Pages

Selasa, 18 Maret 2014

Daya Tarik Imajinasi dan Motivasi



Manusia berkomunikasi dengan berbagai cara. Ada Bahasa tubuh seperti sikap, gestur, dan ekspresi wajah sebagai bentuk komunikasi nonverbal yang harus ditafsirkan oleh pendengar. Banyak orang marah ketika seseorang tidak melihat mereka berbicara. misalnya Guru berbicara di depan kelas kepada siswanya "Perhatikan saat ibu/bapak sedang berbicara dengan mu." Dengan tiga puluh siswa dalam satu kelas tersebut, bagaimana guru memastikan dirinya memperhatikan setiap individu? dan Bagaimana mungkin ia akan mempengaruhi siswanya jika ia tidak memperhatikan setiap individu? (William Alan Kritsonis, Ways of Knowing Through the Realms of Meaning A Philosophy for Selecting the Curriculum for General Education, 2011)


Para pendidik harus pandai memilih bahan ajar bagi para siswanya. Bahan ajar yang dipilih tersebut harus mampu  menarik imajinasi siswa. Kritsonis. (2011: 631) mengatakan Using imagination in teaching is important for learning.” Sejalan dengan pendapat di atas, Phenix (1964: 342) menyampaikan The effective teacher chooses materials that kindle the imagination of the learner (Guru yang efektif memilih bahan yang menyalakan imajinasi peserta didik).

The central problem to which imagination speaks is that of motivation. Teaching avails little unless the student wants to learn. No matter how high the quality of curriculum materials may be, if the student has no interest in them, he will not readily make them his own. (Phenix, 1964:342-343) Masalah  pokok dalam perbincangan imajinasi adalah motivasi. Pengajaran tidak akan berguna kecuali jika siswa itu ingin belajar. Tidak peduli seberapa bagus kualitas materi dari kurikulum  mereka, jika siswanya tidak memiliki kepentingan (belajar) di dalamnya, ia tidak akan siap menyerap pengajaran bagi dirinya.

It is important for an educator to realize that everyone dreams, including the teacher. In order for students to have genuine interest in a subject, it must appeal to their imaginations, not to the teacher’s. How does a teacher find out what the students are really interested in and how is that incorporated into the curriculum? (Kritsonis, 2011: 636) [Hal penting untuk seorang pendidik adalah mewujudkan mimpi setiap orang, termasuk mimpi guru itu sendiri. Agar siswa memiliki minat yang tulus pada materi yang diajarkan, maka seorang guru harus menarik imajinasi siswa untuk dirinya, bukan imajinasi gurunya. Pertanyaannya adalah bagaimana seorang guru bisa mengetahui apa yang benar-benar menarik bagi siswa dan bagaimana hal itu dimasukkan ke dalam kurikulum?]

Beberapa Sumber Motivasi
Now what are the sources of motivation? Some are found in biological needs. When people are hungry or thirsty, cold or in pain, they are moved to action that will fulfill their wants. Other sources are social. People are dependent on one another for protection and for the satisfaction of desires that cannot be attained in isolation, and so they are moved to meet their demands by suitable forms of social behavior. Other sources are intellectual curiosity, love of beauty, ethical concern, and hunger for the divine. (Phenix, 1964: 343) (Apakah sumber motivasi itu? Beberapa sumber motivasi itu ditemukan dalam kebutuhan biologis. Ketika orang-orang lapar atau haus, dingin atau sakit, mereka akan bertindak  untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sumber motivasi  lain bersifat sosial. Setiap orang memiliki ketergantungan antar satu sama lain sebagai bentuk perlindungan dan untuk mendapatkan  kepuasan yang tidak dapat dicapai dalam isolasi, sehingga mereka berpindah untuk memenuhi kebutuhan mereka dengan berperilaku sosial. Sumber-sumber lain adalah keingintahuan intelektual, kecintaaan terhadap keindahan, etika, dan keinginan yang bersifat ketuhahan (beragama).)

Many investigators of human behavior regard the basic biological and social needs as the fundamental sources of motivation and all other alleged higher sources, such as intellectual, esthetic, moral, and religious interests, as secondary and derivative. Investigators consider man’s continuity with the lower animals as the most significant clue to his motivation, and they see his distinctiveness in the ways in which he uses the special capacities of intelligence to secure biosocial demands. From this standpoint, the motives of a person are derived from his animal origins, and his higher powers are instruments for the efficient satisfaction of basic organic needs. (Phenix, 1964: 343). (Banyak peneliti perilaku manusia menganggap kebutuhan biologis dan sosial sebagai sumber motivasi dasar, dan dugaan untuk sumber yang lebih tinggi lainnya, seperti kepentingan intelektual, estetika, moral, dan agama, sebagai kebutuhan sekunder dan derivatif. Peneliti mempertimbangkan kontinuitas manusia dengan sifat hewaninya yang rendah sebagai petunjuk signifikan untuk motivasinya, dan mereka melihat kekhasan dalam cara di mana ia menggunakan kapasitas kecerdasannya untuk mengamankan tuntutan biososial. Dari titik poin tersebut, dapat dikatakan bahwa motif seseorang berasal dari sifat hewaninya, dan kekuatan lebih tinggi yang dimilikinya adalah instrumen kepuasan yang dihasilkan dari kebutuhan dasar.

Perlu diingat, Siswa tidak pernah membayangkan apa yang telah mereka miliki. Guru dikatakan berhasil jika ia mampu membawa para siswanya memimpikan apa yang mereka belum bayangkan. (Kritsonis, 2011)