Pages

Jumat, 21 Maret 2014

Belajar dari Buku Victor. E Frankl: "Man Search of Meaning"



Menemukan makna hidup merupakan kebutuhan yang sangat fundamental bagi manusia. Nitzsche mengatakan bahwa " siapa yang memiliki alasan untuk hidup akan sanggup mengatasi persoalan hidup dengan cara apapun". Manusia harus belajar bahwa hidup mengemban tanggung jawab untuk mendapat jawaban-jawaban yang tepat; untuk mengatasi setiap masalahnya; untuk mengisi tugas yang telah terformat untuk dirinya. Kita perlu  menghentikan bertanya tentang  makna hidup dan sebaliknya berfikir tentang diri kita sebagaimana ditanyakan oleh hidup. Kita tidak perlu banyak bertanya bagaimana, tapi cukuplah kita menjalankan dan menikmati apa yang kita kerjakan. JIka suatu ketika kita mendapat penderitaan, kita mesti bisa menerima penderitaannya itu sebagai bentuk tugas yang harus dijalani. Melalui pengalaman nya di kamp tahanan dan pekerjaannya sebagai seorang Psikolog, Victor Frankl banyak menuturkan tentang makna hidup, dan pentingnya makna hidup untuk kehidupan manusia.

Happiness cannot be pursued; it must ensue (p. 17) kebahagiaan bukan untuk dikejar; kebahagiaan harus terjadi. Happiness  must  happen, and the  same holds for  success: you  have to let it  happen by not caring  about it.  I want you to  listen to what your conscience commands you to do and go on to carry it out to the best of your knowledge. Then you will  live to see that in the  long run. success  will follow you  precisely because you had forgotten to think of it." (p.17) Kebahagiaan harus terjadi, dan ini juga berlaku untuk sukses: Anda cukup  membiarkan hal itu terjadi, dengan tidak memperdulikan tentang hal itu.  Saya ingin Anda mendengarkan petunjuk hati nurani Anda, dan lakukanlah hal itu, dengan tidak memperdulikan pengetahuan Anda. Kemudian Anda akan melihat bahwa dalam jangka panjang, sukses akan mengikuti Anda justru karena Anda lupa untuk memikirkan itu."

that the human being is completely and unavoidably  influenced by his  surroundings. (p.86) bahwa keberadaan manusia itu mau tidak mau akan dipengaruhi oleh lingkungannya.

The salvation of man is through love and in love. I understood how a man who has nothing left in  this world still may know  bliss, be it only for a  brief  moment, in the contemplation of his beloved. (57) hal yang bisa menyelematkan manusia adalan berfikir tentang cinta dan berada dalam cinta. Saya mengerti bagaimana seseorang yang tidak memiliki apapun di dunia ini masih mungkin tahu kebahagiaan, walaupun hanya untuk sesaat, yaitu ketika ia mengingat yang dicintainya.

Di dalam kamp tahanan orang-orang tidak bisa bertemu denga istrinya dan mengetahui bagaimana keadaan istrinya, apakah ia masih hidup atau tidak. Di sana Frank belajar bahwa “Love  goes very far beyond the physical  person of the beloved. (p.58) Cinta mampu berjalan melebihi fisik yang dicintanya.

The experiences of camp  life show  that man does have a choice of  action. There were enough examples, often of a heroic nature, which proved that apathy  could be  overcome,  irritability suppressed. Man can preserve a  vestige of spiritual freedom, of independence of mind, even in such  terrible conditions of psychic and physical  stress. (p. 86) Pengalaman di kamp penampungan menunjukkan bahwa manusia memiliki pilihan tindakan. Ada cukup banyak contoh heroik, yang membuktikan bahwa sikap apatis bisa diatasi, perasaan cepat marah bisa ditekan. Seseorang  dapat menjaga sisa kebebasan spiritualnya, kemerdekaan pikirannya, bahkan dalam kondisi stres fisik dan psikis nya.

They may have been few in  number, but they  offer  sufficient proof that everything can be taken from a man but one thing: the  last of the  human freedoms - to  choose one's  attitude in any  given set of circumstances, to choose one's own way. (p. 86) Mungkin segala sesuatu yang dimilki oleh orang-orang di kamp penampungan telah diambil, kecuali “Kebebasan” nya sebagai manusia untuk memilih sikap dalam setiap keadaan, dalam menentukan jalan mereka sendiri.

spiritual  freedom - which  cannot be taken  away - that makes  life  meaningful and purposeful. (p. 87) kebebasan spiritual- yang tidak dapat dibawa pergi -  membuat hidup lebih bermakna dan terarah.

If there is a meaning in  life at  all, then  there must be a meaning in  suffering.  Suffering is an  ineradicable  part of life,  even as fate and  death. Without  suffering and death human  life cannot be complete. (p.88) Jika makna bisa ditemukan dalam semua kehidupan, maka penderitaan pun harus memiliki makna. Penderitaan merupakan bagian yang tidak dapat dihilangkan dari kehidupan, seperti nasib dan kematian. Tanpa penderitaan dan kematian, kehidupan manusia  tidak bisa lengkap.

