Pages

Rabu, 19 Maret 2014

Belajar Makna Realitas

Seorang anak sekolah menengah berceloteh di akun jejaring sosialnya "kadang berfikir untuk nerusin apa berhenti aja sekolah ya... Kasihan orang tua yang membiayai, karena besok belom tentu juga saya bisa bales budi". Komentar saya "tidak mungkin bisa seorang anak membalas budi baik orang tuanya, mengganti setiap keringatnya, pengorbanannya, apalagi diganti hanya dengan ukuran "uang," atas apa yang telah dilakukan oleh orang tuanya. Mendidik, atau menyekolahkan adalah salah satu dari kewajiban orang tua. Masalah tersebut jangan menjadi beban fikiran yang engkau risaukan. Orang tua tidak akan pernah meminta balas budi terhadap anaknya. Yang penting sekarang belajarlah yang bener, berprilaku/berakhlaklah yang baik, karena itu yang akan lebih bisa membahagiakan orang tuamu,  membantu  kehidupan orang tua mu, memberatkan timbangan amalnya kelak." Allahu'alam

Pendidikan kita sekarang ini  masih terkendala "pemahaman", dan "pembiayaan". Pemahaman karena masih menganggap bahwa pendidikan itu adalah sekolah, sekolah itu untuk mencari kerja. Orientasi Pendidikan berujung Matrealis, artinya UUD, Ujung-Ujung nya Duit.  Padahal dalam Undang Udang  yang sebenarnya juga, tujuan pendidikan itu adalah membentuk pribadi manusia, bukan menambah ekonomi manusia. Bertambahnya ekonomi itu adalah bonus. Selanjutnya terkendala pembiayaan. Memang bagi sekolah dasar dan menangah, sekolah itu Gratis (katanya). Tapi nyatanya sekolah itu tetap saja perlu mengeluarkan dana, tidak gratis. Bagi keluarga yang memang ekonominya menengah ke bawah misalnya, ia harus tetap mengeluarkan biaya sekolah anaknya untuk keperluan biaya seragam, buku-buku, ongkos pulang pergi sekolah dan lain-lain. Belom lagi masalah kesejahteraan guru, insfratruktur sekolah, media pembelajaran, pelatihan bagi para pengajar dan sebagainya. Sekolah gratis hanya semacam istilah. Walaupun demikian, usaha yang dilakukan pemerintah dengan menggulirkan istilah sekolah Gratis ini, dengan memberi  BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dan sebagainya cukup meringankan masyarakat dan sekolah.

Dalam teori kebutuhan (Seperti teori kebutuhan Maslaw), manusia sangat dipengaruhi oleh pemenuhan akan kebutuhan dasar (kebutuhan biologis, makan, minum pakaian, seks, dan lain-lain) untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi (kebutuhan psikologis seperti: intelektualitas, spiritualistas, aktualisasi, transendensi dan sebagainya). Persoalan tentang kebutuhan ini lah yang mungkin masih banyak dirasakan bangsa Indonesia sebagai satu bangsa yang berkembang. Iming-iming kesejahteraan ekonomi rakyat sering digadang-gadang oleh para politikus untuk menarik simpati dalam kampanye politiknya. Jadi cukup "wajar" jika seseorang melakukan sesuatu yang memang hanya menguntungkan pribadinya sendiri, karena memang manusia punya dorongan rendah semacam itu. Jika banyak para calon anggota dewan yang menjanjikan ini itu dan mengeluarkan modal untuk ini itu, setelah ia terpilih ia tidak meralisasikan ini itu nya, dan berusaha mengganti modal ini itunya, itulah dorongan rendah yang dimilikinya. Karakter semacam inilah yang membuat bangsa Indonesia ini tidak maju-maju, dan tidak mau maju.

Banyak para guru yang lebih mementingkan kebutuhan nya dari profesionalitasnya (Seorang guru di sekolah yang jarang ada di sekolah, biasanya banyak di daerah-daerah, dan belom diangkat), yang kepentingannya sudah terpenuhi tapi tetap saja meninggalkan kewajibannya (cerita seorang kawan di daerah terpencil sana, guru PNS yang mendapat gajih berlipat tapi tak pernah masuk ke skolah. Anak-anaknya dibiarkan terlantar); para siswa yang hanya mengeluhkan fasilitas tanpa terdorong belajar dari pribadinya. Mungkin Inilah pilihan.

Untuk itulah Pendidikan Umum merupakan usaha realistis yang bisa dilakukan dalam proses pendidikan saat ini, yaitu pendidikan yang memanusiakan manusia menjadi manusia yang benar benar menjadi manusia yang benar. Manusia bermoral, yang penuh makna dalam setiap tindakannya. Manusia berkarakter pembelajar sepanjang hayat. Manusia bernilai yang tidak mencari keuntungan pribadi. Manusia yang selalu gigih berproses, bukan yang menunggu jadi. Manusia yang sadar akan keberadaannya sebagai makhluk bebas dan terbatas, makhluk pribadi, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan.

Di keluarga, di sekolah, di masyarakat, Pendidikan Umum haruslah dijalankan, baik melalui Keteladanan (orang tua, guru, tokoh masyarakat), melalui pembiasaan-pembiasaan baik, melalui pengembangan-pengembangan gagasan dan inovasi-inovasi, yang bisa memudahkan setiap urusan manusia, yang terjangkau dalam hal sumber daya nya. Melalui Pendidikan Umum, segala segi perbedaan di padukan untuk menjadi kesatuan harmonis. Melalui Pendidikan Umum, diharapkan perbedaan menjadi bagian dari rahmat bukan sarana perpecahan.

Ada banyak rambu, seperti rambu lalu lintas, yang ketika merah, kendaraan harus berhenti, kuning kendaraan bersiap, dan hijau kendaraan boleh berjalan. Rambu ini membantu kelancaran urusan manusia, dan mengarahkan perilaku manusia. JIka seseorang  tidak mampu mengenali rambu-rambu hidupnya, dapatkah ia mencapai arah tujuan yang dikehendakinya?

Allahu'alam
Hasbunallah wanikmal wakil