RELIGIUSITAS/SPIRITUALITAS (R/S)
DAN
KEPUASAN HIDUP REMAJA KOREA AMERIKA
Kim, S., Mason. E. M., Kim, C. Y., Esquivel,
G. B.
Remaja Korea di Amerika dari tahun ke tahun semakin meniNgkat.
Mereka mungkin mengalami sejumlah stresor yang
diakibatkan dari perbedaan budaya antara Korea dan Amerika Serikat, dalam hal
bahasa, budaya sekolah dan pendidikan, interpersonal, gaya, yang menghambat adaptasi positif Remaja Korea di Amerika. Salah
satu faktor penyebabnya adalah kesejahteraan remaja (well being). Mengingat
penting nya kesejahteraan bagi remaja Korea di Amerika, maka perlu dicari tahu
variabel yang bisa mempengaruhinya. Francis, Jones, dan Wilcox (2000)
menunjukkan bahwa religiusitas berkorelasi positif dengan kebahagiaan remaja
kristiani di British. Demikian pula, Abdel-Khalek (2007) menunjukkan bahwa
religiusitas yang tinggi berkaitan dengan kebahagiaan yang lebih besar untuk Remaja
Muslim Kuwaiti. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab Apakah dimensi Religiusitas/Spiritualitas
(R/S) berkaitan dengan kepuasan hidup remaja Korea Amerika; dan
seberapa besar hubungannya?
Subjek penelitian ini diambil dari berbagai gereja Katolik Korea
di Pantai Timur Laut Amerika Serikat. Hasilnya menujukan bahwa Kegiatan
keagamaan secara signifikan memprediksi kepuasan hidup hidup seseorang. Dimensi
Religiusitas/Spiritualitas seperti pengalaman Spiritual, pengampunan (Forgiveness), dan dukungan Kongregasi dapat menjelaskan
varians dalam kepuasan hidup (life satisfaction). (Kim, Mason, Kim, Esquivel, 2013)
Implikasi praktis penelitian ini bisa dilakukan untuk
meningkatkan penyesuaian psikologis remaja Korea Amerika. Dimensi Religiusitas/Spiritualitas
secara signifikan terkait dengan kepuasan hidup. Peneliti lebih menyarankan
pentingnya aspek spiritualitas daripada lembaga keagamaan. Hubungan spiritualitas
dapat dipahami dalam hal hubungan dengan Tuhan, dengan orang lain dan
masyarakat. Literatur menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara sesuatu
yang bersifat ketuhanan (divine) dengan komunitas religius berhubungan dengan
kesehatan mental positif, termasuk di dalamnya kesejahteraan (well-being) (Pargament, 1997).
Meskipun aspek dari R/S sama-sama penting di berbagai budaya,
tidak tertutup kemungkinan bahwa hal
tersebut berperan lebih signifikan dalam budaya tertentu yang menekankan
kolektivisme. Gereja-gereja Korea di Amerika dapat mempromosikan sikap kolektif
untuk dua alasan: untuk menjaga kolektivisme sebagai salah satu warisan budaya
tradisional mereka, dan untuk memenuhi kebutuhan keluarga imigran seperti rasa
memiliki dan dukungan sosial.
Seiring dengan dukungan unsur-unsur tradisional, maka penting
memberikan remaja Korea Amerika dukungan cara adaptif dalam proses akulturasi
dan konsisten dengan pembentukan identitas kebudayaan mereka sendiri dan kebutuhan
perkembangan mereka. Para remaja tidak perlu hanya untuk memperoleh rasa
komunitas di antara mereka sendiri, tetapi untuk merasa menjadi bagian dari
komunitas "global". Misalnya, kelompok pemuda mungkin memiliki
layanan sendiri dalam bahasa Inggris, sementara masih memiliki peluang untuk
mengalami tradisi dan berinteraksi dengan anggota dewasa, dan dapat
berpartisipasi dalam perjalanan misi dan program penjangkauan, yang membawa
mereka makna spiritual. Gereja dan tokoh masyarakat harus mempertimbangkan pendekatan
holistik seperti menyediakan iklim yang mendorong perkembangan remaja Korea
Amerika.
Penelitian menunjukkan bahwa kesejahteraan psikologis
dari imigran pemuda menurun seperti tahun-tahun tinggal di Amerika Serikat
meningkat (Suárez-Orozco et al., 2006). Fenomena ini, meskipun belum dijelaskan
sepenuhnya, menunjukkan pentingnya memperkuat sumber daya sosial dan pribadi
untuk membantu mempertahankan dan bahkan meningkatkan pemuda imigran untuk
lebih baik. Untuk remaja imigran Korea, terutama mereka dengan waktu yang
panjang tinggal di Amerika Serikat, perkembngan spiritualitas dan keterhubungan
sosial dapat menjadi cara yang menjanjikan untuk memastikan kesejahteraan psikologis
mereka.
Kim, S., Mason. E. M., Kim, C. Y., Esquivel,
G. B. (2013). Religiosity/Spirituality and Life Satisfactionin Korean American Adolescents.
Jurnal APA: Psychology of Religion and Spirituality
2013,Vol.5,No.1,33–40
Referensi
Abdel-Khalek,A.M. (2007). Religiosity, happiness,
health, and psychopathology in a probability sample of Muslim adolescents. Mental
Health, Religion&Culture, 10, 571–583.doi:10.1080/13674670601034547
Francis, L.J., Jones, S.H.,&Wilcox,C. (2000).
Religiosity and happiness: During adolescence, young adulthood, and later life.
Journalof PsychologyandChristianity,19,
245–257.
Pargament, K.I. (1997). The psychology of religion
and coping: Theory, research, practice. NewYork: TheGuildford Press.
Suárez-Orozco,C.,Todorova,I.,&Qin,D.B.(2006).The
well-being of Immigrant adolescents: A longitudinal perspective on risk and protective
factors. In H.E. Fitzgerald, S. A. Denham&K. Freeark (Eds.), The crisis in
youth mental health: Critical issues and effective programs (Vol.2; pp.53–83).Westport,CT:
PraegerPublishers.