And there were always choices to make. Every day,every hour,  offered the  opportunity to  make a decision, a decision which determined whether you would or would not submit to those powers which threatened to rob you of your very  self,  your inner  freedom; which  determined whether or not you would  become the plaything of  circumstance,  renouncing  freedom and dignity to  become  molded  into the  form of the typical  inmate. (p. 87) Dan di sana selalu ada pilihan untuk dibuat. Setiap hari, setiap jam, selalu menawarkan kesempatan untuk membuat keputusan, keputusan yang menentukan apakah Anda akan tunduk kepada kekuatan-kekuatan yang mengancam dan merampok dari diri Anda atau tidak; kebebasan batin Anda yang menentukan apakah Anda akan menjadi barang mainan yang menyangkal kebebasan dan martabat  narapidana yang khas.

What you  have experienced, no  power on  earth can take  from  you. Not only our experiences, but all we have done, whatever great thoughts we may have had, and all we have suffered, all this is not lost, though it is past; we  have brought it into  being. (p. 105) Apa pun pengaaman yang kau dapat,tak ada kekuatan satupun yang bisa mengambilnya darimu. Tidak hanya pengalaman kita, tapi  apapun yang kita punya, apapun pemikiran besar yangkitapunya, dan apapun penderitaan kita, semua tidak pernah hilang, meskipun itu pemikiran masa lalu, kita tetap membawanya ke dalam keadaan kita.

that human life,  under any  circumstances,  never ceases to have a meaning, and  that  this  infinite meaning of life includes  suffering and  dying, privation and  death. (p. 105)  bahwa kehidupan manusia, dalam keadaan apapun, tidak pernah berhenti untuk medapat makna, dan bahwa makna tak terbatas ini tetap ada termasuk untuk mereka yang menderita dan sekarat, yang mendapat penderitaan dan kematian.

Menemukan makna hidup merupakan Motif utama manusia bukan “rasionalisasi sekunder” dorongan  manusia. Makna ini unik dan spesifik, dan hanya dapat dipenuhi oleh manusia itu sendiri. Ada beberapa penulis yang berpendapat bahwa makna dan nilai merupakan mekanisme pertahanan diri, formasi reaksi dan sublimasi manusia. Tapi Frank berpendapat bahwa “aku tidak akan bersedia hidup hanya demi "mekanisme pertahanan," atau demi "formasi reaksi." Man, however, is able to live and even to die for the sake of his ideals and values! (p.121) Seseorang itu, bagaimanapun, mampu untuk hidup dan bahkan mati demi cita-cita dan nilai-nilai-nya!”

Hidup itu masalah, masalah yang selalu akan datang dan belum akan berakhir. Namun orang-orang bebas memandang masalahnya apakah ia akan  memilih pandangan optimis dengan mamandang masalah sebagai tantangan, ataukah sebaliknya, menganggap masalah adalah masalah yang tidak bisa ditaklukan sehingga ia diam tidak melakukan apa-apa.

With his loss of  belief in the future, he also  lost his spiritual hold; he let  himself decline and became  subject to mental and physical decay.  (p.95) dengan kehilangan kepercayaan pada masa depan, para tahanan kehilangan pegangan spiritualitas nya; dia membiarkan dirinya jatuh dan menjadi subjek kehancuran mental dan fisik nya.

Ultimately, man  should not ask what the meaning of his life is, but rather he must recognize that it is he who is asked. In a word,  each man is questioned by  life; and he can only  answer to  life by answering for his own life; to life he can only respond by being responsible.(p.131) Pada akhirnya, orang tidak harus bertanya apa makna dari hidupnya, tetapi sebaliknya ia harus mengenali apa yang yang ditanyakan oleh hidup. Dengan kata lain, setiap orang dipertanyakan oleh kehidupannya; dan ia hanya bisa menjawab kehidupan dengan menjawab hidupnya sendiri; kehidupan hanya bisa direspon dengan bertanggung jawab.(p.131). Tanggung Jawab merupakan esensi dari keberadaan manusia.

Makna hidup dapat digambarkan dalam tiga cara yang berbeda “(1) by creating a work or doing a deed; (2) by experiencing something or encountering someone; and (3) by the attitude we take  toward unavoidable  suffering”.  (p.133)
  1. dengan menciptakan pekerjaan atau melakukan perbuatan, 
  2. dengan mengalami sesuatu atau menghadapi seseorang (misalnya jatuh cinta, menemukan ketakjuban alam, dll.), dan 
  3. sikap kita terhadap penderitaan yang tidak dapat dihindari.
“a human being is a finite thing,  and his freedom is  restricted. It is not  freedom  from  conditions, but it is freedom to  take a  stand toward the conditions” (p.153) Keberadaan manusia itu terbatas, dan kebebasannyapun dibatasi. Tidak ada yang bebas dari keadaan, yang ada adalah kebebasan untuk “menyikapi” keadaan.

Frankl, V. (1984). Man’s Search of Meaning. New York: Washington Square Press