Manusia berkomunikasi dengan berbagai cara. Ada Bahasa tubuh seperti sikap, gestur, dan ekspresi wajah sebagai bentuk komunikasi nonverbal yang harus ditafsirkan oleh pendengar. Banyak orang marah ketika seseorang tidak melihat mereka berbicara. misalnya Guru berbicara di depan kelas kepada siswanya "Perhatikan saat ibu/bapak sedang berbicara dengan mu." Dengan tiga puluh siswa dalam satu kelas tersebut, bagaimana guru memastikan dirinya memperhatikan setiap individu? dan Bagaimana mungkin ia akan mempengaruhi siswanya jika ia tidak memperhatikan setiap individu? (William Alan Kritsonis, Ways of Knowing Through the Realms of Meaning A Philosophy for Selecting the Curriculum for General Education, 2011)
Para
pendidik harus pandai memilih bahan ajar bagi para siswanya. Bahan
ajar yang dipilih tersebut harus mampu menarik imajinasi siswa. Kritsonis. (2011: 631) mengatakan “Using
imagination in teaching is important for learning.” Sejalan
dengan pendapat di atas, Phenix (1964: 342) menyampaikan The
effective teacher chooses materials that kindle the imagination of the learner (Guru
yang efektif memilih bahan yang menyalakan imajinasi peserta didik).
The
central problem to which imagination speaks is that of motivation. Teaching
avails little unless the student wants to learn. No matter how high the quality
of curriculum materials may be, if the student has no interest in them, he will
not readily make them his own. (Phenix,
1964:342-343) Masalah pokok dalam
perbincangan imajinasi adalah motivasi. Pengajaran tidak akan berguna kecuali jika
siswa itu ingin belajar. Tidak peduli seberapa bagus kualitas materi dari
kurikulum mereka, jika siswanya tidak
memiliki kepentingan (belajar) di dalamnya, ia tidak akan siap menyerap
pengajaran bagi dirinya.
It is
important for an educator to realize that everyone dreams, including the
teacher. In order for students to have genuine interest in a subject, it must
appeal to their imaginations, not to the teacher’s. How does a teacher find out
what the students are really interested in and how is that incorporated into
the curriculum? (Kritsonis, 2011: 636) [Hal penting untuk seorang
pendidik adalah mewujudkan mimpi setiap orang, termasuk mimpi guru itu sendiri.
Agar siswa memiliki minat yang tulus pada materi yang diajarkan, maka seorang
guru harus menarik imajinasi siswa untuk dirinya, bukan imajinasi gurunya. Pertanyaannya
adalah bagaimana seorang guru bisa mengetahui apa yang benar-benar menarik bagi
siswa dan bagaimana hal itu dimasukkan ke dalam kurikulum?]
Beberapa
Sumber Motivasi
Now what
are the sources of motivation? Some are found in biological needs. When people
are hungry or thirsty, cold or in pain, they are moved to action that will
fulfill their wants. Other sources are social. People are dependent on one
another for protection and for the satisfaction of desires that cannot be
attained in isolation, and so they are moved to meet their demands by suitable
forms of social behavior. Other sources are intellectual curiosity, love of
beauty, ethical concern, and hunger for the divine. (Phenix, 1964: 343) (Apakah sumber motivasi itu?
Beberapa sumber motivasi itu ditemukan dalam kebutuhan biologis. Ketika
orang-orang lapar atau haus, dingin atau sakit, mereka akan bertindak untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sumber motivasi
lain bersifat sosial. Setiap orang memiliki
ketergantungan antar satu sama lain sebagai bentuk perlindungan dan untuk
mendapatkan kepuasan yang tidak dapat
dicapai dalam isolasi, sehingga mereka berpindah untuk memenuhi kebutuhan
mereka dengan berperilaku sosial. Sumber-sumber lain adalah keingintahuan
intelektual, kecintaaan terhadap keindahan, etika, dan keinginan yang bersifat
ketuhahan (beragama).)
Many
investigators of human behavior regard the basic biological and social needs as
the fundamental sources of motivation and all other alleged higher sources,
such as intellectual, esthetic, moral, and religious interests, as secondary
and derivative. Investigators consider man’s continuity with the lower animals
as the most significant clue to his motivation, and they see his
distinctiveness in the ways in which he uses the special capacities of
intelligence to secure biosocial demands. From this standpoint, the motives of
a person are derived from his animal origins, and his higher powers are
instruments for the efficient satisfaction of basic organic needs. (Phenix, 1964: 343). (Banyak peneliti perilaku manusia menganggap
kebutuhan biologis dan sosial sebagai sumber motivasi dasar, dan dugaan untuk sumber
yang lebih tinggi lainnya, seperti kepentingan intelektual, estetika, moral,
dan agama, sebagai kebutuhan sekunder dan derivatif. Peneliti mempertimbangkan
kontinuitas manusia dengan sifat hewaninya yang rendah sebagai petunjuk signifikan
untuk motivasinya, dan mereka melihat kekhasan dalam cara di mana ia
menggunakan kapasitas kecerdasannya untuk mengamankan tuntutan biososial. Dari titik
poin tersebut, dapat dikatakan bahwa motif seseorang berasal dari sifat hewaninya,
dan kekuatan lebih tinggi yang dimilikinya adalah instrumen kepuasan yang
dihasilkan dari kebutuhan dasar.
Perlu diingat, Siswa tidak pernah membayangkan apa yang telah mereka miliki. Guru dikatakan berhasil jika ia mampu membawa para siswanya memimpikan apa yang mereka belum bayangkan. (Kritsonis, 2011)