Pages

Jumat, 28 Maret 2014

Religiosity/Spirituality and Life Satisfaction in Korean American Adolescents (Sedikit Review)




RELIGIUSITAS/SPIRITUALITAS (R/S)
 DAN KEPUASAN HIDUP  REMAJA KOREA  AMERIKA
  Kim, S., Mason. E. M., Kim, C. Y., Esquivel, G. B.



Remaja Korea di Amerika dari tahun ke tahun semakin meniNgkat. Mereka mungkin mengalami sejumlah stresor yang diakibatkan dari perbedaan budaya antara Korea dan Amerika Serikat, dalam hal bahasa, budaya sekolah dan pendidikan,  interpersonal, gaya, yang menghambat  adaptasi positif Remaja Korea di Amerika. Salah satu faktor penyebabnya adalah kesejahteraan remaja (well being). Mengingat penting nya kesejahteraan bagi remaja Korea di Amerika, maka perlu dicari tahu variabel yang bisa mempengaruhinya. Francis, Jones, dan Wilcox (2000) menunjukkan bahwa religiusitas berkorelasi positif dengan kebahagiaan remaja kristiani di British. Demikian pula, Abdel-Khalek (2007) menunjukkan bahwa religiusitas yang tinggi berkaitan dengan kebahagiaan yang lebih besar untuk Remaja Muslim Kuwaiti. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab Apakah dimensi Religiusitas/Spiritualitas (R/S) berkaitan  dengan kepuasan hidup remaja Korea Amerika; dan seberapa besar hubungannya?

Subjek penelitian ini diambil dari berbagai gereja Katolik Korea di Pantai Timur Laut Amerika Serikat. Hasilnya menujukan bahwa Kegiatan keagamaan secara signifikan memprediksi kepuasan hidup hidup seseorang. Dimensi Religiusitas/Spiritualitas seperti pengalaman Spiritual, pengampunan (Forgiveness), dan dukungan Kongregasi dapat menjelaskan varians dalam kepuasan hidup (life satisfaction). (Kim, Mason, Kim, Esquivel, 2013)

Implikasi praktis penelitian ini bisa dilakukan untuk meningkatkan penyesuaian psikologis remaja Korea Amerika. Dimensi Religiusitas/Spiritualitas secara signifikan terkait dengan kepuasan hidup. Peneliti lebih menyarankan pentingnya aspek spiritualitas daripada lembaga keagamaan. Hubungan spiritualitas dapat dipahami dalam hal hubungan dengan Tuhan, dengan orang lain dan masyarakat. Literatur menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara sesuatu yang bersifat ketuhanan (divine) dengan  komunitas religius berhubungan dengan kesehatan mental positif, termasuk di dalamnya kesejahteraan (well-being) (Pargament, 1997).

Meskipun aspek dari R/S sama-sama penting di berbagai budaya, tidak tertutup kemungkinan bahwa hal tersebut berperan lebih signifikan dalam budaya tertentu yang menekankan kolektivisme. Gereja-gereja Korea di Amerika dapat mempromosikan sikap kolektif untuk dua alasan: untuk menjaga kolektivisme sebagai salah satu warisan budaya tradisional mereka, dan untuk memenuhi kebutuhan keluarga imigran seperti rasa memiliki dan dukungan sosial. 

Seiring dengan dukungan unsur-unsur tradisional, maka penting memberikan remaja Korea Amerika dukungan cara adaptif dalam proses akulturasi dan konsisten dengan pembentukan identitas kebudayaan mereka sendiri dan kebutuhan perkembangan mereka. Para remaja tidak perlu hanya untuk memperoleh rasa komunitas di antara mereka sendiri, tetapi untuk merasa menjadi bagian dari komunitas "global". Misalnya, kelompok pemuda mungkin memiliki layanan sendiri dalam bahasa Inggris, sementara masih memiliki peluang untuk mengalami tradisi dan berinteraksi dengan anggota dewasa, dan dapat berpartisipasi dalam perjalanan misi dan program penjangkauan, yang membawa mereka makna spiritual. Gereja dan tokoh masyarakat harus mempertimbangkan pendekatan holistik seperti menyediakan iklim yang mendorong perkembangan remaja Korea Amerika.

Penelitian menunjukkan bahwa kesejahteraan psikologis dari imigran pemuda menurun seperti tahun-tahun tinggal di Amerika Serikat meningkat (Suárez-Orozco et al., 2006). Fenomena ini, meskipun belum dijelaskan sepenuhnya, menunjukkan pentingnya memperkuat sumber daya sosial dan pribadi untuk membantu mempertahankan dan bahkan meningkatkan pemuda imigran untuk lebih baik. Untuk remaja imigran Korea, terutama mereka dengan waktu yang panjang tinggal di Amerika Serikat, perkembngan spiritualitas dan keterhubungan sosial dapat menjadi cara yang menjanjikan untuk memastikan kesejahteraan psikologis mereka.

Kim, S., Mason. E. M., Kim, C. Y., Esquivel, G. B. (2013). Religiosity/Spirituality and Life Satisfactionin Korean American Adolescents. Jurnal APA:  Psychology of Religion and Spirituality 2013,Vol.5,No.1,33–40

Referensi
Abdel-Khalek,A.M. (2007). Religiosity, happiness, health, and psychopathology in a probability sample of Muslim adolescents. Mental Health, Religion&Culture, 10, 571–583.doi:10.1080/13674670601034547
Francis, L.J., Jones, S.H.,&Wilcox,C. (2000). Religiosity and happiness: During adolescence, young adulthood, and later life.  Journalof PsychologyandChristianity,19, 245–257.
Pargament, K.I. (1997). The psychology of religion and coping: Theory, research, practice. NewYork: TheGuildford Press.
Suárez-Orozco,C.,Todorova,I.,&Qin,D.B.(2006).The well-being of Immigrant adolescents: A longitudinal perspective on risk and protective factors. In H.E. Fitzgerald, S. A. Denham&K. Freeark (Eds.), The crisis in youth mental health: Critical issues and effective programs (Vol.2; pp.53–83).Westport,CT: PraegerPublishers.