Pages

Senin, 17 Maret 2014

Philip Phenix: The Scope of The Curruculum General Education

The recommended curriculum aimed at technical efficiency differs from one that considers the delights of contemplation to be the highest good (Phenix, 1964: 267) [Rekomendasi Kurikulum ditujukan untuk efisiensi teknis dari kesenanganberkontemplasi menjadi kebaikan tertinggi]

Highest good to be served by education is the fullest possible realization of the distinctively human capacities and that these capacities consist in the life of meaning (Phenix, 1964: 267-268) [mengusahakan secara  realistis sesuatu yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kapasitas khas manusia, yang kapasitas ini berada dalam kehidupan yang bermakna]

The course of study should be such as to maximize meanings (Phenix, 1964: 268) [Pembelajaran harus dilakuan untuk memaksimalkan makna]

The meaningful life is that in which the person finds one thing to do and learns to do it very well. (Phenix, 1964: 268) [Kehidupan bermakna terjadi  di mana  seseorang (siswa) mampu menemukan sesuatu untuk dilakukan dan dipelajari serta ia mampu melakukannya apa yang ditemukan dan dipelajarinya itu dengan sangat baik.]

Most of the outstanding achievements of humankind have been made by people who have developed a single line of competence to a point sufficient to yield something really new. (Phenix, 1964: 268) [Prestasi  luar biasa dari umat manusia telah dibuat oleh orang-orang yang mengembangkan satu  kompetensi untuk menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru]

membangun kehidupan bermakna menurut Phenix (1964) bisa dilakukan dengan cara: Penguasaan (Mastery) yaitu siswa menemukan sesuatu untuk dilakuakan dan dipelajari, dan ia bisa melakukan hal itu dengan baik; Memiliki komunitas (belonging to community), yaitu siswa ikut bergabung dan berkontribusi dalam kegiatan komunitas atau kemasyarakatan; banyak pilihan (Many-sidedness) yaitu siswa harus terlibat aktif dalam berbagai kegiatan; integritas (integrity), yang berarti bahwa siswa harus memiliki cukup makna dalam dirinya, dan tidak tergantung oleh orang lain; dan kualitas (quality) yang berarti bahwa siswa memperoleh pengetahuan yang pasti yang berkualitas.

The curriculum should at least provide for learnings in all six of the realms of meaning: symbolics, empirics, esthetics, synnoetics, ethics, and synoptics. If any of the six is missing, the person lacks a basic ingredient in experience (Phenix, 1964: 270) [Kurikulum setidaknya harus menyediakan pembelajaran di semua enam dunia makna: Symbolics, empiris, estetika, synnoetics , etika, dan sinoptik. Jika salah satu dari enam dunia makna ini hilang, sesorang tidak akan memiliki dasar dalam pengalaman]

The curriculum of general education contains those provisions for learning that are necessary for the development of the person in his essential humanity. (Phenix, 1964: 271) [Kurikulum pendidikan umum memuat ketentuan-ketentuan belajar yang diperlukan untuk pengembangan esensi kemanusiaan seseorang]

A major goal of general education in school should be to establish habits of study that will lead one to continue general learning regularly after completing his formal education. (Phenix, 1964: 276) [Tujuan utama dari pendidikan umum di sekolah harus membangun sebuah "kebiasaan"  yang akan membawa kita untuk terus belajar  secara teratur setelah menyelesaikan pendidikan formalnya.]

The measure of the success of the school curriculum is the degree to which graduates voluntarily and zestfully go on learning in later life. (Phenix, 1964: 276) [Ukuran keberhasilan dari kurikulum sekolah adalah sejauh mana lulusan mereka dengan sukarela dan bergairah terus belajar di kemudian hari]

The number of years devoted to general education in schools is determined in large part by economic factors. When resources are ample, a society can afford to allow considerable time for general education. (Phenix, 1964: 276) [Proses Pendidikan Umum sangat terkait dengan tingkat ekonomin suatu masyarakat. Ketika sumber daya sudah terpenuhi, masyarakat akan lebih memberikan waktunya untuk melakukan program Pendidikan Umum]

No one curriculum is the best for all people and for every culture and situation (Phenix, 1964: 277) [Tidak ada satu kurikulum yang terbaik bagi semua orang bagi semua budaya dan situasi]

A general philosophy for the curriculum can only indicate the large design of the curriculum and certain principles for making decisions about the sequence of studies and the selection and organization of materials for instruction. (Phenix, 1964: 278)