pasti akan langsung penasaran dan menoleh ke arah mereka untuk men­coba mengetahui apa yang tengah mereka bicarakan tentang Anda. Reaksi seperti ini lumrah dan wajar belaka. Menyebut nama salah satu pendengar sebagai perumpamaan di tengah-tengah pembicaraan adalah ibarat cahaya merah yang sangat mencolok karena bisa menarik perhatian dengan begitu efektif. Bahkan, perhatian Anda juga akan penuh, saat nama Anda disebut bukan dengan bahasa asli Anda, tapi dengan bahasa asing, seperti bahasa Inggris. Untuk memancing perhatian pendengar yang le­bih besar lagi, penyebutan nama bisa dibarengi de­ngan gerakan tangan atau tatapan langsung ke arah pendengar yang namanya disebut. Hal ini bisa mem­pererat interaksi di antara keduanya. Misalnya de­ngan berkata, "Khalid sangat ingin naik kapal layar" sambil menoleh ke arah Khalid atau berjalan meng­hampirinya. Cara seperti ini akan membuat para pendengar lebih memperhatikan kata-kata kita. Dengan demikian, cara ini sangat jitu untuk mengu­rangi ketidakpedulian para pendengar terhadap per­kataan lawan bicara.
  5. Memulai pembicaraan dengan fakta atau cerita. Menyelipkan cerita atau fakta di awal pembicaraan kemungkinan besar bisa menarik perhatian pende­ngar. Ketika, misalnya, di sebuah diskusi Fenomena Buta-Huruf di Negara-negara Arab suara peserta mu­lai bersahutan, maka cara terbaik yang mungkin bisa Anda lakukan adalah dengan berkata, "Apakah kali­an tahu bahwa tingkat buta-huruf di negeri kita telah turun sekian persen, sebagaimana dilansir secara res­mi oleh pemerintah baru-baru ini?" Perkataan Anda ini akan membuat banyak kepala langsung tertuju pada Anda untuk mengetahui kelanjutannya. Dalam keadaan seperti ini, Anda mesti cepat-cepat menyam­bung pernyataan tadi dengan menyebutkan fakta­fakta singkat lainnya agar perhatian mereka tetap terjaga. Dari sini, mereka akan terus mendengarkan kata-kata Anda dengan serius. Saya sering menggunakan cara seperti di atas, dan terbukti efektif. Contoh kalimat yang sering saya pergunakan adalah, "Suatu kali, ayah saya berkata pada saya ...." atau "Saat masih kecil, saya pernah diberi wejangan oleh guru saya agar ...." atau "Saya pernah mengalami kejadian yang sungguh menggeli­kan sekali, yaitu saat ...." Kalimat-kalimat seperti ini merupakan pintu masuk yang bagus untuk menarik perhatian para pendengar atau lawan bicara kita.
  6. Mengulang kembali pernyataan atau pemikiran. Mengulang kembali pernyataan seorang teman dialog bisa memancing perhatian lebih para pendengar. Misalnya dengan berkata, "Saya sepakat dengan pernyataan Muhammad" atau "Pendapat Khalid membuat saya kagum." Kalimat terakhir ini tidak hanya akan membuat Khalid langsung memperhatikan Anda, tapi juga akan membuat pendengar lain tertarik untuk mengetahui lebih lanjut pendapat Khalid yang membuat Anda kagum. Mengulangi pernyataan tidak serta-merta mengandung pengertian bahwa Anda sepakat dengan pernyataan tersebut, tapi itu hanya salah satu cara untuk membuat para pendengar lebih mendengarkan lagi kata-kata Anda dengan serius. 
  7. Mendorong orang lain untuk berpartisipasi. Mendorong pendengar lain untuk ikut berpatisipasi dalam dialog akan membuat mereka lebih menghor­mati kata-kata Anda. Ini bisa dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada mereka untuk memastikan bahwa mereka masih mengikuti dialog. Misalnya, Anda berkata, "Bagaimana pendapatmu, Khalid?" atau "Engkau sepakat denganku atau tidak mengenai ini?" Bahkan, seandainya pun mereka lupa terhadap pernyataan Anda, pertanyaan Anda tersebut akan mengembalikan perhatian mereka dan membuat mereka mendengarkan Anda lagi. Cara lain untuk mengajak para pendengar berpartisipasi dalam dialog adalah dengan meminta saran, masukan, atau ko­mentar dari mereka. Contohnya, "Ada tanggapan? atau "Anda mempunyai pandangan lain?" Memberi kesempatan pendengar untuk mengomentari pendapat Anda akan membuat dirinya lebih bersemangat berdiskusi. 
  8. Menggunakan tangan. menggerakan tangan saat berbicara adalah ciri khas para orator tenar. Dalam hal ini, Rasulullah saw me­rupakan pionirnya. Beliau sering menggunakan ta­ngan saat menyampaikan sabdanya. Rasul menggu­nakan cara ini agar para sahabat yang mendengarkan sabda beliau bisa memperhatikannya dengan lebih serius. Ketika beliau bersabda, "Allah berfirman, Barangsiapa yang tunduk kepada-Ku seperti ini (beli­au menunjuk tanah dengan telapak tangannya sambil sedikit membungkukkan badan) maka Aku akan meng­angkat derajatnya seperti ini (lalu, beliau membalik kan telapak tangannya sambil mengangkatnya ke atas menghadap ke langit)."Penggunaan gerakan tangan secara tepat bisa menarik perhatian-para pendengar. Bayangkan ketika seseorang mengajak Anda berbicara tentang naiknya permukaan air di sungai atau laut tertentu yang per­nah dilihatnya. Ketika itu, is sedang duduk. Tapi, saat menjelaskan itu semua, ia bangkit dari duduknya dan naik ke atas kursi sambil mengangkat salah satu tangannya tinggi-tinggi. Apakah Anda akan melupa­kannya? Bukankah itu cara yang baik yang bisa me­narik minat kita untuk terus mendengarkan perkata­annya?
Sumber: Muhammad Ibrahim al-Nugamish. 2011. Terampil Mendengarkan. Jakarta: Zaman